Fakta Remaja Minum Racun karena Tak Lanjut Sekolah Diungkap KDM, Tak Bisa Beli Seragam Kini Diasuh
Fakta Remaja Minum Racun karena Tak Lanjut Sekolah Diungkap KDM, Tak Bisa Beli Seragam Kini Diasuh
TRIBUNJAKARTA.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, mengungkap fakta tentang seorang remaja yang nekat minum racun karena alasan tak bisa lanjut sekolah.
MMH (17) remaja asal Cirebon, Jawa Barat, nyaris akhiri hidup karena merasa depresi.
Ia putus asa tak bisa lanjut sekolah hingga tak tahu lagi harus berbuat apa.
Meski sekolah negeri kini gratis, MMH tetap tak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA karena kemiskinan yang dialami.
Beruntung, nyawa remaja tersebut masih bisa diselamatkan.
MMH bakal melewati kisah pilunya itu dan bisa kembali fokus mengejar mimpi usai ditolong oleh Dedi Mulyadi.
Berikut TribunJakarta.com sajikan fakta-fakta tentang MMH, remaja yang nekat minum racun karena alasan tak bisa lanjut sekolah:
-
Tak lanjut sekolah karena tak bisa beli seragam
Kisah pilu MMH ini, diceritakan oleh Dedi Mulyadi melalui akun Instagram resminya.
Dedi bercerita, MMH sebelumnya sempat masuk pesantren ketika duduk di bangku SMP.
Setelah lulus, ia sempat diterima di SMA Negeri Tengah Tani, Cirebon.
Namun pendidikan bangku SMA-nya itu tak berlangsung lama.
Meski sekolah negeri gratis, orangtua MMH tak mampu membelikannya seragam karena masalah ekonomi.
Hal ini membuat MMH harus bersekolah dengan seragam Tsanawiyah yang logonya diganti dengan bet SMA tersebut.
Meski demikian, MMH terpaksa harus berhenti sekolah pada Desember 2024.
"Dia hanya bisa sekolah selama 1 semester. Berarti berhenti sekolahnya 2024 bulan Desember," kata Dedi Mulyadi dikutip TribunJakarta.com.
2. Orangtua keberatan bila lanjut sekolah
Keinginan MMH untuk melanjutkan sekolah, masih ada.
MMH ingin sekali meneruskan pendidikan SMA tahun 2025 ini, namun niatan itu lagi-lagi terhalang oleh kondisi keluarganya.
"Tahun ini dia ingin meneruskan sekolah lagi tapi orangtuanya keberatan dia meneruskan sekolah lagi, karena ketidak mampuan ekonomi. Kalau sekolahnya sudah tidak bayar, tetapi dia berat beli seragam, beli buku, dan sejenisnya," ungkap Dedi Mulyadi.
3. Sehari-hari bekerja dibayar Rp20 ribu
Sementara itu dihimpun dari Kompas.com, MMH sehari-hari bekerja sebagai penjaga warung buah di Pasar Kalitanjung, Kota Cirebon, dengan upah Rp20 ribu per hari.
Ayahnya yang berprofesi sebagai buruh, tak bisa berbuat banyak.
Sementara ibunya, telah berpisah beberapa waktu lalu sehingga MMH harus bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.
Hal inilah yang membuat MMH merasa putus asa.
4. Diasuh Dedi Mulyadi
Kisah memprihatinkan MMH, kemudian didengar oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi bergerak cepat menangani masalah remaja yang nyaris mengakhiri hidup karena depresi tak bisa lanjut sekolah itu.
Pertama-tama, Dedi Mulyadi langsung mengutus ajudan untuk mendatangi rumah sakit tempat MMH dirawat.
Dedi Mulyadi, membayarkan seluruh tagihan rumah sakit terkait perawatan MMH selama masa pemulihan.
Tak sampai di situ, Dedi Mulyadi juga ambil sikap dengan menjadikan MMH anak asuhnya.
Setelah kondisinya pulih, MMH bisa kembali fokus untuk mengejar mimpi.
Dedi Mulyadi mempersilakan MMH untuk bisa daftar sekolah sebagaimana mestinya.
"Mulai besok anak itu menjadi anak asuh saya dan berhak untuk sekolah di sekolah negeri. Tentunya masuk sekolah negerinya sesuai dengan prosedur, karena setiap orang harus diperlakukan sama. Tapi saya bertanggung jawab terhadap pendidikannya sampai dengan SMA. Kalau dia punya kemampuan, dia pinter, bisa terus meneruskan ke perguruan tinggi," kata Dedi Mulyadi.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.