Ketua RW Gen Z di Pademangan

Ketua RT dan Ketua RW Gen Z di Jakarta Utara Sama-Sama Punya Program Keren, Bikin Dipercaya Warga

Seolah-olah tak habis talenta muda di bidang birokrasi dan kepemimpinan, Jakarta Utara melahirkan Ketua RT dan Ketua RW gen z.

|

TRIBUNJAKARTA.COM - Jakarta Utara seolah-olah tak habis talenta muda di bidang birokrasi dan kepemimpinan. Setelah kemunculan Ketua RT gen z, Sahdan Arya Maulana (19), di kelurahan lain terpilih Ketua RW yang juga gen z, masih usia 20 tahun, yakni Tri Krisna Mukti.

Arya merupakan Ketua RT 7 RW 8 Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, sedangkan Krisna merupakan Ketua RW 02 Kelurahan Pademangan Barat, Kecamatan Pademangan.

Kedua pemimpin di lingkungannya masing-masing itupun kini masih berstatus mahasiswa. Arya kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) sedangkan Krisna mahasiswa STIE Taman Siswa Jakarta.

Arya dan Krisna pun berhasil mendapat kepercayaan warga berkat program keren yang memberi dampak.

Jam Malam

Sebagai KEtua RW muda, Krisna tak gentar menghadapi warga dan pengurus RT yang usianya jauh lebih tua.

Ia memilih pendekatan dialogis dan menyerap aspirasi mereka untuk dijadikan program kerja.

Salah satu program andalannya adalah Posyandu Remaja, yang memfasilitasi pemeriksaan kesehatan dan edukasi bagi anak muda berusia 12-24 tahun.

Ia juga menggagas pembatasan jam malam. Imbauan tak keluar rumah bagi remaja di lingkungan itupun sukses mencegah tawuran.

"Dulu daerah sini sempat rawan, tapi sekarang sudah jauh lebih tertib," ungkapnya.

Tak hanya itu, jumlah petugas keamanan di wilayahnya ditambah dari dua menjadi enam orang.

Ia juga berencana memasang CCTV di setiap RT.

Menjadi ketua RW di usia yang sangat muda pastinya tak lepas dari tantangan.

Salah satu yang paling rumit adalah mengurus kasus kematian warga terkait program bantuan sosial berbasis iuran.

"Saya harus rapatkan ulang soal keikutsertaan pasangan suami-istri dalam program itu. Banyak yang masih bingung hak dan prosedurnya," jelasnya.

Meski sempat diremehkan karena usia muda, Krisna membuktikan kemampuannya lewat berbagai inisiatif dan program yang dirasakan langsung manfaatnya oleh warga.

Belakangan, sosok ketua RW Gen Z ini pun sampai ke telinga Wali Kota Jakarta Utara.

Ia dihubungi langsung dan diminta hadir ke pertemuan bersama BNNP DKI untuk ditunjuk sebagai Duta Anti Narkotika.

Di luar perannya sebagai Ketua RW, Krisna juga aktif sebagai Wakil Senat Mahasiswa di kampusnya.

Ia mengaku bercita-cita menjadi anggota dewan di masa depan.

"Menjadi RW adalah langkah awal saya. Saya ingin dikenal bukan hanya karena usia muda, tapi karena kontribusi nyata saya," ujarnya.

Bagi Krisna, membagi waktu antara kuliah dan pengabdian bukan hal sulit.

Dari pagi hingga sore ia berada di kantor RW, kemudian kuliah hingga malam.

Pacarnya yang merupakan teman sekelas pun turut mendukung penuh.

"Dia senang banget, sampai nangis dan saya sampai ditabokin pas tahu saya terpilih, turut senang juga dia," katanya sambil tertawa.

Krisna pun mengajak generasi muda lainnya untuk tidak ragu terjun ke dunia kepengurusan wilayah.

Ia berharap anak-anak muda seusianya bisa mengikuti jejaknya menjalankan hal-hal positif dan menjauhi hal-hal negatif.

Perbaiki Jalan

Sementara itu, sosok Ketua RT gen z Arya viral di media sosial setelah dirinya menjadi inisiator pembangunan jalan permukiman yang dilakukan hasil swadaya masyarakat.

Tanpa adanya bantuan pemerintah, warga yang tinggal di Jalan Kelapa Hijau, RT 07 RW 08 Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara, bergerak secara mandiri memperbaiki ruas jalan permukiman mereka yang rusak.

"Jadi kenapa mau menjadi ketua RT karena dorongan hati saya, ingin bermanfaat bagi warga. Karena saya kecil di sini ya pengen sekali lah berkontribusi untuk wilayah, seperti itu," kata Arya kepada TribunJakarta, Minggu (13/7/2025).

Ia memperbaiki jalan rusak di lingkungan tempat tinggalnya hasil musyawarah dan swadaya masyarakat.

Jalan permukiman yang diperbaiki itu berlokasi di Jalan Kelapa Hijau, RT 07 RW 08 Rawa Badak Selatan.

Menurut Arya, perbaikan berupa pengecoran jalan yang rusak sepanjang 100 meter itu hasil swadaya masyarakat.

Merogoh kocek Rp 20 juta, biaya perbaikan jalan dihasilkan dari patungan warga dan biaya operasional sebagai RT yang sama sekali tak digunakannya untuk hal lain.

"Ada yang sebagian dari swadaya dan dari kita. Nah dari kita itu, biaya operasional kita itu semua kita alihkan ke pembangunan semua. Jadi kita selama dua bulan ini tidak pernah ngambil biayaBOP sepeserpun," ucap dia.

Pengerjaan perbaikan jalanan ini berlangsung dua hari.

Ini juga menjadi salah satu upaya untuk mencegah banjir lantaran di belakang pemukimannya terdapat sebuah aliran kali, yang kerap meluap bila hujan lebat datang.

Menurut Arya, perbaikan jalan ini harus segera dilakukan karena memang ruas jalan itu menjadi akses utama masyarakat.

Apalagi, selama ini belum ada langkah apapun dari pemerintah soal jalan rusak di sana meski berulangkali telah disampaikan dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang).

Aksi Arya itu mendapat apresiasi dari Wali Kota Jakarta Utara hingga diberi akses khusus untuk menyampaikan aspirasi.

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved