ICW Singgung Konglomerat di Partai Baru, Jubir PSI Buka Suara: Mari Pakai Logika Bisnis

Penulis: Rr Dewi Kartika H
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Politikus PSI Dedek Prayudi

TRIBUNJAKARTA.COM - Koordinator Bidang Hukum ICW, Donal Fariz mengatakan ada campur tangan konglomerat di balik partai-partai baru.

Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedek Prayudi buka suara terkait hal tersebut.

PSI berdiri sekitar lima tahun yang lalu, atau tepatnya pada 16 November 2014.

Penjelasan Dedek Prayudi soal konglomerat di balik partai baru disampaikan melalui kicauan di akun Twitternya, @Uki23, Rabu (20/3/2019) malam.

Awalnya, seorang warganet meminta Dedek Prayudi memberikan tanggapannya terkait pernyataan Donal Fariz di Acara Mata Najwa yang tayang live di Trans7, Rabu (20/3/2019) malam.

Pernyataan Donal itu dikutip oleh akun Twitter @MataNajwa, Rabu.

"'Partai-partai baru cenderung dikeluarkan oleh konglomerat. Mereka sudah keluar banyak buat itu. Dan rasanya agenda reformasi sulit dilakukan.' Koord Bidang Hukum ICW, @donalfariz #MataNajwaTransaksiHaramPolitik," tulis akun Mata Najwa.

Bongkar Perjalanan Restu Sebelum Dinyanyikan Syahrini, Melly Goeslaw: Silakan Ngeluh ke Allah

Bicarakan Sifat Negatif Luna Maya, Rey Utami dan Pablo Benua: Dia Harusnya Terima Kasih Sama Kita!

TONTON JUGA

Seorang warganet lantas me-mention akun Dedek Prayudi dan meminta tanggapan atas pernyataan tersebut.

"Kang @Uki23, tanggapan anda atas statement ini apa? Dibelakang PSI ada konglomerat?" kicau warganet dengan akun @ChloedanOmer.

Dedek Prayudi menegaskan, tidak ada konglomerat yang mengendalikan PSI atau yang menitipkan kepentingannya melalui partainya itu.

Dedek Prayudi lantas meminta warganet untuk menggunakan logika bisnis untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Bongkar Peran Romahurmuziy Dalam Dugaan Pemenangan PPP di Kemenag, Mahfud MD: Saya Berani Mengatakan

Debat Soal Sedekah Putih dengan Adian Napitupulu, Gerakan Tangan Poyuono Buat Najwa Shihab Salfok

Menurut Dedek Prayudi, akan lebih menguntungkan dan jauh dari resiko besar jika konglomerat menitipkan kepentingannya pada partai besar.

Namun, Dedek Prayudi tidak menampik jika ada pihak-pihak yang memberikan sumbangan dana pada PSI.

PSI menegaskan, mekanisme yang digunakan dalam hal ini adalah skema politik partisipatif yang memberikan ruang bagi publik untuk menjadi bagian penting partai politik.

Derry Sulaiman Foto di Rumah Ibu Ustaz Abdul Somad, Karangan Bunga Sandiaga & Prabowo Jadi Sorotan

Wijin Bahas Hubungannya dengan Gading Marten, Ivan Gunawan Jutek: Dia Biasa Aja, Lu Lebih Baik

Menurut Dedek Prayudi, skema seperti itu akan menghindarkan PSI dari politik oligarki atau politik dinasti.

Berikut kicauan lengkap Dedek Prayudi mengenai hal tersebut:

"Kalau yang dimaksud adalah ada konglomerat yang mengendalikan kami, atau ada konglomerat yang menitipkan kepentingannya melalui @psi_id, jawabannya adalah: TIDAK ADA.

Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedek Prayudi jawab pertanyaan soal adanya konglomerat di balik partainya yang mengeluarkan uang banyak untuk menitipkan kepentingannya. (Twitter @Uki23)

Mari pakai logika bisnis, kalau memang ada konglomerat yang mau menitipkan kepentingannya, ngapain ke partai kecil, partai baru yang investment nya besar, risk nya juga besar. Kenapa konglomerat itu tidak titipkan kepentingannya ke Partai Besar yang sudah tinggal petik?

Kalau pertanyaannya apakah ada yang menyumbang ke @psi_id, ya ada. Mekanisme kami juga jelas dengan skema politik partisipatif. Mereka yang menyumbang ke kami, terlepas angka nya berapa, tidak dibedakan.

Skema politik partisipatif memberikan ruang bagi publik untuk menjadi bagian penting partai politik. Skema yang mirip digunakan juga di AS. Publik diberi ruang untuk bersuara dan mengawasi kebijakan partai. Skema ini justru menghindarkan @psi_id dari politik oligarki/dinasti," tulis Dedek Prayudi.

Sementara itu, dalam acara Mata Najwa bertajuk 'Transaksi Haram Politik' yang tayang di Trans7, Rabu (20/3/2019) malam, Donal menyampaikan, ada beberapa kelas politik di internal partai.

"Yang cenderung menerima agenda reform kepada partai adalah yang menengah kebawah. Kenapa mau? Kami coba berpikir, barangkali dia mau naik kelas menjadi elite," kata Donal.

Foto Barunya Tuai Perhatian hingga Dikomentari Ridwan Kamil, Ariel Noah Bahas Ketampanan Warga Jabar

Mahfud MD Temukan Kejanggalan di Kemenag, Beberkan Pesannya yang Tak Dilaksanakan Menteri Lukman

Donal menyebutkan, elite sendiri cenderung resisten.

"Karena begini, kalau kita lihat pasca reformasi atau setidaknya zaman multipartai di Indonesia, partai baru cenderung dilahirkan oleh Konglomerat, dan cenderung sudah keluar banyak uang untuk itu. Dan pasti agenda reformasi itu sulit dilakukan," tandas dia. (*)

 

Berita Terkini