TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Imbas meroketnya harga tiket pesawat dan pemberlakuan bagasi berbayar menyebabkan sepinya penumpang di Bandara Halim Perdanakusuma.
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, nampak lalu lalang di terminal keberangkatan maupun kedatangan Bandara Halim Perdanakusuma lengang.
Sejumlah tempat duduk yang berada di sekitar kedua terminal tersebut pun nampak kosong.
Beberapa petugas porter berseragam merah pun terlihat duduk-duduk bersantai di kursi tersebut.
Sambil duduk mereka nampak memainkan ponsel atau hanya sekedar berbincang dengan rekannya sesama porter.
Saat ditemui TribunJakarta.com, mereka mengungkapkan keluhan atas sepinya penumpang di terminal kedatangan Bandara Halim Perdanakusuma.
Seperti yang disampaikan oleh Nanang, ia menyebut, sepinya penumpang sudah terasa sejak selesainya musim libur natal dan tahun baru.
"Sudah sejak tahun baru sepi, padahal biasanya Jumat siang sudah mulai ramai. Tapi ini sepi-sepi saja," ucapnya, Jumat (8/2/2019).
Saat akhir pekan pun sudah beberapa minggu belakangan ini Bandara Halim Perdanakusuma cenderung sepi.
"Biasanya kalau Minggu itu ramai banget dari pagi sampai malam, tapi sudah beberapa minggu ini sepi terus," ujarnya.
Ditambakan Nanang, sejumlah penerbangan yang dijadwalkan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pun sempat dibatalkan lantaran sepinya penumpang.
"Biasanya sampai pukul 23.00 WIB atau 24.00 WIB masih ada pesawat yang datang, tapi sekarang diatas pukul 21.00 WIB paling pesawat delay saja," kata Nanang.
Sopir Taksi Keluhkan Penurunan Pendapatan
Imbas sepinya penumpang pesawat yang tiba di Bandara Halim Perdanakusuma menyebabkan sejumlah sopir taksi menjerit.
Pasalnya, pendapatan mereka merosot tajam akibat sepinya penumpang di bandara tersebut.
"Biasanya sehari bisa dapat empat rit, sekarang dapat satu rit saja sudah syukur," ucap Heru, sopir taksi, Jumat (8/2/2019).
Ia menduga, hal ini disebabkan karena meroketnya harga tiket pesawat dan pemberlakukan kebijakan bagasi berbayar.
"Enggak tahu pasti kenapa ya jumlah penumpang turun. Tapi beberapa penumpang saya sering ngeluh kebijakan bagasi berbayar, belum lagi harga tiket selangit," ujarnya saat ditemui TribunJakarta.com di Bandara Halim Perdanakusuma, Makasar, Jakarta Timur.
Hal senada turut disampaikan oleh Mulyono, sopir taksi lainnya, ia mengaku mengalami penurunan penghasilan cukup signifikan sejak awal tahun 2019 ini.
"Ya sejak awal tahun lah sudah mulai menurun penghasilan, sekarang malah sudah lebih dari 50 persen penghasilan saya menurun," kata dia.
Bahkan, saat libur panjang Imlek 2019 lalu, penghasilannya tidak mengalami peningkatan.
"Sama saja, kemarin libur Imlek juga sepi, cuma dapat satu rit saya. Padahal biasanya ramai," ucapnya.
Atas hal tersebut, ia berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk kembali menormalkan harga tiket yang terus meroket agar penumpang di Bandara Halim Perdanakusuma tak lagi sepi.
Pasalnya, Mulyono hanya menggantungkan hidup dari penghasilannya menjadi sopir taksi.
"Yaa maunya sih ramai lagi penumpang disini, biar kami sopir taksi juga kebagian banyak penumpang. Tidak sepi terus seperti sekarang," kata dia.
Penumpang Damri Turut Berkurang
Sepinya penumpang di Bandara Soekarno-Hatta terutama di Terminal 1 membuat sejumlah sopir taksi dan Damri meradang.
Pasalnya, satu bulan terakhir ini mereka sepi penumpang terkena dampak dari tingginya harga tiket pesawat dan diberlakukannya aturan bagasi berbayar.
Seperti yang dialami oleh Yanto seorang sopir taksi Eagle yang terasa terpangkas pendapatannya setelah diberlakukannya bagasi berbayar dan harga tiket yang mahal.
"Jelas terasa banget. Ya sejak tiket pesawat mahal dan ada bayar bagasi. Penumpang menghilang," keluh Yanto di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (8/2/2019).
Menurutnya, pendapatannya turun hingga 50 persen pada satu bulan belakang ini dan terpaksa mengurangi intensitasnya di mencari penumpang di Bandara Soekarno-Hatta.
"Biasanya kan keluar masuk itu bolak balik bisa lima kali. Kalau kebanyakan diem di sini gak kekejae setoran. Makanya cuma dua kali bolak balij keluar masuk aja," beber Yanto.
Pengemudi taksi lainnya, Sudaim merasakan hal yang tak jauh berbeda dan mengaku sudah empat jam ia menunggu di lobi Terminal 1 dan belum satu pun penumpang yang ia angkut.
"Kemarin datang jam lima sore, dapet jam sembilan sore. Ini dari pagi baru satu rit (sekali angkut)," tuturnya.
Pada sebelumnya, ia mengaku ketika matahari hendak terbenam, Sudaim bisa tiga kali bolak-balik bandara dan mengangkut penumpang.
Namun, saat ini ia hanya bisa menungu penumpang keduanya datang.
"Sejak awal Februari lah mulai paceklik kayak gini," sambung Sudaim.
Menurut dia, penurunan penumpang hanya terasa di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, sementara Terminal 2 dan 3 belum terasa berdampak.
Namun, pengemudi taksi sulit untuk mendapatkan penumpang di Terminal 2 dan 3 sebab, taksi harus terus memutarkan kendaraannya.
"Kalau di sana beda gak boleh 'ngetem' kayak di sini (Terminal 1) makanya serba salah juga," keluh Sudaim.
Tak hanya taksi yang merasakan paceklik penumpang, angkutan massal seperti bus Damri juga mengalami hal serupa.
Dede, seorang petugas Damri mengatakan penurunan penumpang sejak pemberlakuan bagasi berbayar dan tiket pesawat meroket sangatlah terasa.
Petugas Damri ini mengatakan merasakan kehilangan ratusan penumpang dimana biasanya dapat mengangkut ribuan penumpang perjurusannya.
"Kayak jurusan Karawaci ini sudah bisa kehilangan 200 penumpang. Belum yang lainnya. Ada setengah persen lebih kita kehilangan penumpang," jelas Dede.
Ia pun kerap kali mendapatkan cerita dari penumpangnya yang mengeluhkan tingginya harga tiket pesawat yang mereka tumpangi.
"Wah iya kalau penumpang saya cerita itu bisa bayar Rp 1,6 juta sekali berangkat dari Surabaya tuh," cerita Dede.
• Ketua Tim Penggerak PKK Jakarta Utara Ajak Kader Berantas Sarang Nyamuk
• Pengendara yang Rusak Motor Saat Ditilang Polisi Diduga Menderita IED, Ini Penjelasan Psikolog
• Persib Vs Persiwa: Persiapan Miljan Radovic Menang Tanpa Adu Penalti dan Imbauan Kapolres
Dari pantauan di lokasi, antrean taksi di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta pun mengular akibat sepinya pengguna jasa taksi.
Buntut antrean pun dapat mencapai ujung Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, bahkan beberapa sopir terpantau tertidur dan mengisi kesibukannya bermain gawai sambil pasrah menunggu penumpang.
Tak biasanya, mereka pun rela berjalan kaki menjemput penumpang sambil menawarkan jasa taksi mereka. Padahal sebelumnya mereka diam saja sudah ada penumpang yang menghampiri.
Parkiran mobil di Terminal 1 pun terpantau sangat lengang yang pada biasanya sulit menemukan parkiran di bandar udara tersibuk di Indonesia itu.
Hanya ada beberapa mobil terparkir di dekat Terminal 1A bandara Soekarno-Hatta. (Dionisius/Ega Alfreda)