Viral di Media Sosial
Agam Gemetar Ungkap Momen Evakuasi Juliana di Jurang Rinjani,Hidup Mati Dipertaruhkan di Batu Terjal
Momen mengerikan akhirnya diungkap, Agam Rinjani, seorang pemandu yang bisa menggapai dan mengevakuasi jasad pendaki asal Brasil Juliana Marins.
“Iya, jadi waktu kami tidur berempat kan bertujuh, tiga di atas, kami berempat di bawah. Itu pasang anchor, pasang enar, ngebor batu, kemudian pasang kostel menggantung di tebing."
"Bisa sambil tidur, menunggu pagi untuk melakukan evakuasi, di pertengahan gunung,” katanya.
Situasi saat itu diperparah oleh hujan dan ancaman longsoran batu.
Agam menyebut risiko hipotermia menjadi ancaman serius bagi tim evakuasi yang harus tetap berjaga di ketinggian dan suhu dingin ekstrem.
“Karena kita tidur, batu di mana-mana jatuh. Kalau tidak tahu, apalagi kalau hujan malam, ya selesai kita, pasti diserang hipotermia,” tambahnya.
Kebanyakan orang yang jatuh, kata Agam, akan sulit kembali dalam kondisi selamat.
"Sudah banyak kasus di Rinjani memang susah hidup ketika jatuh di lubang-lubang itu semua. Karena memang terlalu curam," ungkapnya.
Agam menyebut, prosesi tak normal dan berat harus dijalani para penyelamat.
Mereka semua tidur dengan terikat tali menggunakan sleeping bag atau kantong tidur dengan jaket seadanya.

Tubuh mereka terikat dengan tali yang dikaitkan pada bebatuan.
Lokasi jasad Juliana terbilang sangat ekstrim.
"Kami menginap di pinggir tebing yang curam 590 meter bersama Juliana 1 malam dengan memasang ancor supaya tidak ikut meluncur lagi 300 meter," tulis Agam di Instagram.
Selama proses evakuasi jasad Juliana, mereka tidak makan.
"Kami gak bisa masak. Medannya terlalu curam," kata Agam saat live Instagram.
Untuk bisa tetap bertahan hidup di tengah medan terjal juga cuaca yang sangat dingin, para rescuer mengisi perut dengan biskuit.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.