Tetap Berikan Informasi Gempa Lombok, Ini Perjuangan Sutopo Purwo Nugroho dalam Melawan Kanker

Penulis: Ilusi
Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat ditemui awak media di Gedung BNPB, Utan Kayu Utara, Matraman, Jakarta Timur, Selasa (31/7/2018).

TRIBUNJAKARTA.COM - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho tengah sibuk melakukan konferensi pers terkait gempa Lombok.

Dalam kondisi tubuhnya yang sedang berjuang melawan rasa sakit, Sutopo Purwo Nugroho tetap memberikan informasi terbaru soal gempa Lombok yang berkekuatan 7 Skala Richter.

Melansir dari Kompas.com, Sutopo Purwo Nugroho tengah berjuang melawan penyakit kanker paru-paru stadium empat.

Sutopo Purwo Nugroho menceritakan, dirinya divonis mengidap kanker paru-paru pada pertengahan Januari 2018.

Dokter mengatakan, bahwa sel kanker dalam tubuh Sutopo Purwo Nugroho sudah menyebar ke tulang dan kelenjar getah bening.

“Dokter bilang, kanker sudah stadium empat dan menyebar ke organ lain. Saya sempat terkejut. Kanker pasti hal yang menakutkan di bayangan,” ujar pakar bidang penanganan bencana ini.

Meski sempat merasa terpukul, Sutopo Purwo Nugroho akhirnya bisa menerima apa yang sudah di takdirkan untuk dirinya.

Ia tetap melakukan segala kegiatannya seperti biasa.

"Saya tetap beraktivitas biasa. Tetap ke kantor," kata Sutopo Purwo Nugroho.

"Diniatkan ibadah. Saya akan bekerja seperti biasa, melayani wartawan yang akan wawancara," sambungnya.

Sosok Sutopo Purwo Nugroho dikenal sebagai seorang yang aktif dan responsif dalam meberikan data dan menjawab pertanyaan wartawan terkait persoalan bencana.

Tak hanya itu, dirinya juga dikenal sebagai sosok pekerja keras.

Melansir dari Wartakota, Sutopo Purwo Nugroho juga pernah memberikan informasi mengenai Longsor yang terjadi di Brebes, Jawa Tengah saat dirinya sedang menjalani operasi di RSPAD.

Hal tersebut dikatakan Sutopo Purwo Nugroho dalam cuitan di Twitter pribadinya, @Sutopo_PN, Kamis (22/1/2018).

"Meski sedang operasi di RSPAD saya tetap menyampaikan informasi longsor di Brebes. 5 tewas, 15 orang hilang dan 14 orang luka-luka. Semua saya lakukan lillahi taala. Agar masyarakat mendapat informasi bencana yang benar dan akurat. Harus tetap semangat melayani rakyat." tulisnya di akun twitter pribadinya.

Guncangan 7.0 SR di Lombok, Sutopo Sebut 2700 Turis Asing Dipulangkan

Pria lulusan Universitas Gadjah Mada Fakultas Geografi itu mengawali karirnya pada tahun 1995 sebagai peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Pada tahun 2008, Sutopo Purwo Nugroho berhasil menyelesaikan pendidikan S2 nya di Institut Pertanian Bogor bidang hidrologi.

Lalu, pria berusia 48 tahun tersebut mulai menghiasi segala bentuk informasi di BNPB.

Diketahui, Sutopo Purwo Nugroho kini tengah rutin menjalankan perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Berobat hingga Malaysia

Setelah dinyatakan positif kanker paru-paru, Sutopo menjalani berbagai rangkaian pengobatan.

Tidak hanya di Jakarta, tetapi juga hingga Malaysia.

Dia berangkat ke Malaysia pada 22 Januari 2018 setelah mendengar ada rumah sakit berkualitas yang menjadi rujukan rekannya ketika sakit kanker paru.

"Di Rumah Sakit Mahkota Melaka, saya diperiksa berdasarkan hasil CT Scan di Jakarta. Saya di Jakarta CT Scan pada 16 Januari 2018. Saya dibiopsi," ucap Sutopo Purwo Nugroho.

Di Malaysia, Sutopo Purwo Nugroho menjalani ulang tes sinar X yang hasilnya memang terdapat benjolan di paru-paru.

Biopsi untuk mengambil sampel jaringan kanker paru-paru pun ia dapatkan.

Sampel tersebut dianalisis di Kuala Lumpur. Pihak Rumah Sakit Mahkota Melaka menjanjikan proses tersebut rampung selama dua minggu.

"Hasil lab ini untuk menentukan obatnya apa. Dokter Malaysia minta saya dikemo. Udah mau dikemo harusnya, tapi urung dilaksanakan," tutur Sutopo.

Rencana untuk kemoterapi pada 25 Januari 2018 dibatalkan setelah berdiskusi dengan istri.

Juru Bicara BNPB Sutopo: Foto Bangkai Kapal KM Sinar Bangun yang Beredar di Sosial Media Hoaks

Sang istri memintanya mempertimbangkan ulang karena khawatir dampak mual muntah setelah kemoterapi.

Sang istri memintanya berobat di Jakarta karena dari segi pelayanan dan kualitas tidak kalah dengan di Jakarta.

Selain itu, apabila kemoterapi tetap dilakukan di Malaysia, Sutopo harus mengurusi kebutuhan pribadinya sendiri padahal kemoterapi berdampak pada penurunan stamina.

Jarak dan waktu tempuh Malaysia dan Jakarta turut masuk dalam faktor dibatalkannya kemoterapi di Malaysia.

"Tanggal 25 Januari 2018 pagi, saya pulang ke Indonesia. Di Indonesia, awal Februari 2018 saya ke Rumah Sakit Dharmais, yang menjadi rujukan kanker," kata Sutopo.

Di rumah sakit kanker nasional tersebut, Sutopo mendapat tindakan PET-Scan untuk memeriksa organ tubuh hingga ke tulang-tulang.

Dokter memintanya menanti perkembangan pemeriksaan dari Malaysia. Proses analisis EFGR memang butuh waktu lebih dari tiga mingguan, bisa sampai empat minggu.

"Saat ini masih tindakan disinar. Kalau untuk kemoterapi harus atau enggak, masih menunggu hasil EFGR dari Malaysia," ujarnya.

Selain pengobatan medis, Sutopo Purwo Nugroho juga mengambil opsi alternatif yakni pengobatan herbal.

Setiap hari, ia meminum jus racikan sang istri yang terbuat dari aneka rempah dan sayuran.

Jus tersebut biasanya berisi bawang putih hitam, buah naga, wortel, dan campuran rempah lain.

Berita Terkini