TRIBUNJAKARTA.COM, GRESIK - H (43), istri AS memberi pernyataan soal penangkapan istrinya oleh Densus 88. Densus 88 Antiteror menangkap AS yang diduga terduga teroris di Gresik, Sabtu (18/5/2019).
AS (44) ditangkap Densus 88 Antiteror usai melaksanakan salat subuh di musala idho Allah yang berjarak kurang dari 100 meter dari kediamanya di Perumahan Gresik Suci Permai Baru blok F, Desa Suci, Kecamatan Manyar.
H mengatakan, dirinya tidak melihat proses penangkapan suaminya tersebut meski ia mengetahui suaminya ditangkap dari jamaah musala.
"Bapak berangkat ke masjid tidak ada apa-apa, pas pulang dari musala bapak diambil," ujar H saat ditemui di rumahnya.
H mengatakan petugas hanya menyampaikan suaminya menjalani pemeriksaan.
• Terduga Pembunuh Siswi SMP Mengaku Dendam Sering Diejek, Ini Sederet Faktanya
• Bocah Pemulung Viral di Medsos, Ini Kesaksian Kakaknya: Bekerja Jalan Kaki Pukul 4 Sore - 11 Malam
• Beasiswa Kuliah ke Jepang Bagi Lulusan SMA, Dapat Uang Saku Rp 15 Juta Per Bulan, Ini Syaratnya!
• Sederet Ucapan Hari Raya Waisak Pakai Bahasa Indonesia dan Inggris, Cocok Dibagikan di Medsos
• Dianggap Giring Opini saat Debat dengan BPN, Deddy Sitorus Kesal : Saya Meluruskan Perkataan Anda!
"Cuma bilang jalani proses kurang lebih satu minggu pemeriksaan," katanya.
Petugas yang masuk ke dalam rumahnya membawa sejumlah barang seperti tas, laptop, dompet dan handphone.
Sebelum tinggal di Gresik, AS sekeluarga tinggal di Pekalongan, Jawa tengah di rumah orang tua AS.
Pada Januari 2019 baru tinggal di Gresik. Sempat bekerja di Surabaya, AS kini bekerja sebagai jasa servis komputer di rumahnya selain itu dia juga berprofesi sebagai supir panggilan.
Salah satu tetangga, Junaidi (38) mengaku awalnya ada tiga petugas lalu diikuti puluhan anggota Densus 88 Antiteror membawa senjata laras panjang.
"Kejadian di Musala," kata dia.
AS selama kurang lebih enam bulan bertetangga dikenal sosok yang baik. Istrinya juga ikut pertemuan PKK.
• Dianggap Giring Opini saat Debat dengan BPN, Deddy Sitorus Kesal : Saya Meluruskan Perkataan Anda!
• Digoda Bakal Ketemu Ariel Noah, Okky Lukman: Cie Luna Maya Mukanya Pucet
• Terawang Nasib Pernikahan Syahrini - Reino Barack, Denny Darko Sebut Mengkhawatirkan Masa Depan
• Pengakuan Paman Terduga Teroris di Bogor Kaget ER Ditangkap: Orangnya Kurang Terbuka
• Ramalan Zodiak Minggu 19 Mei 2019, Scorpio Beruntung, Pisces Punya Peluang Emas Nih!
"Ditangkap setelah usai salat subuh langsung dimasukkan mobil, saya kaget sempat melepas mukenah, jamaah tidak ada yang tahu saat ditangkap," kata Siti Masfrukah (30) salah seorang jamaah.
Istri Ketua RT 07, Anik mengaku keluarga AS dikenal baik tidak tertutup. Mereka juga ikut bersosialisasi kepada masyarakat.
"Tidak tertutup biasa saja, ngontrak di sini yang perempuan ikut pertemuan PKK, suaminya ikut yasinan," terangnya.
68 Tersangka Teroris Ditangkap
Polri terus melakukan melakukan upaya penangkapan atau preventive strike terhadap terduga teroris.
Sepanjang tahun 2019, tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri telah menangkap sebanyak 68 terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
"Kami melakukan upaya paksa kepolisan penangkapan terhadap 68 tersangka," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal saat konferensi pers di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019).
Disebut-sebut, terduga teroris yang ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri ini akan menyerang kerumunan massa pada 22 Mei 2019 mendatang.
Berikut fakta-fakta terkait penangkapan terduga teroris sepanjang 2019 yang dirangkum Kompas.com:
1. Penangkapan paling banyak di bulan Mei
Iqbal merinci, ada empat terduga teroris yang ditangkap pada Januari 2019. Kemudian, pada Februari 2019, terdapat satu tersangka yang ditangkap.
Sementara, pada Maret 2019, sebanyak 20 tersangka yang ditangkap dan 14 terduga teroris selama bulan April 2019.
Sementara, pada Mei ini ditangkap sebanyak 29 orang terduga teroris.
Angka ini menjadi angka paling tinggi bagi Polri dalam menangkap anggota jaringan teroris.
2. Beberapa terduga teroris pernah Ke Suriah
Dari 29 tersangka yang ditangkap selama Mei 2019, sebanyak 18 tersangka ditangkap di Jakarta, Bekasi, Karawang, Tegal, Nganjuk, dan Bitung.
Sementara itu, 11 tersangka lainnya ditangkap di Jakarta, Grobogan, Sukoharjo, Sragen, Kudus, Jepara, Semarang, dan Madiun.
Dari 11 tersangka, 9 terduga teroris merupakan anggota aktif JAD.
Mereka telah mengikuti pelatihan di dalam negeri dan selanjutnya berangkat ke Suriah sebagai Foreign Terrorist Fighter (FTF).
Adapun, dua orang lainnya merupakan deportan.
"Keterlibatan 2 tersangka yaitu deportan, mereka ini deportan, hijrah ke Suriah dan mereka belajar membuat bom asap di Camp Aleppo," kata Iqbal.
3. Diduga berencana serang kerumunan massa saat 22 Mei 2019
Menurut keterangan polisi, salah satu peran terduga teroris tersebut yaitu berencana memanfaatkan momen hasil pengumuman rekapitulasi resmi Pemilu 2019 oleh KPU pada 22 Mei 2019.
"Keterlibatan tersangka kelompok JAD, yaitu menyembunyikan DPO JAD di Lampung, merencanakan aksi amaliyah atau teror dengan menyerang kerumunan massa pada 22 Mei mendatang dengan menggunakan bom," ujar Iqbal.
4. Pengakuan seorang terduga teroris
Polri menayangkan sebuah video yang memperlihatkan seorang terduga teroris yang mengaku akan melakukan aksi dengan memanfaatkan momentum pengumuman penetapan pemenang Pemilu 2019 pada 22 Mei 2019.
Dalam video tersebut, seorang terduga teroris yang mengaku berinisial DY alias Jundi alias Bondan mengungkapkan rencana penyerangannya pada 22 Mei 2019.
Ia juga mengaku telah merangkai bom untuk melancarkan aksinya tersebut.
DY alias Jundi menilai momentum tersebut tepat untuk melakukan serangan.
Alasannya, proses demokrasi dikatakan tidak sesuai dengan keyakinannya.
"Yang mana pada tanggal tersebut sudah kita ketahui bahwa di situ akan ada kerumunan massa yang merupakan event yang bagus untuk saya untuk melakukan amaliyah, karena di situ memang merupakan pesta demokrasi yang menurut keyakinan saya adalah sirik akbar yang membatalkan ke-Islaman. Yang termasuk barokah melepas diri saya dari kesyirikan tesebut," tutur dia.
5. Polri imbau masyarakat tak turun ke jalan pada 22 Mei
Polri mengimbau masyarakat agar tidak turun ke jalan atau melakukan aksi saat pengumuman rekapitulasi hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei 2019.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal mengatakan, imbauan ini disampaikan karena adanya terduga teroris yang diduga akan memanfaatkan momentum tersebut.
"Pada tanggal 22 Mei, masyarakat kami imbau tidak turun (ke jalan), ini akan membahayakan. Karena mereka (kelompok terduga teroris) akan menyerang semua massa, termasuk aparat," kata Iqbal.
(Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Cerita Istri Terduga Teroris yang Ditangkap Densus 88 Usai Salat Subuh di Gresik & Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ini Fakta Penangkapan 68 Terduga Teroris Selama Tahun 2019, Rencana Serang 22 Mei