TRIBUNJAKARTA.COM - Sosok ayah dari WNI yang diobservasi di Natuna, Tri Suto menuturkan curhatnya karena kesulitan menghubungi buah hatinya.
Curhatan itu diungkap Tri Suto saat menjadi narasumber di acara Mata Najwa dilansir pada Kamis (6/2).
Awal mula curhatan tersebut ketika Najwa Shihab mempertanyakan sejauh mana kemudahan untuk komunikasi dengan anaknya yang diobservasi di Natuna.
"Pak Suto, sejauh apa kemudahan anda berkomunikasi dengan putri anda?" tanya Najwa Shihab.
TONTON JUGA:
"Biasanya anak saya baru telepon pukul 10 malam. Kalau kita menghubungi, sms aja enggak dibalas. Bahkan dibaca saja tidak," imbuh Tri Suto.
Mendengar hal tersebut, Najwa Shihab lantas mencecar alasan sang anak Tri Suto tersebut.
"Apakah bapak bertanya alasannya?" tegas Najwa Shihab.
• Tagar #MisteriPohonMahoni Muncul, UPT Monas dan Dinas Beda Pendapat
Tri Suto menjelaskan, ia pernah bertanya mengenai hal tersebut kepada anaknya.
"Pernah bertanya 'Kenapa nduk? Apakah dibatasi dari otoritas sana?' dia bilang enggak. Itu sudah disepakati bersama."
"Kita lagi masa observasi dan gak mungkin mempublikasi kegiatan ke khlayak," cerita Tri Suto.
Tak puas dengan alasan itu, Najwa Shihab kembali mempertanyakannya.
"Tapi kan bicara dengan bapaknya itu tak mempublikasi?" imbuh Najwa Shihab.
• Terkuak Ketua King of The King Anggota TNI Aktif, Ini Penampakan Kartu Tanda Prajurit Dony Pedro
"Kita kan keluarga," tegas Tri Suto.
"Ya itu maksud saya, bapak saja sulit menghubunginya dan hanya bisa pukul 10 malam ke atas. Maka tak sinkron (red: pernyataan Pangkogabwilhan I)," papar Najwa Shihab.
Lebih lanjut, Tri Suto menuturkan kelegaannya karena bisa komunikasi langsung dan adanya perhatian pemerintah.
"Saya juga titip-titip ke Ibu Wagub," tegas Tri Suto.
Tak sampai disitu, Tri Suto menuturkan sebuah permintaan kepada Menteri Kesehatan dr Terawan.
• Perhiasan Lina Rp 2 M Tak Dicuri, Teddy Beberkan Sosok yang Ambil: Fitnah Lagi Dihubungkan ke Saya
"Saya minta ke Bapak Menkes, kalau bisa masa observasi sebelum 14 hari dan dinyatakan sembuh, diperbolehkan pulang. Tapi sesuai dengan keterangan Bu Wagub gak boleh dulu."
"Harus 14 hari, bahkan Bu Wagub bilang akan menambah 2 hari lagi untuk keliling Natuna," tegas Tri Suto.
Permintaan Tri Suto itu sontak membuat dr Terawan tampak terkekeh dan senyum-senyum.
Adanya pernyataan itu membuat Najwa Shihab mempertanyakannya ke Menteri Kesehatan.
"Memungkinkan tidak untuk pulang sebelum 14 hari Pak Menteri?" tanya Najwa Shihab.
"Tidak," tegas dr Terawan.
"Dikasih penjelasan Pak Menteri," aku Najwa Shihab.
"Loh penjelasannya tidak, itu aturan karena sesuai peraturan observasi di WHO," jelas dr Terawan.
Sementara itu, Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia, Syahrizal Syarif memaparkan 14 hari merupakan masa inkubasi terlama.
"Jadi untuk kehati-hatian, 14 hari ditentukan sebagai observasi," paparnya.
INI VIDEONYA:
Penjelasan Pangkogabwilhan
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksamana Madya Yudo Margono membantah WNI diobservasi di Natuna kesulitan komunikasi.
Laksamana Madya Yudo Margono menjelaskan, pihaknya telah memberikan kartu operator seluler Indonesia untuk WNI yang diobservasi.
"Kemudian HP yang tadinya dari Cina mungkin masih pakai kartu sana dan baru diubah pakai kartu disini, kemungkinan ada kendala," tegasnya.
Lebih lanjut, Laksamana Madya Yudo Margono memastikan seluruh WNI yang diobservasi telah bisa menghubungi keluarganya.
"Saya sudah cek lagi dan mereka bilang bisa semuanya (red: menghubungi keluarga)," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 82 orang tim medis gabungan dari sipil dan militer diterjunkan dalam proses observasi 238 warga negara Indonesia (WNI) yang tiba dari Wuhan di Kabupaten Natuna.
"Ini bukan masalah Kementerian Kesehatan saja, bukan masalah militer saja, tapi ini masalah negara. Oleh karena itu, pemerintah akan kolaborasikan seluruh kapasitas, yang kemudian totalnya 82 orang tenaga medis," ujar Sekretaris Setditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto, seperti dikutip dari tayangan Kompas TV, Minggu (2/2/2020).
Achmad Yurianto mengatakan, tim medis terdiri dari sejumlah dokter spesialis, dokter umum, sanitarian, dan perawat.
"Termasuk tim yang kirim untuk menjemput kemarin yang ada 17 orang, ada dokter spesialis itu 4 orang, yang lainnya itu dokter umum, perawat, itu bersama-sama dan kembali ke natuna, dan ikut berada di Natuna selama 14 hari," terang dia.
Lebih lanjut, dalam proses observasi yang berlangsung selama 14 hari sejak kemarin, tenaga medis yang diterjunkan memiliki kapasitas maksimal.
"Kami enggak pandang sipil, siapa militer, tapi kapasitas kita maksimal," tuturnya lagi.
Diketahui, proses observasi dalam rangka memastikan pencegahan menyebarnya wabah virus corona dilakukan di Hanggar Lanud Raden Sadjad, kompleks Militer Kabupaten Natuna.
Proses evakuasi 238 WNI dari provinsi Hubei, China berlangsung pada Sabtu (1/2) menggunakan pesawat milik maskapai Batik Air.