TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Bergetar! jarum jam baru saja tergelincir dari angka tujuh, pagi kemarin.
Saat itu Ida Kumalasari (39) warga Makassar, Sulawesi Selatan, hendak keluar kamar dari Villa Bukit Surya, Pakem, Kaliurang.
Tanpa disertai tanda-tanda, tiba-tiba terdengar jelas gemuruh dari lereng Merapi, suaranya keras mencekam.
Beberapa saat kemudian, Ida merasakan setiap sudut dinding dan kaca kamar tempat dia menginap bergetar hebat.
Ia segera keluar kamar dan sempat melihat asap membubung tinggi dari puncak Merapi.
Akhirnya berlari menyelamatkan diri.
Baca: Merapi Meletus Warga Dibuat Panik, Sri Si Pencari Rumput Saya Terpaku, Sangat Menakutkan
"Kejadian sekitar pukul 07.10, saya baru siap-siap mau latihan. Tiba-tiba terdengar gemuruh, kenceng, seperti suara pesawat sedang latihan. Saya bingung, kok, ditempat seperti ini ada pesawat latihan, saya keluar, ternyata merapi erupsi, saya langsung panik," ujar dia dengan nafas memburu, ketika bercerita di Posko Utama Kantor BPBD Pakem, Sleman, Jumat (11/5/2018).
Ida Kumalasari merupakan satu dari rombongan wisatawan yang tengah mengikuti kejuaraan Panahan di Lapangan skadik 105 Wara TNI AU, kompleks wisata Kaliurang, Sleman.
Ia mengungkapkan, kala itu sudah tak ada lagi yang dipikirkan, kecuali menyelamatkan diri.
"Saya takut, panik. Akhirnya dievakuasi di sini (Posko BPBD Sleman)," ucap dia.
Bukan hanya Ida, letusan freatik Merapi, membuat ratusan siswa-siswi SMPN 2 Wates, Kulonprogo, membatalkan kemahnya.
Kepala SMPN 2 Wates, Turismiyati mengatakan, saat peristiwa itu terjadi, ia bersama bersama 128 siswa dan 14 pembina tengah melaksanakan kemah di bumi perkemahan Senolewah, Umbulharjo, Sleman.
"Kejadiannya pagi-pagi ya. Ketika melihat ada tanda-tanda hujan abu vulkanik, anak-anak langsung panik. Kami segera putuskan turun ke bawah," terang dia saat ditemui di Barak Evakuasi, Brayut, Wukirsari, Sleman.
Baca: Moeldoko Bongkar Alasan Perihal Napi Terorisme di Mako Brimob ‘Tidak Dihabisi Semua’
Sementara itu, Eri Purwanti (42) sedang berada di warungnya di kawasan Telaga Putri, Kaliurang, Sleman.
Tak berapa lama berselang, pagi kemarin ia mendengar suara gemuruh yang dahsyat.
Awalnya ia mengira suara tersebut berasal dari pesawat.
Namun, ketika gemuruh perlahan menghilang, ia merasakan getaran.
Ia pun berteriak spontan, “gunung gunung”.
"Saya lagi duduk, la, kok ada suara gemuruh. Tak kira pesawat, tetapi kok ada getarannya. Wah, ya jelas gunung," katanya saat ditemui di warungnya, Jumat (11/5).
Ia dan beberapa pedagang lain lantas diimbau untuk mengamankan diri.
Eri mengamankan diri hingga ke Tempat Pemungutan Retribusi (TPR) Objek Wisata Kaliurang.
"Semua mengamankan diri. Ada yang di (pos) SAR Tugu Udang. Kalau saya di dekat TPR, ikut instruksi saja," ucapnya.
Nasib pendaki
Dari video yang beredar di media sosial, tampak para pendaki yang pagi kemarin diduga berada di Pasar Bubrah, tak jauh dari puncak Merapi, dibuat panik saat kepulan asap tinggi membubung dari bibir kawah.
Terdengar, seorang dari rombongan pendaki yang sedang memasak itu mengomando kawan-kawannya untuk mencari tempat berlindung.
Kira-kira pukul 16.00 sore kemarin, sebanyak 160 pendaki yang melakukan pendakian Merapi sukses dievakuasi seluruhnya oleh tim evakuasi yang terdiri dari beberapa elemen,di antaranya, Basarnas, Barameru, Polisi dan TNI, serta anggota Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).
Susilo Ari Wibowo, Pengendali Ekosistem Hutan TNGM menjelaskan, para pendaki tersebut dievakuasi secara bertahap sejak erupsi terjadi pagi kemarin.
Tim evakuasi menerjunkan empat tim melibatkan 22 orang dari berbagai elemen tersebut.
Ari menyatakan, semua pendaki telah berhasil dievakuasi dengan selamat.
Baca: Bripka Marhum Tewas dengan Luka Kecil, Kapolri Sebut Pisau yang Digunakan Pelaku Mengandung Racun
Beberapa pendaki memang mengalami luka lecet lantaran terjatuh lantaran panik berusaha menyelamatkan diri.
Namun, tidak ada yang mengalami luka berat.
"Tadi (kemarin) terakhir sekitar jam 16.00 ada lima pendaki yang dievakuasi. Seluruhnya sudah dievakuasi. Mereka semua terdaftar di pos pendakian dan menjadi pendaki resmi. Tim evakuasi sudah turun semua termasuk yang melakukan penyisiran terakhir," urai Ari.
Ari menambahkan, seluruh pendaki yang sudah dievakuasi langsung didata kembali dan mendapatkan perawatan bagi yang memerlukan.
Pascaerupsi ini, TNGM menutup sementara semua akses masuk TNGM hingga batas waktu yang belum ditentukan.
"Semua sudah terkendali dan sudah dilakukan penyisiran. Semua pendaki yang dievakuasi juga terdaftar," kata Ari.
Kontak Magma dengan Air
ANALISIS Dr. Djati Mardiatno Kepala Pusat Studi Bencana Alam UGM mengatakan, letusan gunung merapi kali ini merupakan erupsi freatik di mana terjadinya kontak antara magma dengan air yang menyebabkan keluarnya asap menyembur keluar melalui kolom menuju puncak merapi.
Ia mengibaratkan air yang berkontak dengan magma, mirip seperti air yang dimasukkan dalam wajan yang berisi minyak goreng yang dalam keadaan panas, muncul percikan.
Namun demikian ia menyebut status Merapi masih normal.
"Kontak antara air dengan magma disebabkan adanya retakan baru pada kawah yang menyebabkan air tanah masuk ke dalam magma," ujarnya.
Menurutnya adanya retakan tersebut adalah proses alami karena aktivitas magma merapi yang selalu aktif.
Baca: Bripka Marhum Tewas Ditusuk, Sang Putra Diberi Dispensasi Masuk Kepolisian oleh Kapolri
Dijelaskannya, kepulan asap yang keluar dari puncak merapi tidak hanya mengeluarkan uap air tapi juga membawa pasir dan debu.
"Sebaran debu pun akan menyebar menyesuaikan dengan arah angin berembus. Bukan sekadar debu, abu vulkanik itu mengandung silika (bahan baku kaca), sehingga apabila terhirup dan kena mata akan menyebabkan iritasi," paparnya.
Meski Merapi sering mengalami letusan freatik, Djati menilai bukan berarti akan terjadi letusan yang lebih besar.
Menurutnya, sepanjang aktivitas magma tidak keluar melalui puncak, maka tidak akan terjadi erupsi dalam skala besar. (nto)