Diplomat Arya Daru Tewas di Kosan
Kondisi Kos dan Jasad Arya Daru Tak Wajar, Kriminolog Ungkit Skenario, Posisi Sidik Jari Jadi Kunci
Kondisi kos dan jasad diplomat muda Arya Daru Pangayunan tidak wajar di Menteng. Kriminolog UI ungkit skenario. Posisi sidik jari jadi kunci.
TRIBUNJAKARTA.COM - Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Haniva Hasna menilai tidak menutup adanya skenario dalam penemuan diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan.
Arya Daru Pangayunan (39) ditemukan tewas terlilit lakban dan tubuhnya ditemukan di atas kasur dalam kamar kosnya pada Selasa (8/7/2025) pagi.
Indekos diplomat muda itu berada di kawasan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat.
Haniva menilai sangat mungkin adanya keterlibatan pihak ketiga dalam kasus tewasnya Arya Daru Pangayunan.
Meskipun, jasad Arya Daru Pangayunan ditemukan dalam kamar kos yang terkunci. Selain itu, tidak ada dokumen atau bran berharga Arya Daru yang menghilang.
"Sangat mungkin karena dalam kriminologi modern ketiadaan luka fisik dan ruangan yang terkunci dari dalam itu tidak otomatis menyingkirkan keterlibatan pihak ketig," kata Haniva dikutip TribunJakarta.com dari tayangan Kompas TV, Kamis (10/7/2025).
"Banyak sekali pelaku kejahatan itu yang canggih banget menggunakan metode-metode yang meninggalkan kekerasan terbuka ya," tambahnya.
Oleh karena itu, Haniva Hasna menganggap penemuan jenazah diplomat muda itu adanya kemungkinan rekayasa.
Dimana, pihak ketiga itu mengunakan teknik pengalihan seperti racun atau obat penenang.
"Bahkan staging. Staging itu adalah rekayasa ketika terjadi pembunuhan gitu ya. Jadi bisa bisa jadi ini staging bunuh diri pasca-pembunuhan gitu," ujar Haniva.
"Jadi korban maaf mungkin sudah dilakukan kekerasan sampai kehilangan nyawa baru dibuat skenario seolah-olah dia mengalami bunuh diri gitu ya," tambah Haniva.
Menurut Haniva, kamar kos Arya Daru yang terkunci dapat dibuat sedemikian rupa menggunakan trik tertentu.
Termasuk, alat-alat yang menarik kunci dari luar setelah tertutup.
"Artinya meski terlihat seperti bunuh diri atau kematian alami, jadi tidak menutup kemungkinan terhadap kemungkinan rekayasa tadi itu," katanya.
Haniva juga tidak yakin Arya Daru meninggal bunuh diri.
Hal itu berdasarkan kondisi di lokasi kejadian. Dimana, suasana kamar Arya Daru sangat rapi.
Hal yang sama juga terlihat pada kondisi jenazah Arya Daru.
"Ditemukan dalam kondisi yang sangat rapi ini mengindikasikan ada seseorang atau pihak ketiga yang membuat korban ini menjadi serapi itu gitu ya," kata Haniva.
"Kan kalau dia melakukan pembalutan sendiri berarti ada kondisi ketika korban itu mengalami sesak nafas sehingga ada gerakan-gerakan yang asimetris." ujar Haniva.
"Tapi ketika ditemukan ini kan dalam kondisi yang sangat rapi gitu ya, dalam kondisi terselimuti dengan bagus gitu ya. Berarti kan ada kemungkinan ini ada pihak ketiga yang melakukan kejahatan ini," sambungnya.
Mengenai latar belakang Arya Daru yang berkecimpung dalam perlindungan WNI, Haniva menuturkan posisi sosial korban bisa menjadi pertimbangan.
"Di mana kemungkinan almarhum ini memiliki akses ke informasi penting atau sensitif gitu ya terkait dengan pekerjaannya," kata Haniva.
Kedua, lanjut Haniva, potensi tekanan struktural dari dalam institusi maupun faktor eksternan.
Terakhir, kata Haniva, takni risiko profesional dan psikologis. Pasalnya, pekerjaan Arya Daru menangani perlindungan WNI di luar negeri seringkali berhadapan dengan konflik dan isu HAM
Namun dari perspektif kriminologi, Haniva menuturkan perlunya menggali apakah korban sedang menghadapi beban psikologis yang tinggi atau psikososial yang tinggi atau terlibat dalam situasi berisiko yang membuatnya menjadi target tekanan.
"Mengingat beliau atau almarhum itu orang yang tidak pernah sampaikan hal-hal yang berat gitu ya. Kemungkinan psikososial atau kondisi-kondisi psikologis ada dalam tekanan itu menjadi rahasia almarhum atau korban sendiri disimpan secara pribadi. Ini yang kita bongkar ya," katanya.
Haniva pun meyakini polisi dapat membongkar kasus penemuan jasad diplomat tersebut. Pasalnya, polisi telah memiliki modal sidik jari dan rekaman CCTV.
Terlebih adanya keterlibatan psikolog forensik dan dokter forensik untuk membongkar kasus tersebut.
"Bisa melihat sebetulnya ketika menemukan korban, korban itu apakah ada zat-zat tertentu atau obat-obatan yang mungkin terhirup sehingga membuat kondisi korban itu menjadi lemah gitu ya," katanya.
Haniva juga menilai temuan sidik jari menjadi kunci untuk membongkar kasys tersebut. Dimana, sidik jari itu ditemukan dalam lakban yang melilit kepala Arya Daru.
"Kan perlu melihat sidik jarinya itu apakah di luar atau di dalam juga gitu ya. Karena kalau ini dililit sendiri berarti dari awal lakban itu dililitkan semuanya ada sidik jari," kata Haniva.
"Menghadap ke manakah sidik jari itu gitu ya Lalu apakah sidik jari, apakah ada sidik jari ganda di tempat yang lain? Karena pastinya semuanya juga terkontaminasi atau ada tertutup dengan sidik jari berbeda gitu ya. Lalu apakah si korban ini menyentuh lakban dalam situasi yang normal tadi itu? Apakah seperti disejajarkan sehingga membuat seolah-olah ini memang dipersiapkan? Tapi yang jelas kalau ini ada orang ketiga yaitu ini ada rekayasa berarti ini bukan pembunuhan yang sederhana ini sudah dipersiapkan dengan cara yang sebaik-baiknya sehingga menimbulkan ee apa tanda tanya yang besar masyarakat," jelas Haniva.
Kasus Diambil Alih Polda
Sementara itu, Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya mengambil alih kasus kematian misterius diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan.
Hal itu dibenarkan Wadirreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Putu Kholis Aryana kepada wartawan, Kamis (10/7/2025).
"Betul masih dalam penyelidikan," ucapnya.
AKBP Putu belum dapat menyampaikan perkembangan penanganan kasus ini.
Ditreskrimum Polda Metro Jaya akan melakukan proses penyelidikan secara lebih mendalam dan komprehensif.
Sebelumnya, diplomat muda ADP (39) ditemukan tewas di kamar kos kawasan Gondangdia Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025) pagi.
Saat ditemukan, kepala korban dililit lakban dan posisi tubuh berada di atas tempat tidur.
Pintu kamar dalam keadaan terkunci dari dalam.
Kepolisian juga mengungkapkan tidak ada tanda-tanda kerusakan atau kehilangan barang di kosan ADP.
Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal (Wakasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Pusat, Kompol Sigit Karyono, mengatakan hingga saat ini pihaknya masih menganalisis sejumlah barang pribadi korban, termasuk telepon genggam miliknya.
“Untuk pengecekan HP korban masih dianalisa,” ujar Kompol Sigit.
Menurutnya, ponsel korban tentu bisa menjadi petunjuk penting terkait aktivitas terakhir ADP sebelum ditemukan meninggal.
Namun hingga saat ini hasil pemeriksaan digital forensik belum disampaikan.
Selain itu, polisi juga masih menunggu hasil autopsi dari jenazah korban yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Kompol Sigit menyebut hasil autopsi belum selesai dan masih dalam proses.
“Hasil otopsi belum selesai,” singkatnya.
Pihak kepolisian telah memeriksa beberapa saksi dalam kasus ini, termasuk istri korban, pemilik kos, penjaga kos, dan tetangga sekitar.
Dua unit CCTV dari area sekitar juga telah diamankan untuk dianalisis lebih lanjut.
Polisi menyatakan penyelidikan masih berlangsung secara menyeluruh dengan melibatkan tim Inafis, Puslabfor, serta ahli forensik.
Belum jelas apakah pria berusia 39 tahun itu tewas akibat faktor medis maupun dugaan kriminal. (TribunJakarta.com/Tribunnews.com)
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.