Kegelisahan Jalaluddin dan Firasat Sang Istri Soal Ucapan Terakhir Sopir Bus Sriwijaya

Penulis: Y Gustaman
Editor: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNJAKARTA.COM, PALEMBANG - Sesuatu yang mengganjal hati Jalaluddin (55) hingga gelisah tak bisa tidur terjawab, setelah menerima telepon pada Selasa (24/12/2019) pukul 03.00 WIB.

Di balik telepon seseorang mengabarkan anak Jalaluddin, Ferri Afrizal (35) tewas.

Bus Sriwijaya yang dikemudikan Ferri masuk ke jurang sedalam 150 meter di Liku Lematang, Pagaralam, Senin (23/12/2019) pukul 23.00 WIB.

Badan bus rute Bengkulu-Palembang yang mengangkut 54 orang termasuk sopir dan keneknya, sebagian terbenam aliran Sungai Lematang.

Puluhan orang meninggal dalam kecelakaan tersebut, beberapa selamat dan masih ada yang belum ditemukan.

"Anak saya sopir bus itu," kata Jalaluddin menahan tangis ditemui di rumah duka di Perumahan Yasera Damai, Jalan Sematang Borang, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (25/12/2019).

Ruben Onsu Bongkar Masa Lalu Sebelum Nikah, Ternyata Pernah Nangis Kabur dari Rumah & Bawa TV

Jenazah Ferri tiba dibawa ke rumah duka pada Selasa pukul 18.00 WIB.

Pada Rabu pukul 10.00 WIB, keluarga memakamkan jenazah Ferri di TPU Sematang Borang. 

Cerita istrinya masih terngiang di telinga Jalaluddin, tentang gelagat tak biasa Ferri di hari ia pamit untuk membawa bus Sriwijaya pada Minggu (22/12/2019).

Sang ibu merasakan hal tak biasa saat Ferry pamit. 

"Waktu pamit kerja hari Minggu lalu, sampai empat kali dia izin sama ibunya."

Keinginan Sopir Bus Sriwijaya Masuk Jurang Pindah Kerja, Pesan Terakhir Buat Batin Ibunda Bergetar

"Itu yang agak aneh karena biasanya cukup satu kali saja," cerita Jalaluddin.

Lebih aneh lagi, saat berpamitan Ferri mengucapkan sesuatu yang membuat istri Jalaluddin cemas.

"Mak pamit ya. Mungkin aku tidak pulang," ucap Ferri ditirukan Jalaluddin berdasar cerita sang istri.

Ucapan itu mungkin terdengar biasa, kendati begitu kecemasan menggelayuti hati sang ibu.

Istri Jalaluddin mengartikan Ferri akan lama keluar rumah karena pekerjaannya.

"Saat itu ibunya berpikir kata-kata itu berarti pulangnya mungkin agak lama. Ya, tapi tetap saja perasaan cemas itu ada," beber Jalaluddin.

Ia memastikan hari itu Ferri dalam kondisi sehat, fisiknya prima, tak punya riwayat penyakit parah.

Ridho Tewas Dikeroyok Saat Cari Adik, Pelaku Ngaku Kesal Lihat Ulah Korban yang Kerap Menganggu

Dianggap Sopir Senior

Almarhum Ferri merupakan anak kedua dari empat bersaudara.

Sekitar sudah 15 tahun terakhir Ferry bekerja sebagai sopir, baik bus maupun truk dan kerap kali bepergian keluar kota.

"Pernah beberapa kali pindah perusahaan juga. Ini saja sebenernya sudah mau pindah."

"Waktu itu melamar pekerjaan dan rencananya awal tahun baru akan kerja di tempat yang baru," ungkap Jalaluddin.

Belum sempat keinginannya pindah perusahaan, Ferri meninggal dalam kecelakaan.

Jalaluddin mencoba menerima takdir harus ditinggal lebih dulu sang anak.

"Kami cuma bisa ikhlas dengan musibah ini."

"Ini adalah jalan ajal bagi anak kami dan hanya berdoa yang bisa kami lakukan untuk memenangkan perasaan ini sekarang," ungkap dia.

Denpaji, karyawan bus Sriwijaya ini mengenal Ferri sebagai sopir kawakan.

"Sopir ini sudah senior, orangnya bagus bawa mobil dan juga tidak ugal ugalan," ungkap Denpanji.

Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Supriadi menjelaskan bus Sriwijaya nomor polisi BD 7031 AU yang Ferri kemudikan menabrak dinding penahan di Liku Lematang.

Bus masuk ke dalam jurang kurang lebih sedalam 150 meter saat melewati Liku Lematang Indah KM 9 Pagaralam.

Polisi menduga sopir bus melaju dengan kecepatan tinggi dan remnya blong.

"Sehingga bus menabrak dinding pembantas lalu masuk ke jurang se dalam kurang lebih 150 meter."

"Lalu jatuh ke tengah aliran Sungai Lematang," ungkap Supriadi.

Sementara Korban Meninggal 34 Orang 

Tim SAR gabungan sampai Rabu sore masih mencari dan mengevakuasi korban kecelakaan bus Sriwijaya dari aliran Sungai Lematang.

Di hari kedua pencarian korban bus Sriwijaya, tim SAR gabungan menemukan 6 korban meninggal dan belum teridentifikasi seperti disampaikan Kepala Basarnas Sumsel Berti DJ Kowas.

Total korban meninggal 34 orang dan kondisi bus Sriwijaya sudah bergeser dari posisi pertama.

Bus Sriwijaya sudah dalam kondisi tegak dengan ban berada di bawah permukaan aliran Sungai Lematang.

"Saat ini korban meninggal sudah kita evakuasi sebanyak 34 korban, terdiri dari 16 korban laki-laki dan 12 korban perempuan," ungkap Berti.

"Sedangkan korban selamat ada 13 orang. Total korban yang sudah dievakiasi sebanyak 47 korban," ia menambahkan.

Korban tewas masih bisa terus bertambah karena evakuasi masih terus berlangsung.

Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Supriadi menuturkan, saat ini tim SAR gabungan masih fokus mencari korban baik selamat maupun meninggal.

Ditlantas Polda Sumsel membantu Satlantas Polres Pagaralam untuk menyelidiki penyebab kecelakaan bus Sriwijaya.

"Kita masih fokus melaksanakan evakuasi bersama tim gabungan," kata Supriadi, Rabu (25/12/2019).

Beberapa jam setelah kecelakaan bus Sriwijaya, Kakorlantas Mabes Polri sudah mendatangi lokasi.

Kakorlantas memerintahkan Ditlantas Polda Sumsel dan Satlantas Polres Pagaralam untuk menyelidiki kecelakaan bus Sriwijaya.

Namun, kata Supriadi, olah tempat kejadian dan penyelidikan kecelakaan tunggal bus Sriwijaya masih ditunda.

"Tim masih fokus evakuasi. Nanti, setelah evakuasi selesai, baru dilakukan olah tempat kejadian dan penyelidikan penyebab pasti kecelakaan bus Sriwijaya," beber dia. (Tribun Sumsel/Sriwijaya Post)

Berita Terkini