TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - McKinsey Indonesia pada 2018 dan dikutip oleh pembicara pada konferensi yang berjudul “Accelerating the Indonesian Economy Through Gender Equality” menjelaskan Indonesia berpotensi kehilangan USD135 miliar dalam produk domestik bruto (PDB) tahunan jika gagal mengatasi kesetaraan gender dalam enam tahun ke depan.
"Gender parity didambakan untuk itu (mencapai PDB), lalu selanjutnya bagaimana kita menuju ke sana. Semua pihak harus berpartisipasi tentu di dalamnya juga ada porsi peran pemerintah, swasta, dan individu," ujar Managing Partner McKinsey Indonesia Phillia Wibowo dalam keterangan yang diterima, Rabu (1/5/2019).
Dia juga mengutarakan, terdapat beberapa poin yang perlu dicermati untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam dunia kerja di Tanah Air.
Tidak hanya menciptakan pemerataan kesempatan tetapi juga disertai perlindungan hukum dan jaminan hak partisipasi politik.
Seluruh penerapannya harus sinergis dari tingkat daerah hingga pusat.
• Perempuan Sulit Menyelamatkan Diri Saat Bencana Alam Karena Kurangnya Kesetaraan Gender
Sementara itu, Chief of Staff Tokopedia Inna Chandika menjadi salah satu pembicara dalam konferensi ini menuturkan, untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam dunia kerja harus dimulai dari masing-masing individu.
Dengan kata lain, secara personal, seorang perempuan harus melawan pola pikir diri sendiri yang mungkin membatasi propsek karirnya.
“Masalah kita adalah soal persepsi, misalnya bahwa industry STEM selalu male centric. Pangkalnya adalah kesedaran dan persepsi dari para perempuan sendiri, mereka mampu untuk masuk dan berkarya di dunia kerja,” ucapnya.
Deputy Managing Director DEKA Marketing Research Yanti Nisro Corbett mengutarakan, kehadiran perempuan secara lebih setara dalam dunia kerja khususnya jajaran manajemen senior mampu membuat perusahaan lebih dinamis dan inovatif.
“Engagement dalam perusahaan juga lebih tinggi,” katanya.
• Dibutuhkan Sinergitas Dalam Kesetaraan Gender
Di dalam sambutan, Direktur Katadata Heri Susanto menjelaskan bahwa Asia Pasifik termasuk Indonesia, populasi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki di lapangan kerja.
Sejalan dengan itu, hanya 20 persen perempuan di posisi manajerial dan baru 5 persen di jajaran direksi dan CFO.
"Namun, dalam beberapa tahun ini, ada kabar baik. Era digital di Indonesia memberi banyak bukti bahwa perempuan semakin mandiri dan berkembang pesat dalam menjalankan bisnis mereka,” katanya.