Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, SERPONG - Kondisi bangunan SDN Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) memprihatinkan, bangunan tiga lantai itu goyang ketika ada angin besar dan lantainya hancur karena terangkat sendiri.
Di saat musim Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), kota Tangerang Selatan (Tangsel) justru tidak megindahkan kondisi sekolahnya.
Ditemani Endang Suptiatna, Kepala Sekolah SD negeri yang berlokasi di pinggir Jalan Angsana itu, TribunJakarta.com memantau langsung kondisi gedung dari lantai dasar sampai ke lantai tiga, pada Rabu (19/6/2019).
Lantai pertama dan dua, kondisinya masih seperti sekolah pada umumnya. Pintu tertutup, di jendela terdapat aneka warna-warni prakarya para siswa.
Namun saat menaiki tangga menuju lantai teratas, bangku-bangku tak terpakai terlihat di sudut siku tangga.
Bangku-bangku itu sengaja diletakan begitu saja untuk menutup akses ke atas. Siswa memang dilarang keras untuk naik ke lantai tiga.
Sampai di lantai tiga, hal yang pertama menjadi sorotan adalah debu coklat yang menempel hampir di semua bagian, dari lantai, dinding, jendela, pintu hingga ke sudut toilet yang berada di samping tangga.
Masuk ke dalam kelas, kondisi semakin memprihatinkan, plafon yang harusnya menempel di kerangka besi di atas, justru hancur dan tergeletak berantakan di lantai.
Kabel-kabel lampu menjuntai tak terurus. Keramik lantai pun retak dan hancur.
Kondisi serupa kecuali plafon yang jatuh, hampir terlihat di tujuh kelas dan satu gedung pertemuan yang ada di lantai tiga itu.
Endang mengatakan, lantai tiga itu sudah tidak dipakai kegiatan belajar mengajar (KBM) sejak satu tahun setelah ia pindah tugas ke SDN itu pada tahun 2015.
"Hampir satu tahun, tapi buat kegiatan saja, bukan untuk rombel (rombongan belajar)," ujar Endang.
Ia juga menceritakan saat itu kondisi keramik lantai masih rapi dan bisa digunakan.
"Berapa lama, keramiknya bangun semua. Pokoknya kalau enggak pakai sepatu, pasti luka dah," ujarnya.
Saat berada di atas, Endang mengatakan, jika ada angin besar, gedung sekolah itu akan bergoyang. Goyang dalam pengertian yang sesungguhnya.
"Coba pegang ini, terus pas ada angin, goyang," ujarnya sambil memegang besi dipinggir koridor.
Bangunan sekolah tentu merupakan fasilitas yang sangat penting untuk proses KBM siswa. Terlebih, sekolah tersebut untuk tingkat dasar yang diisi anak-anak.
• Beda Cara Nia Ramadhani Kasih THR Lebaran ke Mikhayla, Gika dan Naka, Jedar Kepo: Dikali Berapa?
• Maling Handphone di Toko Kosmetik Kota Depok, Bagol dan Uu Diringkus Polisi
• Tak Nyaman dan Tidak Sesuai Hati Nurani Plt Kepala Dinas LH DKI Jakarta Dipindahkan Jadi Staf
Endang hanya ingin gedung sekolah yang menjadi tanggung jawab Dinas Bangunan dan Penataan Ruang (DBPR) itu segera direnovasi agar laik untuk anak-anak belajar.
"Harapan saya ya sekolah itu layaklah, layak pakai. Sekarang layak mah layak, cuma mengerikan," ujarnya sambil melihatbke arah gedung yang barumur enam tahun itu.
Selain gedung goyang itu, ada gedung lain yang umurnya lebih tua digunakan untuk KBM
Namun bangunan itu terlihat lebih kuat dan laik digunakan. Jika di total dari semua gedung yang ada, sekolah itu memiliki 37 ruang kelas, namun saat ini hanya 30 kelas yang digunakan, minus kelas di lantai tiga tadi.