TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat politik sekaligus inisiator pemilu serentak Effendi Ghazali sempat melayangkan protesnya terkait banyaknya negara memuji pelaksanaan pemilu 2019.
Hal itu disampaikan Effendi Ghazali saat menjadi narasumber acara Rosi yang dilansir TribunJakarta.com dari kanal YouTube Kompas Tv pada Jumat (10/5).
Protes tersebut dilayangkan Effendi Ghazali berawal dari pertanyaan Rosi terkait perasaan pria tersebut yang disebut-sebut bertanggungjawab atas pemilu serentak.
Effendi Ghazali pun menuturkan sosoknya bukanlah seorang pengecut dan siap untuk bertanggungjawab.
"Kalau memang ada peraturan hukum yang mengatakan pengaju judicial review yang kemudian dikabulkan, lalu bisa diseret dengan aturan hukum, apa pun saya siap," ucap Effendi Ghazali.
Meski demikian, Effendi Ghazali mengatakan pengajuan usulan pemilu itu telah melewati kajian yang mendalam.
"Pada waktu kami mengajukan itu, penuh dengan kajian yang sangat dalam, diperkuat oleh ahli-ahli," ujarnya.
Sejumlah ahli yang dimaksud oleh Effendi meliputi Hakim Konsitutisi sekaligus ahli hukum tata negara Prof Saldi Isra, ahli hukum tata negara Irman Pyutra Sidin, pakar psikologi politik Prof Hamdi Muluk, ahli kepemiluan perludem Didik Supriyanto, dan saksi fakta KH. Slamet Effendi Yusuf.
• Adian Napitupulu Tunjuk-tunjuk Rocky Gerung Saat Debat Panas hingga Disemprot Pembawa Acara
• Rafathar Marah Ibunda Mengepang Rambut Kuda Bak Lisa Blackpink, Raffi Ahmad: Halu-halunya Nagita
Effendi lantas menjelaskan bahwa usulannya itu merupakan kehendak asli dari Undang-undang Dasar (UUD) 1945.
"Jadi pada waktu kami mengajukan, tidak bisa tidak hakim konstitusi kalau mereka mengawal konstitusi, mereka harus mengabulkannya," jelas Effendi.
"Karena itulah original intent dari UUD kita," imbuhnya.
Bahkan, Effendi Ghazali menyatakan usulan pemilu serentak tersebut sempat dipersidangkan selama satu tahun lebih dan turut dihadiri berbagai pihak seperti pemerintah, DPR dan KPU.
Adanya berbagai interaksi dari pihak-pihak itu, lanjut Effendi Ghazali, diputuskan mengenai pelaksanaan pemilu serentak.
"Dari interaksi itulah, kemudian diputuskan oleh 9 hakim Mahkamah Konstitusi (MK) dengan perbandingan 8 lawan 1, bahwa ini memang kehendak UUD kita," tutur Effendi Ghazali.
• Beri Sepeda Puluhan Juta Demi Temukan RS, Bibi Ardiansyah Temukan No Hp Diduga Pengirim Transfer
• Momen Kebersamaan Jokowi & Zulkifli Hasan Usai Pemilu, Sore Ini Dijadwalkan Bukber, TKN Ucap Begini
Kendati mengaku siap bertanggungjawab, Effendi Ghazali sempat menyoroti berbagai pujian banyak negara terkait penyelenggaran pemilu 2019 di Indonesia.
Effendi Ghazali tampak memprotes mengenai beragam pujian tersebut.
"Saya juga betul-betul bingung karena tetiba ada 22 negara yang memuji pelaksanaan pemilu di Indonesia, kata Pak Jokowi," papar Effendi Ghazali seraya memperlihatkan bukti artikel.
Mendengar protes yang dilayangkan Effendi Ghazali, Rosiana Silalahi selaku pembawa acara pun mempertanyakannya.
"Apa yang salah?" tanya Rosiana Silalahi.
"Yang dipuji apanya?" imbuh Effendi Ghazali.
• Naik Helikopter Bareng Ustaz Abdul Somad Demi Hijrah Fest, Ternyata Bikin Arie Untung Deg-degan
• Jokowi dan Prabowo Sama-sama Disapa Siap Presiden, Ini Beda Momen Keduanya
"Ya enggak apa-apa dong, pemilu berlangsung dengan luar biasa dan aman," ungkap Rosiana Silalahi.
"Katanya ada 500 petugas yang meninggal?" tanya Effendi Ghazali.
Melihat Effendi Ghazali yang tampak geram dan masih mempertanyakan terkait informasi tersebut, Rosiana Silalahi tampak menegurnya.
"Pujian itu diberikan setelah sehari penyelenggaran, death tollnya belum naik. Anda jangan terlalu sinis dong bung," jelas Rosiana Silalahi.
"Maksud saya, jangan kita cepat-cepat memuji atau sebaliknya, menyalahkan. Sebaiknya di masa depan kita bedakan pemilu serentak nasional dengan daerah. Itu bisa jadi jalan keluar," ungkap Effendi Ghazali.
• Paduan Lengkap, Syarat dan Cara Pendaftaran Beasiswa LPDP Tahun 2019
• Lowongan Kerja PT PLN untuk Lulusan Minimal SMA/Sederajat, Simak Syarat Lengkap dan Daftar di Sini!
Simak videonya: