SOSOK Kwik Kian Gie yang Meninggal pada Usia 90 Tahun, Tak Menyangka Ditunjuk Gus Dur Jabat Menteri

Sosok Kwik Kian Gie ahli ekonomi yang tutup usia pada Senin (28/7/2025). Menteri Era Gus Dur dan Dekat dengan Ayah Prabowo Subianto.

Kompas.com/Kurnia Sari Aziza/MOH. SYAFI'I
KWIK KIAN GIE MENINGGAL - Sosok Kwik Kian Gie ahli ekonomi yang tutup usia pada Senin (28/7/2025) pukul 22.00 WIB. Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) meninggal dunia pada usia 90 tahun dan disemayamkan di rumah duka Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta. 


TRIBUNJAKARTA.COM - Simak sosok Kwik Kian Gie ahli ekonomi yang tutup usia pada Senin (28/7/2025) pukul 22.00 WIB.

Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) meninggal dunia pada usia 90 tahun dan disemayamkan di rumah duka Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta.

Politikus senior PDIP Hendrawan Supratikno mengungkapkan bahwa Kwik Kian Gie meninggal dunia setelah sebelumnya sempat dirawat di RS Medistra Jakarta karena masalah pencernaan.

Diketahui Karir Kwik Kian Gie melejit pada era Presiden ke-3 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur).


Kwik Kian Gie adalah seorang ahli ekonomi dan juga politikus senior yang sempat menjabat sebagai menteri di era kepemimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati.

Dia menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Keuangan Indonesia pada tahun 1999-2000, lalu menjabat kembali sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional pada tahun 2001-2004.

Kwik Kian Gie lahir 11 Januari 1935 di Juawana, Pati, Jawa Tengah, pada akhir tahun 1954 dia menamatkan pendidikan SMA dan melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia selama satu tahun.

Kemudian pada tahun 1956 Kwik Kian Gie melanjutkan studinya di Nederlandche Economiche Hogeschool, Rotterdam Belanda dan lulus di tahun 1963.

Lulus dari Belanda, Kwik bekerja sebagai Asisten Atase Kebudayaan dan Penerangan di Kedutaan Besar RI di Den Haag pada tahun 1953 hingga 1964, lima tahun kemudian dia terpilih menjadi Direktur NV Handelsonderneming 'IPILO' Amsterdam

Pada tahun 1970 Kwik Kian Gie kembali di Indonesia dan mendirikan sebuah perusahaan keuangan PT Indonesia Financing & Investment Company bersama Ferry Sonneville dan Dr Indra Hattari.

Selain itu kwik juga memimpin 3 perusahaan sebagai direktur sekaligus pemegang saham di PT ALtron Panorama Electronic, Dirut PT Jasa Dharma Utama dan Komisaris PT Cengkih Zanzibar dan juga PT ABN Amro Finance.

Pada tahun 1987 Kwik Kian Gie mendirikan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII) yang kini berubah nama menjadi Kwik Kian Gie School of Business.

Pada tahun yang sama juga Kwik Kian Gie bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Pada tahun itu juga, ia dipercaya sebagai anggota Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mewakili PDI.

Saat Megawati menjabat sebagai ketua umum PDI yang berganti nama menjadi PDI Perjuangan (PDI-P), Kwik Kian Gie dipercaya menjabat sebagai ketua DPP merangkap Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan.

Karir politiknya terus melejit, pada tahun 1999, dia diminta oleh Presiden Abdurrahman Wahid menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia pada tahun 1990.

Namun ia mengundurkan diri seiring dengan lengsernya Gus Dur.

Kwik sempat bercerita mengenai penunjukkannya sebagai menteri oleh Gus Dur

Kwik Kian Gie bercerita saat salah satu pembicara dalam peringatan Haul ke-9 Gus Dur di Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. 

Dalam acara itu, Kwik Kian Gie menceritakan pengalamannya bekerja sama dengan Gus Dur selepas pemerintahan orde baru. 

Ia ditunjuk Gus Dur menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Industri, dan Keuangan (EKUIN) pada 29 Oktober 1999. 

Sebagai pria keturunan Tionghoa, Kwik Kian Gie terkejut dan tak percaya jika jabatan strategis seperti Menko EKUIN diserahkan kepadanya. 

Kwik Kian Gie menuturkan, penunjukan dirinya sebagai Menteri EKUIN terjadi setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menetapkan Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. 

Dalam pertemuan yang membahas pembentukan kabinet, Gus Dur menggunakan hak prerogatifnya sebagai Presiden saat itu dengan menunjuk Wiranto sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam)dan Kwik Kian Gie sebagai Menko EKUIN. 

"Betapa terkejutnya semua hadirin. Namun, saya lah yang paling terkejut karena tidak menyangka sedikitpun karena kedudukan Menko Ekuin diberikan kepada orang keturunan Tionghoa yang tidak mengganti namanya dan beristrikan orang Belanda," cerita Kwik Kian Gie dikutip dari Kompas.com pada Minggu (16/12/2018), 

Pada masa pemerintahan Presiden Megawati, Kwik Kian Gie ditempatkan kembali di kursi menteri sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional atau Ketua Bappenas periode 2001-2004.

Selepas itu Kwik Kian Gie tak lagi terlibat dalam politik praktis, ia berkonsentrasi mengembangkan lembaga pendidikannya dan menjadi pengamat ekonomi dan rujukan politikus-politikus muda yang kritis atas kebijakan pemerintah,

Kwik Kian Gie juga pernah dianugerahi Bintang Mahaputra Adipradana Republik Indonesia adalah tanda untuk memberi kehormatan tinggi kepada mereka yang berjasa luar biasa guna keutuhan, kelangsungan dan kejayaan bangsa dan negara.

Kwik Meninggal Dunia

Kabar duka meninggalnya Kwik Kian Gie dikonfirmasi oleh mantan Calon Wakil Presiden 2019, Sandiaga Uno. Ia menyampaikan rasa duka yang mendalam atas wafatnya Kwik.

Dalam unggahan Instagram-nya, Sandi menyebut Kwik sebagai mentor dan teladan yang tak pernah lelah memperjuangkan kebenaran.

“Selamat jalan, Pak Kwik Kian Gie. Ekonom, pendidik, nasionalis sejati. Mentor yang tak pernah lelah memperjuangkan kebenaran. Yang berdiri tegak di tengah badai, demi kepentingan rakyat dan negeri,” tulis Sandi, disertai foto dirinya bersama Kwik dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Dekat dengan Ayah Prabowo

Politikus senior PDI-P Hendrawan Supratikno mengungkap kedekatan ekonom senior Kwik Kian Gie dengan ayah Presiden Prabowo Subianto, Soemitro Djojohadikusumo. 
Tak hanya sebatas hubungan personal, keduanya juga disebut memiliki kesamaan garis pemikiran ekonomi yang kuat. 

Hendrawan menjelaskan bahwa keduanya merupakan sosok yang sama-sama dipengaruhi pemikiran ekonomi arus utama Eropa Barat, khususnya aliran Keynesian. 

"Mereka dekat karena garis pemikirannya banyak memiliki kesamaan. Pemikiran arus besar Keynesian Economics seperti yang dianut negara-negara Eropa Barat, seperti Belanda," kata Hendrawan kepada Kompas.com, Selasa (29/7/2025). 

Menurut Hendrawan, Soemitro dan Kwik memang berbeda generasi saat menempuh pendidikan di Erasmus University, Belanda. 

Namun, mereka berada dalam satu jalur pemikiran yang dipengaruhi oleh guru besar yang sama. 

"Guru mereka sama-sama Prof. Jan Tinbergen, pemenang Nobel Ekonomi yang pertama pada 1969," ungkapnya. 

Hendrawan juga menceritakan bahwa pada akhir tahun 2023, ia sempat bertemu dengan Rektor Erasmus University.

Dalam pertemuan itu, pihak universitas menitipkan sebuah buku khusus untuk disampaikan kepada Kwik Kian Gie. "Buku Jan Tinbergen: The Rise of Economic Expertise, tulisan Erwin Dekker," ujar Hendrawan. 

Sebagai informasi, Soemitro Djojohadikusumo dikenal sebagai ekonom sekaligus politisi kawakan yang berperan besar dalam perumusan kebijakan ekonomi nasional pada masa awal kemerdekaan. 

Sementara itu, Kwik Kian Gie adalah tokoh ekonom kritis yang pernah menjabat sebagai Menko bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri.   

Pernah jadi Penasehat Prabowo-Sandi 

Selain dekat dengan Soemitro, Kwik Kian Gie juga pernah menjadi penasehat ekonomi Prabowo saat ia mencalonkan diri di Pemilihan Presiden 2019 bersama Sandiaga Uno. 

Padahal saat itu, Kwik merupakan politikus PDIP. PDIP sendiri diketahui mencalonkan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di dalam kontestasi tersebut. 

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menyebut Kwik Kian Gie memiliki banyak pemikiran yang sejalan dengan Gerindra dan Presiden Prabowo Subianto

"Ya saya merasa sangat kehilangan sekali atas kepergian dari Pak Kwik Kian Gie, seorang ekonom, pemikir ekonomi yang nasionalis, yang juga mencita-citakan terwujudnya Pasal 33 UUD 1945. Banyak pemikiran Kwik Kian Gie yang saya kira sejalan, terutama juga dengan haluan dari Gerindra," ujar Fadli Zon saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/7/2025) dini hari. 

Fadli pun mengenang tokoh pendiri PDI-P tersebut sebagai penasihat ekonomi Prabowo-Sandi di Pilpres 2019 silam. 

Fadli Zon berdoa agar Kwik Kian Gie diterima Tuhan Yang Maha Kuasa. "Dan beliau juga pernah menjadi penasihat ekonomi dari Prabowo-Sandi ketika tahun 2019. Ya ketika itu, saya kira apa yang disampaikan oleh Pak Prabowo tentang pikiran-pikiran ekonomi beliau memang merupakan bagian dari upaya untuk merealisasikan Pasal 33 UUD 1945, itu sejalan dengan apa yang selalu dibicarakan oleh Pak Kwik Kian Gie," paparnya.
(Bangkapos/Kompas.com/KompasTV

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved