Kericuhan Semalam Tak Kunjung Usai, Begini Kesaksian Pedagang Ceritakan Situasi Mencekam di Slipi

Pedagang makanan di Slipi, Jakarta Barat ceritakan situasi mencekam saat terjadi kericuhan di kawasan tersebut pada Senin (25/8/2025) malam.

Laporan Wartawan TribunJakarta.com Elga Hikari Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, PALMERAH - Pedagang makanan di Slipi, Jakarta Barat menceritakan situasi mencekam saat terjadi kericuhan di kawasan tersebut pada Senin (25/8/2025) malam.

Pria yang biasa disapa Pak Gendut ini mengatakan, kericuhan di kawasan Slipi yang terjadi sejak sore baru bisa dibubarkan pada tengah malam.

"Baru bubar jam 12 malam. Tapi yang arah ke Palmerah itu jam setengah 1 masih perang," kata dia yang berjualan asongan di kawasan Slipi arah Petamburan saat ditemui di tempatnya berjualan, Selasa (26/8/2025).

Dia mengatakan, warga yang berada di kawasan Slipi arah Petamburan sampai tengah malam didominasi oleh para pelajar.

"Saya jam 10 malam udah tutup karena situasinya makin ramai. Kalau di sini anak-anak STM. Yang di sana (arah Palmerah) itu banyak warga juga," tuturnya.

Pria tersebut mengatakan, kericuhan malam tadi seperti yang pernah terjadi di tahun 2019 lalu kala aksi menolak revisi KUHP.

"Sama kayak tahun 2019 waktu itu yang sampai bentrok juga kan ya," ujar dia.

Beruntung ia menyebut tak ada korban luka  yang berjatuhan di kawasan Slipi.

"Kayaknya enggak ada. Cuma jatuh biasa aja," kata dia.

Diketahui, Pantauan TribunJakarta.com di lokasi pada Senin malam pukul 23.00 WIB, massa aksi memang masih bertahan di Perempatan Slipi.

Bahkan, masih banyak massa yang terus berdatangan membuat situasi kian mencekam.

Kali ini tak hanya pelajar sebagaimana pada sore harinya tapi banyak juga orang dewasa yang berada di kawasan Slipi.

Mereka sudah mengolesi wajahnya dengan odol untuk mengantisipasi gas air mata.

Bahkan, arus lalu lintas menuju dari Palmerah menuju Slipi begitupun sebaliknya sudah ditutup oleh warga agar tak ada kendaraan yang terjebak di kericuhan

Massa akhirnya kocar kacir saat dipukul mundur oleh polisi yang meletupkan gas air mata.

Sebelumnya diberitakan, kawasan Slipi, Jakarta Barat masih memanas sampai Senin (25/8/2025) malam sekira pukul 21.45 WIB.

Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, massa aksi yang didominasi pelajar dan remaja masih bertahan di Perempatan Slipi.

Bahkan, masih ada yang terus berdatangan membuat situasi kian mencekam.

Nampak massa aksi merusak videotron, pos polisi hingga CCTV yang ada di lokasi.

Kericuhan di kawasan Slipi terjadi sejak sore tadi usai polisi memukul massa yang menggelar aksi demo di depan Gedung DPR RI.

Polisi sebenarnya sudah berulangkali membubarkan massa, termasuk dengan meletupkan gas air mata.

Namun, massa yang bubar ke arah Palmerah dan Petamburan akan kembali lagi ke Perempatan Slipi jika efek gas air mata sudah hilang.

Massa kemudian juga membakar  sejumlah bahan material di tengah jalan baik dari arah Semanggi-Grogol maupun sebaliknya.

"Revolusi, revolusi, revolusi," teriak massa secara kompak. 

Selain di Slipi, Pos polisi di Jalan Gerbang Pemuda, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat juga dirusak massa.

Kericuhan pecah saat massa berhadapan dengan aparat kepolisian yang memasang pagar hitam yang juga memasuki kawasan barikade beton Transjakarta dari arah Jalan Tentara Pelajar menuju Jalan Gatot Subroto.

Kondisi pos polisi tampak porak poranda. Sejumlah kaca jendela pecah, dinding bagian luar dicoret dengan cat semprot berwarna merah dan kuning, serta kotak panel listrik terbuka dengan kabel menjuntai. 

Bagian dalam pos polisi dipenuhi sampah berserakan, mulai dari botol plastik, styrofoam bekas makanan, hingga pecahan kaca. 

Dua kursi di dalam pos tampak masih berdiri, tetapi kondisi ruangan kotor dan berantakan. 

Tulisan bernada kasar juga ditemukan di dinding luar pos polisi.  

Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved