Formula E

Geram dengan Anak Buah Anies, Ketua DPRD DKI Gebrak Meja: Anda Head to Head dengan Saya

Penulis: Dionisius Arya Bima Suci
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi saat menyemprot Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana di Gedung DPRD DKI, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2020)

TRIBUNJAKARTA.COM - Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi menyemprot Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana dalam rapat dengar pendapat mengenai izin revitalisasi Monas pada Rabu (19/2/2020) siang.

Anak buah Gubernur Anies Baswedan ini kena omel pimpinan dewan lantaran sempat mengeluarkan pernyataan kontroversial soal surat rekomendasi untuk menggelar Formula E di kawasan Monas yang berstatus cagar budaya.

Saat itu, Iwan mengklaim pihaknya yang berwenang mengeluarkan surat rekomendasi tersebut, namun terkesan menutup-nutupi isi dari rekomendasi itu.

Bahkan, dirinya menyebut bahwa isi surat rekomendasi itu merupakan urusan dapur pihaknya dan publik tidak diizinkan mengetahuinya.

Dalam rapat yang digelar di Gedung DPRD DKI Jakarta ini, Prasetyo pun mengungkap kekesalannya terhadap pernyataan Iwan tersebut.

Pimpinan dewan ini pun meminta Iwan menjaga cara bicara yang dinilainya tidak sopan.

Saking geramnya dengan sikap Iwan, politisi PDIP ini pun sempat mengebrak meja dan meminta anak buah Anies ini menarik ucapannya itu.

"Pak Iwan harus jaga bicara, masa begitu di media. Tolong tarik ucapan itu depan mata saya," ucap Prasetyo sambil menggebrak meja, Rabu (19/2/2020).

Tak sampai di situ, Prasetyo pun menantang Iwan yang baru diangkat menjadi Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) pada 8 Januari 2020 lalu.

"Pak Iwan ini baru, tapi sudah berani menghina dewan. Sekarang Anda head to head dengan saya," ujarnya dengan nada tinggi.

Melihat Prasetyo marah hingga menggeprak meja, Iwan hanya tertunduk lesu tanpa bisa bicara sepatah kata pun.

Politisi senior PDIP ini juga meminta Gubernur Anies Baswedan dan jajarannya untuk segera membereskan masalah surat rekomendasi penyelenggaraan Formula E di Monas yang menuai polemik.

Surat tindak lanjut dari Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) soal rencana penyelenggaraan Formula E di kawasan Monas yang dikirimkan oleh Gubernur Anies Baswedan pun dianggap Prasetyo cacat administrasi dan merupakan bentuk pembohongan publik.

Pasalnya, surat rekomendasi yang diklaim berasal dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dibantah langsung oleh sang Ketua TACB Mundardjito.

"Pak Mundardjito tidak memberi rekomen. Besoknya katanya salah ketik. Pak asisten tolong bilang ke pak gubernur bereskan urusan persuratan," kata Prasetyo.

Cecar Kepala Dinas Kebudayaan

Surat rekomendasi penyelenggaraan Formula E di kawasan Monas yang berstatus cagar budaya menuai polemik.

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi berang dengan persiapan yang dilakukan oleh Pemprov DKI.

Pasalnya, surat rekomendasi penyelenggaraan Formula E di kawasan Monas yang diklaim oleh Gubernur Anies masih simpang siur dan terkesan manipulatif.

Kekesalan Prasetyo ini ia tumpahkan kepada Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana dalam rapat dengar pendapat mengenai izin revitalisasi Monas bersama Komisi E DPRD DKI.

Politisi PDIP ini pun menilai, sebagai pejabat publik, Iwan tidak pantas menutup-nutupi perihal surat rekomendasi tersebut.

"Model lu jangan kayak jagoan bos, lu mau nantang-nantang kita enggak apa-apa. Lima tahun saya masih memimpin, ajak komunikasi dong, semua orang diajak komunikasi, pasti ada jalan keluar," ucapnya dengan nada tinggi, Rabu (19/2/2020).

"Jangan merasa otak lu pinter sendiri," tambahnya.

Menurutnya, Iwan semestinya mengajak pihak-pihak lain yang berwenang soal penggunaan kawasan cagar budaya untuk menggelar Formula E duduk bersama dan saling berdiskusi satu sama lain.

Pasalnya, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Mundardjito merasa tak diajak bicara soal rekomendasi itu.

Padahal, TACB sendiri diklaim sebagai pihak yang memberi rekomendasi penyelenggaraan Formula E di kawasan Monas dalam surat yang dikirimkan Gubernur Anies Baswedan kepada Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Pratikno.

"Masalah TACB dan TSP (Tim Sidang Pemugaran) ini kan bisa diajak ngomong. Bapak sebagai pimpinan, ajak dulu ngomong bersama gubernur, setelah semuanya bertemu baru bikin statment," ujarnya dalam rapat.

Politisi PDIP ini pun merasa tersinggung dengan pernyataan kontroversial Iwan tersebut.

Ia pun menganggap Iwan tak menghargai para anggota dewan di parlemen Kebon Sirih.

"Saya baru ketemu ini, baru jadi Kadis langsung menghina dewan. Saya sebagai pimpinan di sini, saya pribadi tersinggung dengan ucapan bapak," kata Prasetyo.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana sempat mengeluarkan pernyataan yang cukup kontroversial.

Saat itu, Iwan mengklaim pihaknya yang berhak mengeluarkan rekomendasi soal penyelenggaraan Formula E di kawasan Monas.

Namun, ia terkesan menutup-nutupi isi dari surat rekomendasi tersebut saat awak media mencecarnya.

"Ini dapur kami. Dapur kami jangan anda lihat bahannya apa saja," kata Iwan, Kamis (13/2/2020).

Anak buah Anies dianggap arogan

Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana dicecar pertanyaan oleh anggota dewan dalam rapat dengar pendapat soal penyelenggaraan Formula E di kawasan Monas bersama Komisi E DPRD DKI.

Tak hanya itu, Kepala Dinas yang baru dilantik Gubernur Anies Baswedan pada 8 Januari 2020 lalu ini juga disemprot oleh Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi.

Pasalnya, Iwan sempat membuat pernyataan di media bahwa publik tak perlu tahu soal surat rekomendasi penyelenggaraan Formula E di kawasan Monas.

Pernyataan ini pun membuat Prasetyo geram. Ia menganggap anak buah Gubernur Anies Baswedan ini arogan.

"Pak Iwan kalau bicara di media hati-hati, pak Iwan tahu Pemda enggak? Ada apa saja di pemerintah daerah? Tolong jawab," tanya Prasetyo dalam rapat, Rabu (19/2/2020).

"Ada eksekutif dan legislatif," jawab Iwan dengan nada datar.

Mendengar jawaban itu, Prasetyo makin geram lantaran anak buah Anies ini tahu ada unsur legislatif dalam pemerintahan, namun tak mau melibatkannya dalam persiapan penyelenggaraan Formula E.

Bahkan, Prasetyo pun menyebut Kepala Dinas Kebudayaan DKI ini bersikap lancang.

"Tau? Kok ucapan bapak sebegitu hebatnya di media, seakan-akan ini urusan perut bapak sendiri," ujarnya.

"Tolong tarik ucapan itu di depan mata saya dan teman-teman anggota dewan," tambahnya.

Melihat Prasetyo geram, Iwan hanya bisa tertunduk lesu, ia tampak tak berani menatap pimpinan dewan itu.

Namun, Iwan pun akhirnya mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Prasetyo dan anggota dewan lainnya.

"Atas nama pribadi saya menyampaikan permohonan maaf bilamana ada ucapan lisan saya yang tertulis pada akhirnya di media bisa menyinggung bapak ketua dewan yang saya hormati beserta bapak-ibu sekalian," tuturnya.

Megawati angkat bicara

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengkritik penyelenggaraan balap mobil listrik Formula E yang akan dilakukan di kawasan Monumen Nasional ( Monas).

Ia menilai tak semestinya gelaran balap mobil dilakukan di Monas yang merupakan kawasan cagar budaya.

Kendati demikian, Megawati meminta agar pernyataannya itu tidak dibenturkan dengan sikap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Monas itu di dalam keputusan peraturan itu adalah cagar budaya, garis bawahi. Tapi jangan pula saya dibentur-benturkan (dengan) Pak Anies," kata Mega saat pengumuman pasangan calon kepala daerah di kantor PDIP, Menteng, Jakarta, Rabu (19/2/2020).

Menurut Mega, Anies memang telah melanggar aturan. Ia mengatakan kawasan Monas tidak boleh dipakai sebagai arena kompetisi.

"Bahwa Monas itu adalah sudah pasti peraturannya merupakan cagar budaya. Artinya tidak boleh dipergunakan untuk apa pun juga," tutur dia.

Megawati pun mengaku heran mengapa Anies berkukuh menyelenggarakan event Formula E di Monas.

Mega berharap kasus ini menjadi contoh bagi para calon kepala daerah agar tidak menabrak aturan jika kelak memimpin.

"Kenapa sih, mau bikin Formula E kenapa sih harus di situ? Kenapa sih enggak di tempat lain? Kan begitu. Peraturan itu ya peraturan," kata Mega.

"Kalian juga mesti tahu jangan sampai melanggar peraturan. Alasan apapun (jangan langgar peraturan)," tegas dia. (TribunJakarta.com/Kompas.com)

Berita Terkini