Pramono Singgung Bandung Kota Termacet, Terkuak Titik Paling Parah di Lokasi Dedi Mulyadi Berkantor
Gubernur Jakarta Pramono Anung menyinggung Bandung menjadi kota termacet di Indonesia. Terkuak titik paling parah di kota Dedi Mulyadi berkantor.
TRIBUNJAKARTA.COM - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyinggung Bandung menjadi kota termacet di Indonesia pada tahun 2024 lalu.
Jakarta bukan lagi kota termacet di Indonesia. Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, membongkar titik terparah lokasi kemacetan di wilayahnya.
Hal itu berdasarkan data yang dimiliki Pemkot Bandung.
Bandung merupakan kota tempat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berkantor. Kantor Gubernur Jawa Barat berada di Gedung Sate Bandung.
Ia menuturkan bahwa kemacetan paling parah terjadi di Jalan Soekarno Hatta karena menjadi pintu masuk dari arah barat, selatan, dan timur.
Pemkot Bandung sudah melakukan analisis terkait kemacetan yang kerap terjadi di sejumlah titik untuk menentukan langkah awal dalam menangani masalah macet tersebut.
"Macetnya dari pukul 6 pagi sampai pukul 10, lalu mulai lagi dari pukul 4 sore sampai pukul 8 malam. Ini sudah jadi rutinitas," ujar Farhan, Rabu (9/8/2025).
Farhan juga mencatat adanya pola kemacetan yang berbeda di tiga titik lainnya yakni Jalan Ir H Juanda, Sukajadi, dan Setiabudi.
Ketiga jalur ke arah utara Bandung ini, dinilai hanya mengalami kepadatan dari pukul 16.00-20.00, tanpa kemacetan berarti di pagi hari.
"Ini menarik, ada perilaku mobilitas warga Bandung yang khas. Tapi datanya belum lengkap, jadi kita masih banyak asumsi," katanya.
Dengan melihat kondisi tersebut, kata Farhan, sangat penting ada kolaborasi dengan berbagai untuk memahami perilaku transportasi masyarakat secara lebih mendalam, termasuk dengan Tom Tom Traffic.
Pada tahun 2024 TomTom Traffic merilis bahwa Kota Bandung menempati posisi ke-12 sebagai kota termacet di dunia, hingga akhirnya kondisi ini pun menjadi perbincangan hangat masyarakat.
Data tersebut dirilis oleh TomTom Traffic berdasarkan peringkat indeks kondisi lalu lintas terhadap 500 kota yang ada di 62 negara dan 6 benua dengan indeks yang dibuat berdasarkan waktu tempuh rata-rata dan tingkat kemacetan.
"Kalau bisa ketemu dengan TomTom ini, saya undang secara terbuka. Kita kerja sama antara Pemerintah Kota dengan lembaga tersebut untuk mengurangi kemacetan. Siapa tahu ini bisa jadi bagian dari sistem digital, bahkan big data dan Blockchain," ucap Farhan.
Menurutnya, Kota Bandung harus terbuka terhadap kerja sama teknologi berbasis data, sehingga Farhan terbuka terhadap berbagai macam bentuk kerja sama, khususnya dalam platform teknologi digital yang salah satunya untuk mengatasi kemacetan.
"Saya menghargai bahwa ada sebuah lembaga survei yang bernama TomTom. Survei itu saya baru dengar, tapi kalau memang ini lembaga internasional, saya sangat ingin mengundang mereka ke Bandung untuk memaparkan hasil surveinya," katanya.
Farhan mengakui, kemacetan menjadi masalah serius yang harus ditangani dengan pendekatan berbasis data, sehingga Pemkot Bandung masih mencoba melacak siapa pengelola lembaga survei tersebut.
"Sampai sekarang saya belum ketemu siapa pengelola TomTom ini. Tapi kalau ada, saya ingin undang mereka untuk presentasi data yang mereka miliki. Kalau itu bisa jadi biodata mobilitas, akan sangat berguna untuk pendataan dan pengambilan kebijakan," ujar Farhan.
Pramono Singgung Bandung
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menuturkan Kota Bandung, Jawa Barat kini didapuk jadi kota termacet di Indonesia di tahun 2024 lalu.
Hal ini berdasarkan hasil survei yang baru dirilis TomTom Traffic Index.
“Selama ini Jakarta menjadi ranking satu di Indonesia, sekarang ini menjadi ranking 5,” ucapnya saat ditemui di Halte Galunggung, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (3/7/2025).
Pramono menerangkan, saat ini posisi Jakarta berada di urutan kelima dan posisinya lebih baik dibandingkan beberapa kota besar lainnya di Indonesia.
“Yang sekarang nomor satu itu Bandung, nomor dua Medan, nomor tiga Palembang, empat Surabaya, dan lima Jakarta,” ujarnya.
Tak hanya itu, Jakarta yang biasanya masuk 10 besar kota termacet di dunia, kini posisinya pun makin membaik di peringkat 90.
Keberhasilan ini disebut Pramono tak terlepas dari perbaikan sektor transportasi publik yang terus dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Salah satunya dengan terus menambah rute baru TransJabodetabek untuk memberikan alternatif transportasi publik untuk warga yang tinggal di daerah penyangga ibu kota.
“Artinya apa yang kita rencanakan dengan TransJabodetabek maupun perbaikan lainnya itu memperlihatkan hasil positif,” ujarnya.
lihat foto'Tas jajanan' di PRJ 2025 viral gegara bentuknya yang unik. Intip yuk harga dan tas jajanannya ada apa aja.
'Tas jajanan' di PRJ 2025 viral gegara bentuknya yang unik. Intip yuk harga dan tas jajanannya ada apa aja.
Sebagai informasi tambahan, TomTom Traffic menggunakan metode penilaian berdasarkan floating car data (FCD) dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber.
Dalam indeks tersebut, TomTom kemudian menggunakan sampel representatif dari data yang mencakup 738 miliar kilometer intuk menilai dan menunjukkan bagaimana lalu lintas di kota-kota di seluruh dunia sepanjang 2024 kemarin.
Hasilnya, Jakarta berada di peringkat ke-90 dengan rata-rata waktu bepergian per 10 kilometer memakan waktu 25 menit 31 detik.
Sedangkan waktu yang hilang per tahun karena macet sebesar 108 jam.
Kondisi lalu lintas di Jakarta ini jauh lebih baik dibandingkan Kota Bandung, Jawa Barat.
Kota tempat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi itu berkantor ini menduduki peringkat ke-12 kota termacet di dunia versi TomTom Traffic Index.
Dalam TomTom Traffic Index, tercatat rata-rata waktu bepergian di Bandung di 10 kilometer memakan waktu 32 menit 37 detik.
Sementara waktu yang hilang per tahun karena macet sebesar 108 jam. (TribunJakarta.com/TribunJabar)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.