TRIBUNJAKARTA.COM - Direktur Komunikasi dan Media BPN Hashim Djojohadikusumo menyatakan, pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno akan menyediakan uang ramah tunanetra jika terpilih.
Hal itu disampaikan Hashim dalam acara peluncuran buku Paradoks Indonesia karya Prabowo versi huruf braile di Media Center BPN Prabowo-Sandiaga, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (16/11/2018).
"Kebanyakan teman-teman penyandang tunanetra pekerjaannya di panti pijat. Ada yang ditipu. (katanya) Diberi Rp 50.000 enggak taunya Rp 5.000. Itu untuk mata uang braile," kata Hashim.
Selain itu, Hashim mengatakan, Prabowo-Sandiaga juga akan menyediakan beasiswa bagi para putra-putri penyandang disabilitas.
Hal itu, kata Hashim, merupakan bentuk kepedulian Prabowo-Sandiaga terhadap penyandang disabilitas.
Hashim menambahkan, Prabowo-Sandiaga juga akan menyediakan infrastruktur yang ramah bagi penyandang disabilitas.
Salah satunya ialah lift yang tombolnya menyediakan huruf braile.
Prabowo-Sandiaga juga berkomitmen mendirikan pusat disabilitas untuk membantu menyediakan kebutuhan para penyanang disabilitas di setiap provinsi.
"Susah masuk bangunan, tidak bisa naik gedung pencakar langit karena tidak ada aksara braile. Kami committed agar nantinya perda mewajibkan daerah menjadikan semua yang kurang terwujud aksara braile dalam lift dan diskon (penyandang disabilitas) untuk angkutan umum," kata Hashim.
Timses Jokowi-Ma'ruf anggap lucu
Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Arya Sinulingga, mengkritik rencana Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk membuat uang braille.
Arya mengatakan, uang rupiah yang beredar saat ini sudah memiliki tanda braille untuk dikenali para penyandang tunanetra.
Adapun, rencana untuk membuat uang braille itu diungkapkan oleh Direktur Komunikasi dan Media BPN Hashim Djojohadikusumo.
"Ini lucu sebenarnya pendapat Hashim karena sejak dulu itu, 2016 itu uang rupiah kita itu sudah bisa dikenali oleh kaum disabilitas. Jadi itu diraba pun, kaum disabilitas sudah tahu, berapa sebenarnya harga atau nilai dari uang rupiah tersebut," ujar Arya dalam keterangannya, Sabtu (17/11/2018).
Arya mengatakan, Bank Indonesia sudah memberikan tanda braille pada uang rupiah yang beredar di masyarakat.
Melalui tanda itu, penyandang tunanetra bisa membedakan pecahan uang yang mereka terima.
Arya berpendapat, Hashim tidak tahu mengenai hal itu.
Selain soal uang braille, Arya juga mengkritik pernyataan Hashim soal penyandang tunanetra yang suka ditipu saat bekerja sebagai tukang pijat.
Menurut dia, pernyataan Hashim itu sama seperti merendahkan tunanetra.
"Tunanetra itu banyak pekerjaannya, tidak hanya tukang pijat. Jadi jangan direndahkan juga kalau tunanetra itu hanya jadi tukang pijat," kata dia.
Gerindra sebut sindiran kubu Jokowi dibawah standar
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan, pembuatan uang braille bagi penyandang cacat mata atau tidak bisa melihat, akan dicetak saat pemerintahan Prabowo-Sandi.
Menurutnya, pencetakan mata uang Rupiah yang dilengakapi dengan hurup braille merupakan pemenuhan hak bagi warga negara penyandang cacat yang difabel
"Pencetakan uang Braille Juga merupakan sebuah bentuk layanan publik bagi warga negara Indonesia yang Penyandang disabilitas adalah kelompok yang paling rawan terperangkap kedalam 5 komponen eksklusi sosial yang dikemukakan oleh Pirson yaitu kemiskinan, pengangguran, lemahnya jaringan sosial, lingkungan fisik dan layanan publik atau swasta," kata Arief.
Menurutnya, yang selama ini Pemerintahan Joko Widodo tidak pernah diberikan pelayanan dengan baik sebagai tanggung jawab negara
"Saya kok heran ya terhadap Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Maruf Amin yang nyinyir dan terkesan rada pilon, mengatakan kalau menganggap lucu pernyataan adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, yang akan memproduksi uang kertas braille bila Prabowo berkuasa. Sebab uang kertas maupun uang logam sekarang sebenarnya bisa dikenali penyandang difabel," kata Arief.
Dirinya menyindir soal ucapan Arya Sinulingga yang menyebut pernyataan Hashim lucu.
"Dari mana bisa penyandang difabel mengenali uang kertas atau logam dalam bentuk Rupiah? Sedangkan di uang kertas dan logam Rupiah tidak Ada hurup Braille atau cetakan dot nya yang menandakan besaran uang Rupiah tersebut," katanya.
"Saya kasi tahu ya di Inggris, Amerika Serikat, Kanada dan banyak negara, mata uang yang mereka cetak itu ada hurup hurup Braille dalam bentuk hurup hurup dot, seperti baru baru ini Inggris mencetak mata uang kertas Pound sterling dengan Braille," katanya.
Menuruntya, beda cetakan uang kertas yang tidak dilengkapi dengan hurup Braille dengan uang kertas yang non Braille dalam tampilannya
"Jadi maaf ya ini menunjukkan kalau Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Maruf Amin yang mengkritik dan mentertawai terkait uang Braille, sangat below standar dalam pengetahuannya," kata Arief.
Penjelasan Bank Indonesia
BI mendesain uang rupiah agar para penyandang tuna netra bisa mengenali secara langsung besaran uang tersebut dengan meraba bagian pinggir kertas.
Uang pecahan Rp 100.000 mempunyai 1 blind code, Rp 50.000 mempunyai 2 blind code, Rp 20.000 mempunyai 3 blind code, Rp 10.000 mempunyai 4 blind code, Rp 5.000 mempunyai 5 blind code, Rp 2.000 mempunyai 6 blind code, dan Rp 1.000 mempunyai 7 blind code.
Dikutip dari siaran pers Direktorat Perencanaan Strategis dan Hubungan masyarakat BI pada laman itu, 28 Oktober 2011, bank sentral kemudian melakukan perubahan terhadap tiga pecahan uang rupiah tahun emisi 2004 lewat penambahan tingkat kekasaran kode itu agar lebih mudah dideteksi tunanetra.
Rinciannya, pertama, pecahan Rp20 ribu dengan blind code berupa dua buah empat persegi panjang yang semula tidak kasat mata (invisible) menjadi kasat mata dan terasa kasar bila diraba (cetak intaglio), terletak di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang.
Kedua, pecahan Rp50 ribu, dengan blind code berupa dua buah segi tiga yang semula tidak tampak menjadi kasat mata dan terasa kasar, terletak di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang.
Ketiga, pecahan Rp100 ribu, dengan blind code berupa dua buah lingkaran yang semula invisible menjadi kasat mata dan terasa kasar, terletak di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang.
Pada 2016, Gubernur BI saat itu, Agus Martowardojo, memperkenalkan tujuh pecahan uang kertas emisi 2016 dengan desain blind code baru.
Posisi kode itu ada di tiap sisi uang dan kasar jika diraba. Bentuknya, pasangan garis pendek dengan posisi agak miring dan berdekatan.
Pertama, pecahan Rp100 ribu, dengan sepasang garis. Kedua, pecahan Rp50 ribu, terdapat dua pasang garis.
Ketiga, uang pecahan Rp20 ribu dengan tiga pasang garis arsir, keempat, pecahan Rp10 ribu dengan empat pasang garis yang berada di bagian pinggir bawah.
Kelima, pecahan Rp5 ribu dengan lima pasang garis. Keenam, pecahan Rp2 ribu dengan enam pasang garis, dan pecahan Rp1.000 dengan tujuh pasang garis.
"Penentuan kode tunanetra pada pecahan uang kertas Rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia melalui konsultasi dengan PERTUNI (Persatuan Tuna Netra Indonesia)," demikian dikutip dari dokumen Cara Mudah Kenali Keaslian Rupiah Tahun Emisi 2016 yang diunduh dari laman BI.
Selain itu, disebutkan pula bahwa kode tunanetra itu merupakan amanat UU Nomor 19. (Tribunnews.com/Kompas.com)