Gempa di Donggala

Kepanikan di Lapas Palu: Air Menyebur dari Tanah, Tembok Keliling Roboh, Napi Memilih Kabur

Penulis: Yogi Gustaman
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hotel Roa-Roa, Palu

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS) Sri Puguh Budi Utami membuka posko bagi tahanan kabur dari Rutan Donggala, Rutan Palu, dan Lapas Palu, untuk melapor.

Sampai saat ini ada sekira 1.425 tahanan yang melarikan diri saat gempa dan tsunami melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018) lalu.

"Kemudian kami mencoba membuka posko di Rutan Palu, Lapas Palu untuk sekaligus mendata. Sampai kemarin Minggu ada keluarganya yang melaporkan kepada kami bahwa warga binaan ada di rumah," kata Utami di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (1/10/2018).

Ia memberikan waktu satu pekan kepada tahanan untuk melapor diri, sebelum pihaknya membentuk satuan tugas untuk mencari mereka.

"Waktu yang diberikan sebelum nanti kami melakukan pencarian tentunya bekerja sama dengan kepolisian dan pihak terkait, kita berikan waktu untuk satu minggu melaporkan kembali," kata dia.

Saat ini pihak-pihak terkait masih fokus mencari korban gempa dan tsunami Palu dan Donggala.

Utami menyebutkan Lapas Palu memiliki kapasitas 210 orang tahanan dan diisi 581 tahanan sebelum kejadian yang hingga pagi hari ini hanya ada 66 orang.

Sedangkan untuk Rutan Palu, kapasitasnya 120 orang dan diisi 463 tahanan sebelum kejadian.

"Pagi ini yang ada 53. Jadi kalau kemarin saya menghitung ada 56 sekarang ada 53. Tidak kabur, kami yakini ada keluarga yang meninggal, atau apa gitu. Kan keluarganya mengunjungi ke sana. Pasti diizinkan oleh kepala," kata dia.

Sementara untuk Rutan Donggala, meliliki kapasitas 108 orang dan diisi 343 tahanan sebelum kejadian.

"Kosong, sampai saat ini belum dapat info. Tadi pagi kami mendapatkan info sudah ada yang melaporkan kembali," ujarnya.

"Untuk LPP kapasitas 100 isi 84 plus 3 bayi. Hari ini yang ada 9. Kemarin saya menyaksikan ada 13 plus 3 bayi. Kemudian LPKA kapasita 100 isi 29 sekarang yang ada tinggal 5," tambahnya.

Kengeriaan saat gempa

Sri memaklumi kaburnya ratusan tanahan di Lapas Palu, Rutan Palu, dan Rutan Donggala, sebagai aksi penyelamatan diri.

"Kondisi ini terjadi karena bangunan dan lapas dan rutan di wilayah tersebut secara nyata rusak serta mengancam keselamatan mereka (narapidana dan tahanan)," ungkap Utami.

Utami menjelaskan untuk yang di Lapas Palu, para tahanan panik karena ada air yang menyembur keluar dari dalam tanah dilanjutkan dengan blok-blok di sekitar tahanan.

"Kondisi awalnya kondusif, walaupun pagar yang melingkupi lapas semua roboh. Tak lama mereka berkumpul air keluar dari dalam tanah dan warga binaan pemasyarakatan panik. Kemudian disusul dengan robohnya blok di sisi kiri, dua blok roboh," kata dia.

Meski demkian petugas unit pelaksana teknis (UPT) Lapas Palu masih mencoba untuk memberikan arahan agar tenang.

Namun ketika disusul gempa berikutnya mereka sudah tidak sabar dan lari menuju ke dua blok yang bobol.

Sementara untuk warga binaan di Rutan Palu, mereka kabur setelah mendengar kabar jika Hotel Roa yang berada tak jauh dari rutan telah roboh.

Sebelumnya pada saat gempa terjadi mereka sempat dikumpulkan di tengah lapangan, dan sebagian warga binaan pun masih ada yang di lantai dua rutan.

"Kemudian ketika mendengar Hotel Roa Roa roboh karena memang tidak jauh dari Rutan Palu, sekitar 50 meteran. Jadi getarannya cukup keras mereka panik. Warga binaan yang ada di rutan Palu, napi dan tahanan panik, dorong, akhirnya sebagian lari," jelas dia.

Sama seperti di Rutan Palu, warga binaan di Rutan Donggala juga dikumpulkan di tengah lapangan ketika gempa terjadi.

Kemudian ketika ada getaran berikutnya dan mendengar bahwa pusat gempa ada di Donggala mereka panik dan memaksa keluar dari rutan untuk menemui keluarga mereka.

Kepanikan tersebut kemudian menyulut mereka untuk membakar bangunan yang ada di sekitar rutan.

"Sebenarnya sudah ada negosiasi sedikit demi sedikit, diizinkan sedikit demi sedikit untuk melihat keluarganya, memang paniknya luar biasa. Tapi ternyata juga ada yang tidak sabar, entah bagaimana menyulut kebakaran itu," ungkap Sri Puguh.

Utami mengatakan untuk memulihkan keadaan rutan dan lapas yang terdampak gempa, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, BAPPENAS, dan BNPB.

Sementara untuk napi dan tahanan ia berharap mereka dapat melapor diri kembali dan dalam satu minggu ini pihaknya akan membentuk Satgas mencari warga binaan yang kabur tersebut.

"Saat ini memang kita masih fokus untuk kemanusiaan, mencari korban-korban yang mungkin masih ada," kata dia.

Untuk memulihkan keadaan rutan dan lapas yang terdampak gempa, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan, BAPPENAS, dan BNPB. (TribunJakarta.com)

Berita Terkini