Gaya Kepemimpinan Pramono Dibandingkan dengan Dedi Mulyadi Oleh Warga Jakut: Minta Gerak Cepat
Warga Jakarta Utara membandingkan gaya kepemimpinan Gubernur Jakarta Pramono Anung dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM - Warga Jakarta Utara membandingkan gaya kepemimpinan Gubernur Jakarta Pramono Anung dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Bukan tanpa alasan, warga Jakarta Utara meminta sang Gubernur Jakarta itu untuk segera cepat menangani masalah yang ada di sana, khususnya banjir rob.
Fenomena banjir rob bukanlah sesuatu yang baru di sana. Warga di sana kerap kali kebanjiran sampai berdamai dengan kondisi ini.
Meski demikian, warga Jakarta Utara tetap meminta adanya langkah serius dari Pemprov DKI Jakarta.
Pramono Anung diminta untuk cekatan mengatasi keluhan warga.
"Makanya kita amat dibutuhkan untuk pemerintah kita mengatasi banjir ini seperti apa. Contoh kita Jawa Barat, gercepnya Jawa Barat seperti apa. Nah, ayolah DKI (Jakarta)," ucap Pengutus RW 022 Kelurahan Pluit, Supriyadi saat ditemui di Muara Angke, Selasa (27/5/2025) malam.
Sebagai informasi, banjir rob berdampak ke seluruh wilayah di RW 022 Pluit, yang terdiri dari 12 RT.
RW 022 Pluit merupakan wilayah pertama yang terdampak rob dari arah laut, air kemudian menyebar ke RW lainnya seperti RW 01, RW 11, dan RW 21.
Oleh sebab itu, Supriyadi berharap agar pemerintah segera membangun tanggul penahan rob di wilayah tersebut.

Namun, Supriyadi tetap berharap pembangunan tanggul mempertimbangkan kenyamanan dan dampaknya terhadap warga sekitar.
"Harapannya tanggul cepat dibangun, tapi dibangun yang higienis dan tidak merugikan warga," ucapnya.
Adapun permukiman warga Muara Angke kembali terendam banjir rob pada Selasa (27/5/2025) malam.
Pantauan TribunJakarta.com, air mulai masuk ke jalanan permukiman sekitar pukul 20.30 WIB.
Satu jam berselang, tepatnya pukul 21.30 WIB, air terlihat semakin deras membanjiri jalanan permukiman warga.
Ketinggian air pun sudah mencapai lebih dari 30 sentimeter menjelang jam 10 malam.
Jalanan akses ke Pelabuhan Kali Adem telah tertutupi banjir rob.
Air dengan deras mengalir dari lautan memasuki saluran air hingga meluap ke jalanan permukiman.
Terpantau para warga mulai kesulitan melintasi jalanan permukiman di sekitar Jalan Dermaga Ujung 2, Blok Empang Muara Angke.
Begitupun kendaraan roda dua dan roda empat yang juga melaju pelan menerjang banjir rob.
Dalam tiga hari terakhir, permukiman itu terus kebanjiran akibat limpasan air laut.
"Sudah tiga hari lebih, Pak. Kita bisa dibilang sudah terbiasa. Cuma ya itu, waktu istirahat kita jadi terganggu karena banjirnya malam-malam," ucap Supriyadi.
Ia menjelaskan, fenomena rob memiliki pola berbeda tergantung musim.
Jika musim hujan, air biasanya naik di malam hari.
Sebaliknya, pada musim kemarau, banjir rob kerap terjadi siang hari.
Menurut Supriyadi, selama tiga hari belakangan, air mulai naik dari arah laut sekitar pukul 19.00 WIB dan mencapai puncaknya hingga pukul 02.00 dini hari.
Ketinggian air bisa mencapai 50 sentimeter hingga 1 meter pada saat-saat tersebut.
"Air naik dari pinggir laut sana jam 7 malam, terus turun ke wilayah warga sampai jam 2. Itu bisa sampai satu meter tingginya," ujarnya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.