TRIBUNJAKARTA.COM - Polisi telah menangkap M. Nurhadi yang diduga membunuh Abdullah Fithri Setiawan alias Dufi.
Pelaku ditangkap di tempat Steam Motor Omen, di Jalan Kampung Pedurenan, RT01, RW10, Kelurahan Pedurenan, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Selasa, 20 November 2018.
Polisi juga menangkap istri Nurhadi, Sari Murniasih.
Dikutip dari TribunnewsBogor.com, M. Nurhadi (35) ternyata memiliki masalah tunggakan cicilan terhadap perusahaan leasing.
Pegawai leasing mendatangi kontrakan Nurhadi di Jalan Swadaya, RT03/04, Desa Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Pegawai leasing, Yunet mengatakan bahwa selama ini M. Nurhadi menunggak angsuran selama empat bulan.
"Iya tunggakannya empat bulan biayanya cicilannya Rp 1 juta, kalau ditotal kotornya hampir Rp 40 jutaan lebihlah," ucap Yunet, Kamis (22/11/2018).
Yuner mengatakan pihak kantornya mengabarkan seorang nasabahnya ditahan oleh pihak kepolisian sehingga ia ditugaskan untuk menyita sepeda motor.
"Saya dapat info dari kantor bahwa seorang nasabah bernama M. Nurhadi ditangkap, akhirnya saya cek ke sini untuk memastikan dan rencananya saya mau mengambil motor Yamaha R 15 itu," ujarnya.
Ia pun bingung lantaran sepeda motor tak ada di kontrakan milik M. Nurhadi.
"Tanggal 28 kan dia mau bayar tapi keburu ditangkap hingga akhirnya kantor saya menyuruh mengamankan sepeda motor tapi disini sudah disegel polisi dan motornya enggak ada," tukasnya.
Nurhadi juga diketahui memiliki watak yang keras.
M.Nurhadi sempat tinggal bersama orang tuanya di Jalan Narogong Cantik Raya D140/3 RT01, RW23, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi.
Namun semenjak menikah, pelaku tinggal bersama istrinya.
Sedangkan rumah tersebut dibiarkan kosong selama lebih dari tiga tahun.
Dodi tetangga sekitar rumah mengatakan, semasa masih tingga di Bekasi, M. Nurhadi memang dikenal memiliki watak keras.
"Dia memang sejak kecil tinggal di sini, dari kecil emang wataknya keras, ponakan saya kebetulan sepantaran dengan dia, teman ngajinya bareng," ungkap Dodi.
Watak keras M. Nurhadi terlihat dari tingkahnya yang menurut pengakuan anak-anak seusianya kala itu kerap melakukan kenakalan-kenakalan dan sulit dinasehati.
"Ponakan saya pernah cerita kenakalan Muh (sapaan akrab M. Nurhadi) waktu dia ngaji bareng, setelah ponakan saya cerita saya sempat laporkan ke orang tuanya, namun saat itu orang tuanya malah tidak percaya dan justru malah marahi saya," ungkap dia.
Hingga beranjak dewasa, aktivitas M. Nurhadi di lingkungan tempat tinggalnya juga tidak begitu aktif.
Dia lebih sering bergaul di luar.
"Ya kira-kira SMP, SMA dia udah seringan main ke luar, gak bergaul di lingkungan atau sama remaja-remaja sini," ungkap Dodi.
Anggota keluarga M. Nurhadi pun menurut Dodi hampir sama, mereka tidak terlalu aktif di lingkungan tempat tinggalnya bahkan cenderung tertutup.
"Kalau sama saya dulu waktu dia masih tinggal di sini ya paling sapa saja, gak permah ngobrol banyak, sama keluarganya yang lain juga begitu sama cuma sekedar sapa aja," jelas dia.
Polisi Sebut Motif Ekonomi
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan Nurhadi membunuh Dufi dilandasi motif ekonomi.
Dedi Prasetyo menuturkan, para tersangka menghabisi Dufi lantaran ingin merampas dan memiliki barang berharga yang ia bawa.
Informasi soal ini didapatkan kepolisian setelah memeriksa dan mendapat keterangan dari pelaku yang membunuh Dufi.
“Sudah ada niat untuk memiliki hartanya Dufi. Dia (tersangka M) ngomong ke istrinya, ‘Dufi kayaknya orang kaya nih punya mobil, duitnya banyak minimal Dufi kalau kita ambil hartanya bisa menyelesaikan ekonomi kita’,” tutur Dedi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/11/2018).
Menurut Dedi Prasetyo, niat itu muncul saat tersangka melihat Dufi membawa sejumlah benda berharga, seperti mobil, ponsel, laptop, dan sejumlah uang.
Dedi Prasetyo menjelaskan, awalnya, almarhum Dufi ingin pergi ke rumah kontrakan pelaku.
Kemudian, ia menghubungi pelaku dan membuat kesepakatan.
Saat ditanya apa hubungan pelaku dengan Dufi, Dedi menjawab hanya sebatas pertemanan.
“Ya berteman saja melalui media sosial langsung ketemu terus cocok ngobrol-ngobrol,” kata Dedi Prasetyo.
Selain M Nurhadi dan istrinya, polisi tengah mengejar dua tersangka lain.
Polisi, kata Dedi Prasetyo, sedang mengejar rekan tersangka M yang telah membantu mengangkat jasad Dufi ke dalam mobil.
Orang yang membantu mengangkat jenazah Dufi itu pun ditetapkan tersangka dengan status masih buron.
“Yang satu membantu mengangkat korban yang satu penadah mobilnya Dufi,” kata Dedi Prasetyo.
Dengan demikian, terdapat empat tersangka dalam kasus pembunuhan ini.
Pembunuhan Dufi diketahui setelah jenazahnya ditemukan seorang pemulung berinisial SA di dalam drum di sebuah lahan kosong di kawasan Bogor, Jawa Barat, hari Minggu lalu.
Saat melihat kondisi jenazah, keluarga menduga Dufi tewas dibunuh.
Dugaan tersebut diperkuat dengan hilangnya mobil yang diparkir Dufi di Stasiun Rawabuntu saat ia pergi kerja.
Dufi Sempat Datangi Kontrakan Pelaku
Kontrakan terduga pembunuh Dufi di Kampung Bubulak, RT 03/04, Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor. (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, Dufi telah berkomunikasi dengan para tersangka.
Informasi soal ini didapatkan kepolisian setelah memeriksa dan mendapat keterangan dari pelaku yang membunuh Dufi.
Awalnya, almarhum Dufi ingin pergi ke rumah kontrakan pelaku.
Kemudian, ia menghubungi pelaku dan membuat kesepakatan.
"Kemudian korban sudah kontak dulu sama tersangka (N) mau ke kontrakan. 'Oh ya silahkan saja'. Datanglah (korban)," kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jalan Jakarta Selatan, Kamis (22/11/2018).
Saat ditanya lebih jauh soal kepentingan Dufi mendatangi kontrakan pelaku, Dedi menjawab singkat, "Ya bertandang aja ke rumah, karena sudah menjalin komunikasi," kata dia.
Dedi mengatakan, niat jahat muncul dari pelaku saat melihat barang-barang berharga yang dibawa Dufi.
"Karena korban membawa barang-barang ada laptop, handphone, dan dipersepsikan tersangka Nurhadi, korban adalah orang yang berada karena membawa barang berharga. Akhirnya langsung dihajar pakai benda tajam,” ujar Dedi.
Selain M Nurhadi dan istrinya, polisi tengah mengejar dua tersangka lain.
Namun, Dedi tidak menyebutkan peran para tersangka dalam kasus ini.
Saat ini, dua tersangka yang telah diamankan polisi tengah menjalani penahanan di Mapolres Bogor.
Polisi masih melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap keduanya untuk mengungkap kasus pembunuhan itu secara tuntas.
Tangan Istri Pelaku Terluka
Istri Nurhadi, Sari Murniasih diduga terlibat dalam pembunuhan keji pada Dufi ikut dibawa keluar dari Polda Metro Jaya, pada Rabu (21/11/2018) siang ke Polda Jawa Barat.
Saat keluar dari ruang pemeriksaan Resmob Polda Metro Jaya, keduanya terlihat mengenakan busana tahanan berwarna orange.
Tangan M. Nurhadi juga terlihat terborgol oleh petugas, sedangkan sang istri tampak berjalan dibelakangnya.
Dengan pengawalan yang cukup ketat, perempuan berambut panjang itu terlihat tangan kanannya di gips.
Dari informasi yang beredar luka di tangan Sari akibat pasangan ini membunuh Dufi pada Jumat pekan lalu.
Tak ada satu katapun terucap dari pasangan pasutri ini saat digelandang ke Polda Jawa Barat, untuk menjalani pemeriksaan lanjutan.
Ia sendiri menegaskan proses hukum dari kasus ini akan dilimpahkan ke Polda Jabar, khususnya Polres Bogor.
Sehingga Argo mempersilakan awak media untuk menanyakan pendalaman kasus ini kepada Polres Bogor.
Lantaran kasus ini sepenuhnya akan ditangani oleh Polres Bogor.
"Pelaku segera dilimpahkan ke Bogor. Hal-hal lain silakan ke Polres Bogor," jelasnya.
Mobil Dufi Belum Ditemukan
Istri Dufi, Bayu Yuniarti, di TPU Semper, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (19/11/2018). (TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino // Istimewa/Humas Polres Bogor)
Adik korban pembunuhan di Klapanunggal Bogor, Jawa Barat Abdullah Fithri Setiawan atau Dufi, Muhammad Ali Ramdoni, mengungkapkan kalau mobil kakaknya belum ditemukan hingga kini.
Hal itu diungkapkan Ramdoni saat dikonfirmasi Tribunnews.com pada Kamis (22/11/2018).
"Mobil milik almarhum yang diambil pembunuh belum ditemukan," kata Ramdoni lewat pesan singkat.
Ia pun berharap agar mobil tersebut segera ditemukan oleh kepolisian.
Selain itu ia menduga masih ada pelaku lain selain dua tersangka yang telah ditangkap polisi.
Selain itu ia juga berharap agar polisi bisa mengungkapkan pelaku lain yang membantu dua orang tersangka membuang korban di Klapanunggal Bogor.
"Karena nggak mungkin pelaku sendirian membuang jasad kakak saya," kata Ramdoni.
Namun hingga berita ini diturunkan, Tribunnews.com belum mendapatkan konfirmasi dari kepolisian. (Tribunnews.com/Kompas.com/TribunJakarta.com)