Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM - Putri Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Alissa Wahid menyoroti kasus puluhan warga Kalimatan Timur yang tewas di kolam bekas tambang.
Dikutip TribunJakarta.com dari Kompas.com jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur mengatakan lubang bekas galian tambang batu bara di Kalimantan Timur, yang dibiarkan menganga, hingga menjadi kolam air, mengakibatkan efek buruk.
Tiga puluh nyawa, didominasi anak-anak, tewas tenggelam di kolam bekas tambang itu sejak 2011 lalu.
Presiden Jokowi sempat mengingatkan perusahaan tambang wajib melakukan reklamasi terhadap kolam bekas galian itu.
"Silakan tanyakan kepada Gubernur. Yang paling penting, setiap usaha pertambangan, memiliki kewajiban (reklamasi), atas lahan yang sudah digunakan," ucap Jokowi.
Sebuah fakta baru lantas diungkap oleh Alissa Wahid.
Fakta tersebut bahkan membuat pagi Alissa Wahid menjadi murung.
• Ke Pasar Pakai Juru Foto Jokowi Dikritik, Alissa Wahid Bandingkan dengan Gus Dur
• Jokowi ke Pasar Pakai Juru Foto Dikritik, Alissa Wahid Justru Bagi Pengalaman Saat Dampingi Gus Dur
TONTON JUGA
Pasalnya menurut Alissa Wahid, warga yang tewas di kolam bekas tambang bukannya berjumlah 30, melainkan 32.
"Pagi dengan hati mendung, menunggu informasi korban ke-32 akibat tambang tak tereklamasi di Kaltim," tulis Alissa Wahid, dikutip TribunJakarta.com dari laman Twitter pada Rabu (21/11/2018).
Alissa Wahid lantas menanyakan kejelasan aturan soal kolam bekas tambang yang sudah menyebabkan puluhan warga tewas.
"Mau berapa banyak lagi korban krn aturan yang tidak ditegakkan?" tulis Alissa Wahid.
• Grace Natalie Dilaporkan Soal Perda Syariah, Alissa Wahid: Harusnya Fokus ke Diskriminasi
• Cerita Alissa Wahid Soal Pengemudi Betor Sebut Bisnis Ojol Milik Anak Jokowi, Begini Kata Gibran
Tak hanya itu Alissa Wahid mengaku miris mendengar pernyataan Gubernur Kaltim Isran Noor terkait kasus puluhan warganya yang tewas.
Pasalnya Isran Noor mengatakan puluhan warga yang tewas di kolam bekas tambang merupakan nasib si korban.
"Ngenes juga membaca berita ini. Gubernur Kaltim menganggap sudah nasibnya korban utk tewas di tambang tak tereklamasi," tulis Alissa Wahid.
Gubernur Kaltim Didemo Mahasiswa
Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) Sylva Mulawarman ramai-ramai mendatangi kantor Gubernur Kaltim Jl Gajah Mada, Samarinda, Kalimantan Timur, Senin (19/11/2018).
Puluhan mahasiswa yang berasal dari Fakuktas Kehutanan Universitas Mulawarman ini juga membakar replika keranda mayat tepat di depan pagar kantor Gubernur Kaltim.
Salah satu mahasiswa, Hamdi Setiawan, mengatakan kegiatan ini merupakan aksi Sylva Mulawarman untuk menuntut ketegasan pemerintah terhadap lubang tambang batu bara di Kaltim.
Tampak pula spanduk bertuliskan ''Nyawa Tak Semahal Tambang'', juga ''Tambang Bukan Warisan Tapi Ancaman.''
Menurut Hamdi selama ini pemerintah tidak tegas terhadap perusahaan tambang yang tidak mempedulikan reklamasi, sehingga korban tewas terus berjatuhan di kolam bekas tambang.
"Kita menuntut pemerintah tegas untuk menutup lubang eks tambang yang ada di Kaltim dan mencabut izin perusahaan yang tidak menutup lubang tambang," ungkap Hamdi.
Beberapa waktu lalu, Kaltim kembali berduka. Seorang pelajar meninggal dunia di kolam bekas tambang Desa Bukit Raya, Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Minggu (4/11/2018). Ini merupakan korban ke 31 yang tewas di kolam eks tambang.
"Sudah ada 31 orang yang menjadi korban di lubang tambang. Apakah saat ini sudah ada ketegasan dari pemerintah, baik solusi atau sanksi serta penegakan hukum kepada perusahaan yang tak bertanggung jawab?" ucap Hamdi, retoris.
Aksi mahasiswa tersebut kemudian disambut hangat Pemprov Kaltim melalui Asisten I Ardiansyah dan Kadis Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Timur, Wahyu Widhi Heranata.
Mereka kemudian mengajak mahasiswa untuk berdialog di dalam ruangan guna menampung seruan dan keinginan pendemo.
"Kami menaruh apresiasi tinggi demo mahasiswa Fahutan Unmul. Sifatnya positif dan ini kritikan mengingtkan pemerintah khususnya Dinas SDM," ujar Wahyu Widhi.
Menurutnya pemerintah akan segera bertindak usai menampung seruan mahasiswa.
"Konkretnya begini, yang jelas tadi, Asisten 1 Pak Ardiansyah akan melaporkan ke Pak Gubernur dikasi tenggat waktu 14 hari. Tadi pagi kami ada rapat kecil, untuk segera menindaklanjutinya. Ini katalisator bagi pemprov untuk segera action," ungkap Wahyu. (*)