Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, CILODONG - NA (23) menyayangkan sikap sejumlah warga Depok yang diam saat ia dianiaya suaminya PH (32).
Seluruh rintihan sakit akibat luka yang dirasakan sekujur tubuhnya tidak membuat warga menolong ibu satu anak ini.
Hanya karena suaminya berulang kali menuduh NA berselingkuh dan telah berhubungan intim dengan seorang pria, sejumlah warga yang menyaksikan perbuatan keji itu bungkam.
• Kerap Aniaya, Pelaku KDRT di Depok Ancam Lempar Istrinya dari Atas Jembatas Panus
"Sepanjang kemarin malam itu dia marahi dan puluhan kali mukul dan nendangin saya. Di Oka Biliard itu saya dihajar tapi enggak ada yang nolongin, mereka cuman negur suami saya biar diselesaikan di rumah saja. Mereka percaya kalau saya memang selingkuh," kata NA di kediamannya, Cilodong, Depok, Selasa (25/7/2018).
Teguran itu hanya menyelamatkan NA selama beberapa saat sebelum rentetan kekerasan menimpanya.
Ia dipaksa berjalan kaki menuju rumahnya yang berjarak sekira enam kilometer dari Oka Biliard sembari dimaki dan ditendangi dari belakang.
Perbuatan itu terus berlangsung hingga Jembatan Panus yang jaraknya sekira empat kilometer dari Oka Biliard.
• Polisi Ringkus Seorang Ayah yang Cabuli Anak Tiri Selama 2 Tahun di Depok
"Di dekat jembatan Panus saya disuruh telanjang, kalau enggak mau saya bakal dilempar dari atas jembatan Panus. Dia juga ancam akan nusuk kepala saya pakai kunci motornya. Karena saya tetap enggak mau dia merobek baju saya," lanjutnya.
Ironisnya, kejadian serupa terjadi saat ibu satu anak ini meminta pertolongan kepada sejumlah pengendara yang melintas.
Makian suami yang menyebut NA sebagai perempuan yang berselingkuh membuat sejumlah warga hanya bungkam tak menolongnya.
"Waktu itu posisinya memang sepi, tapi ada beberapa orang lewat yang melihat saya. Saya sudah minta tolong, tapi enggak bisa teriak kencang karena saya juga kesakitan. Orang yang lihat saya cuman diam, enggak menolong saya," ujar NA.
NA menduga sejumlah warga percaya dengan tudingan kalau ia berselingkuh dan telah berhubungan inim dengan teman prianya.
Hal ini lantaran NA terpaksa berbohong kalau dirinya telah berselingkuh dan melakukan hubungan intim.
Kebohongan itu terpaksa dilakukan lantaran NA tidak ingin kehilangan nyawanya akibat dilempar dari atas Jembatan Panus ke Kali Ciliwung.
Terlebih suaminya juga mengancam akan menusuk kepalanya menggunakan kunci sepeda motor.
"Karena takut jadi saya menuruti kemauannya. Saya bohong kalau sudah pernah berhubungan sama teman saya. Habis itu dia ngatain saya 'perempuan tukang selingkuh' terus melempar kunci motornya sampai kepala saya berdarah," ucapnya.
Bahkan saat suaminya memutuskan membawa NA kembali ke Oka Biliard, tidak ada warga yang mencoba menghentikan perbuatan pelaku.
Di lantai atas Oka Biliard, NA lebih menderita karena suaminya melakukan aksinya di depan buah hati mereka yang masih berusia tiga tahun.
Tangis anaknya dan rentetan kekerasan membuat NA mengambil tawaran suaminya yang ingin mencukur rambutnya hingga hampir plontos.
Tawaran itu diambil lantaran pelaku mengatakan akan menghentikan perbuatannya bila Prima mencukur rambutnya.
"Saya sudah enggak kuat, badan saya babak belur, kepala saya berdarah karena dilempar kunci motor, anak saya nangis. Saya lebih milih rambut saya dibotakin. Waktu di atas itu dia videoin pakai handphonenya. Enggak ada yang menolong saya," katanya.
Puas melakukan aksinya, Prima meninggalkan NA seorang diri lalu membawa anaknya pergi.
Setelah ditinggal dalam keadaan luka, NA hanya diantar teman pelaku ke rumahnya.
Beruntung tetangga korban tidak termakan tudingan Prima yang menyebut bahwa NA telah berselingkuh.
Usai menghentikan pendarahan di wajahnya, NA ditemani sejumlah warga Kelurahan Sukamaju menuju Polresta Depok.
NA juga telah melakukan visum di Rumah Sakit Harapan Bunda guna membuktikan perbuatan suaminya di mata hukum.
Sebagai informasi, di tahun 2017 lalu suaminya juga pernah melakukan KDRT saat menginap di rumah orangtuanya.
Sejak awal menikah pun suaminya kerap melakukan KDRT dalam bentuk makian kepada NA.
Ia kerap disebut tidak becus mengurus anak meski telah berupaya mencari nafkah sendiri dengan cara menjajakan minuman ringan.
(Hingga kini TribunJakarta.com masih mencoba mengkonfirmasi Polresta Depok mengenai laporan tersebut)