Viral di Media Sosial

Tangis Nenek Siti Pecah Dibuang ke Panti Jompo, 4 Anaknya Tak Masalah Tak Dikabari saat Ibunya Wafat

Seorang nenek bernama Fatimah 'dibuang' oleh 4 anak kandungnya ke Panti Jompo Griya Lansia Khusnul Khatimah, di Malang, Jawa Timur.

Tangkapan layar TikTok Arief Camra
IBU DIBUANG 4 ANAK KANDUNG - Seorang nenek bernama Fatimah 'dibuang' oleh 4 anak kandungnya ke Panti Jompo Griya Lansia Khusnul Khatimah, di Malang, Jawa Timur. 

TRIBUNJAKARTA.COM - Seorang nenek bernama Fatimah 'dibuang' oleh 4 anak kandungnya ke Panti Jompo Griya Lansia Khusnul Khatimah, di Malang, Jawa Timur.

Kisah menyedihkan tersebut viral di media sosial dan menuai beragam komentar dari netizen.

Pantauan TribunJakarta.com, peristiwa Fatimah diserahkan ke panti jompo pertama kali diungkap oleh pemilik Griya Lansia Khusnul Khatimah, Arief Camra.

Melalui akun TikTok-nya, Arief Camra merekam detik-detik ia menjemput Fatimah di kediaman anaknya di Surabaya.

"Hari ini ada serah terima ibu secara total ke Griya Lansia oleh empat anak kandungnya yang tidak bersedia merawat ibu kandungnya," ungkap Arief Camra, Rabu (16/7/2025).

"Insya Allah beliau akan kami rawat dengan baik, dengan layanan gratis 100 persen dan jika beliau meninggal, akan kami makamkan di Griya lansia Malang," sambungnya.

Sebelum membawa Nenek Fatimah ke panti jompo, Arief penasaran dengan alasan anak-anaknya tega membuang sang ibu.

Lukman, salah satu anak yang ada di rumah mengurai cerita.

Ternyata ia dan kakak serta adik-adiknya tidak ada yang mau merawat lagi sang ibu.

Bahkan kata Lukman, saudara perempuannya juga tidak mau mengurus ibunya, Fatimah.

"Dari cerita, kan sampeyan empat bersaudara mas, masa enggak ada yang mau ngurus ibunya?" tanya Arief Camra.

"Kondisi saya kan lagi enggak punya rumah, sedangkan yang mba saya enggak ada, yang perempuan itu di luar pulau," jawab Lukman.

Heran dan gusar, Arief pun bingung kenapa sama sekali tidak ada anak yang mau merawat ibunya.

Lukman lantas beralibi bahwa saudara perempuannya ada di luar pulau Jawa.

"Meskipun luar pulau masa enggak bisa urunan, maksudnya membiayai ibu?" tanya Arief.

"Enggak mau," ujar Lukman.

"Anak pertama namanya siapa?" tanya Arief lagi.

"Faisal," imbuh Lukman.

"Anak kedua? ketiga?" tanya Arief.

"(anak kedua) saya, Lukman. (anak ketiga) perempuan namanya Warda. Keempat ini ada masalah di kepolisian," pungkas Lukman.

"Intinya keempat-empatnya anak ini enggak mau merawat atau enggak sanggup merawat?" tanya Arief ke sekian kalinya.

"Iya," akui Lukman.

Merasa tak habis pikir dengan alasan tersebut, Arief pun akhirnya memakai senjata terakhirnya agar anak-anak itu tidak jadi membuang ibunya.

Yakni Arief memberitahukan aturan soal Griya Lansia Khusnul Khatimah.

Bahwa nantinya Lukman dan saudaranya tidak boleh menjenguk ibu mereka ke panti sama sekali.

Lukman dan saudaranya juga tidak akan diberi tahu jika ibu Fatimah meninggal dunia.

Penjelasan itu diurai Arief dengan harapan Lukman mengurungkan niatannya membuang sang ibu.

Namun usaha Arief sia-sia. Ia tetap bersikeras menyerahkan ibunya ke panti.

"Di Griya Lansia ini kan sebenarnya tidak boleh untuk yang masih punya anak. Tapi berhubung sampeyan tidak mau merawat, saya siap merawat dengan catatan, serah terima total, sampeyan enggak boleh mengunjungi dan kalau meninggal enggak dikabari. Setuju?" tanya Arief Camra.

"Iya, setuju," kata Lukman.

"Jadi kalau misalnya nanti rame, sampeyan enggak bisa protes ke saya," ujar Arief.

"Oke," imbuh Lukman.

Kembali bertanya, Arief dibuat kecewa dengan jawaban Lukman, anak ibu Fatimah.

"Ini saya tanya sekali lagi, apa tidak dipertimbangkan ulang, apa sudah mantap dengan serah terima ini?" tanya Arief lagi.

"Sudah," ujar Lukman.

"Setelah ini ibu kami bawa ke Malang, ini soalnya serah terima total loh ya. Sampeyan nanti kalau rame di medsos enggak boleh protes ya. Soalnya kami di Griya Lansia serba terbuka, mulai mendapatkan lansia, merawatnya, sampai menguburkan kita sampaikan apa adanya. Siap ya?" tanya Arief.

"Siap," jawab Lukman.

Melihat Lukman ngotot membuang ibunya, Arief akhirnya benar-benar memboyong ibu Fatimah ke pantinya.

Terlihat ibu Fatimah sempat menengok ke arah sang putra sebelum dibawa ke Malang.

Setibanya di Griya Lansia Khusnul Khatimah, ibu Fatimah langsung dibersihkan dan dirawat.

Tangis Fatimah

Di hari pertama berada di Griya Lansia Khusnul Khatimah, Fatimah mengikuti salat subuh berjemaah.

Perawat di panti jompo tersebut merbersihkan tubuh Fatimah dan memasangkan mukena dengan telaten.

Menggunakan kursi roda, Fatimah lalu diantarkan ke masjid.

Di masjid, terlihat sejumlah lansia lain yang juga diabaikan oleh anak-anak mereka bersemangat mengikuti salat subuh berjemaah.

Selesai salat subuh, para lansia tersebut mengikuti dzikir bersama.

Di tengah lantunan dzikir yang mengalun, air mata Fatimah tak berhenti mengalir.

Ntah apa yang dipikirkan oleh wanita yang rambutnya sudah memutih semua tersebut.

"Mbah Fatimah menangis saat mengikuti dzikir pagi di Griya Lansia.

Beliau merasa nelangsa dibuang anak-anaknya," tulis Arief Camra.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

 

 

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved