Sisi Lain Metropolitan

Nenek Asmani Banting Tulang Tak Diakui 2 Anak Karena Malu: Sakit Batin dan Hati Saya

Penulis: Nur Indah Farrah Audina
Editor: Muji Lestari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asmani, juru parkir sekaligus calo angkutan umum di kawasan Pondok Gede saat ditemui dikediamannya, Gang Murah 1 RT 9/5 Kelurahan Jatirahayu, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (15/1/2020)

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, PONDOK MELATI - Terselip cerita pilu di balik kerjaan Asmani (65) sebagai juru parkir dan calo angkutan umum di Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.

Setelah suaminya, Suherman, meninggal karena sakit sekitar 2010, Asmani banting tulang menghidupi tujuh anak yang ikut bersamanya.

Mulai dari mengumpulkan botol dan kardus bekas, ia jalani guna membiayai sekolah anak-anaknya hingga lulus sekolah menengah atas.

Dengan penghasilan Rp 500 ribu per minggu, Asmani berhasil membawa anak-anaknya mendapatkan pekerjaan bermodal ijazah SMA.

Ia memutuskan untuk tak mengharapkan uang dari semua anaknya dan memilih hidup mandiri sebagai juru parkir serta calo angkot.

Jadwal Pernikahan Sule Terbongkar, Calon Ibu Sambung Rizky Febian Disebut Bukan dari Kalangan Artis

Lokasi yang dipilihnya kawasan Pondok Gede, karena cukup merogoh kocek Rp 4 ribu untuk sekali naik angkot.

Dalam sehari, penghasilan yang didapat oleh Asmani berkisar Rp 40 ribu, terbanyak Rp 100 ribu.

Di balik itu semua ada kisah getir perihal profesinya dan keluarga yang selama ini jarang ia bagikan ke orang lain.

Tak Diakui 2 Anak 

Perjuangannya berpuluh-puluh tahun untuk menghidupi keluarga, apa yang dilakukan Asmani dianggap salah oleh 2 dari 7 anaknya.

Baginya, menjadi single parent dengan kondisi anak banyak bukanlah perkara mudah.

Tanpa kemampuan dan pendidikan yang mempuni, menjadi pemulung hingga juru parkir dan calo angkot adalah pilihan paling realistis bagi Asmani.

Rupanya, dua anak merasa nama baiknya tercoreng akibat profesi ibu yang selama ini telah membesarkan mereka. 

"Anak saya yang dua malu punya ibu pemulung. Jadi mereka sudah enggak anggap saya ini Ibunya," ucap Asmani sembari menyeka air mata, Rabu (15/1/2020).

Berbagai cara sudah ia lakukan untuk menjelaskan kondisinya.

Sikap sang anak yang keras kepala membuat semua penjelasan Asmani terasa sia-sia.

Akhirnya anak tersebut tak pernah mengunjunginya hingga saat ini.

"Saya bilang kalau ada yang bisa jamin saya, enggak akan saya begini lagi. Satu minggu saya berhenti kerja, enggak ada pemasukan. Jadi mau enggak mau saya begini," jelasnya.

"Hal ini lah yang buat 2 anak saya enggak pernah ikut kumpul. Biar kata lebaran setahun sekali juga enggak pernah."

"Sudah malu mereka punya ibu profesinya begini," tambahnya.

Bertahun-tahun, Asmani mencoba untuk tegar atas sikap kedua anaknya.

Namun, beberapa hari yang lalu, batinnya kembali menjerit ketika sang anak tak menyapa ketika berpapasan.

"Sakit batin sama hati saya. Tapi enggak bisa ngomong gitu. Belum lama juga saya ketemu salah satunya di tempat bakso."

"Jangankan ditanya, dilihat pun enggak. Dia buang muka gitu aja," ungkapnya.

Sebagai orang tua, Asmani tak pernah dendam kepada dua orang anaknya.

Di sela ibadahnya, ia selalu mendoakan kesuksesan anak-anaknya.

"Jujur aja kalau perasaan ya hancur, sedih rasanya. Tapi saya tetap doakan. Ya Allah mudah-mudahan Allah buka pikiran dan mata hati mereka," jelasnya.

Dipalak Preman

Hidup bertahun-tahun di jalan, tentunya memiliki bahaya sendiri.

Tubuh rentanya yang tak memiliki tenaga sekuat dulu, membuatnya tak berani lagi untuk berontak ketika ia dipalak oleh preman di kawasan Pasar Pondok Gede.

"Banyak orang yang enggak tahu, saya sering di palak."

"Misalnya saya dapat Rp 40 ribu, kadang disisakan Rp 10 ribu aja," ungkapnya.

Oleh sebab itu, Asmani selalu memiliki cara lain agar semua penghasilannya tak di rampas.

Ketika rezekinya sedang bagus, ia akan segera pulang ke rumah sebelum preman tersebut datang menghampirinya.

"Ya kalau sama preman gimana pintarnya kita aja. Kalau di lawan tenaga saya juga kalah. Makanya saya suka sedihnya di situ."

"Nyari uang susah, yang malak enggak pakai hati, nenek-nenek masih dipalakin begini," tandasnya.

Follow Juga

Berita Terkini