TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG SELATAN -- Seorang perempuan berusia sekitar 20 tahunan menjerit dan menangis dengan kencang di bawah tenda tunggu keluarga jenazah korban kecelakaan maut bus rombongan PKK Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan di tanjakan Emen Subang, Jawa Barat.
"Mamah! Mamah!" jerit perempuan tersebut di RSUD Tangerang Selatan, Minggu (11/2/2018).
Matanya merah dan mengeluarkan air mata. Beberapa perempuan yang juga menangis mencoba merangkulnya dan menenangkannya.
"Istighfar, Kakak. Istighfar!" kata perempuan paruh baya yang coba menenangkannya.
Perempuan tersebut kemudian terjatuh dan tidak sadarkan diri di bangku yang sudah disiapkan RSU Kota Tangerang Selatan.
Perempuan tersebut kemudian dibopong ke samping gedung Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSU Kota Tangerang Selatan yang berada tepat di samping tenda tunggu.
Sambil memukul-mukulkan tangannya ke lantai semen, seorang perempuan mencoba menyadarkannya.
"Kakak yang kuat kakak, kasihan mamah, kasihan sama mamah, bangun kakak, bangun!" kata perempuan tersebut sambil menangis di depan tubuh lemas keluarga korban.
Seorang perempuan lainnya kemudian terjatuh tidak sadarkan diri ketika mengantar jenazah keluarganya yang tengah dibawa ke dalam masjid RSU Kota Tangsel untuk disalatkan.
Para lelaki dan perempuan yang berada di sekitarnya lalu membawanya ke tenda tunggu.
Seorang lelaki juga terdengar menjerit dan menangis dengan kata-kata yang tak jelas di tenda tunggu tersebut.
Lelaki lain yang berusia sekitar dua puluh tahunan tampak lemas dan linglung duduk di antara keluarga korban yang menunggu jenazah.
Tatapannya kosong, langkahnya lemas, seorang perempuan yang berusia lebih muda darinya merangkulnya.
Ada juga perempuan lain yang menjerit dengan keras sambil meronta-ronta. Beberapa lelaki bahkan harus membopongnya menjauh dari tenda tunggu jenazah.
Tampak juga beberapa anak kecil di bawah tenda tersebut. Beberapa ibu-ibu berdiri dan berkumpul di samping tenda sambil membagi ceritanya masing-masing.
"Kasihan bener, ampe bilang 'Allah jahat. Allah jahat," cerita seorang ibu kepada ibu lainnya.
Sementara itu, para pemandi jenazah dari keluarga korban yang bercelemek plastik tampak keluar masuk gedung Instalasi Pemulasaraan Jenazah.
Petugas dari RSUD Kota Tangsel berseliweran membawa bertumpuk-tumpuk tikar pandan ke dalam ruang tersebut.
Beberapa keluarga korban yang jenazah keluarganya telah dimandikan membawa kantung plastik bening berisi kain batik dan kafan.
Mereka kemudian duduk dan menunggu keluarganya di salati di bawah tenda tunggu.
Dari masjid terdengar kalimat-kalimat suci dan doa tak berhenti dilantunkan.
Sebagian keluarga ikut menyalati keluarganya di dalam masjid.
Terhitung lebih dari lima kali, jenazah korban silih berganti disalati.
Banyak dari keluarga korban yang belum berhenti menangis meski jenazah yang sudah selesai dimandikan dan disalati dimasukan ke dalam ambulan.
"Kita doakan, semoga jenazah diterima Allah swt, keluarga juga ditabahkan, dan ini dicatat menjadi amal ibadah bagi semua yang sudah membantu di sini," kata seorang lelaki dari pelantang masjid RSUD Kota Tangsel.
Ambulan terakhir yang mengantar jenazah ke dua puluh enam berangkat dari RSU Kota Tangsel menuju pemakaman sekitar pukul 14.30.
Sebagian jenazah tersebut dimakamkan di Makam Waqaf Legoso, sebagian lainnya di bawa rumah duka di Legoso, dan sisanya dibawa ke kampung halamannya masing-masing.