TRIBUNJAKARTA.COM - Proyek revitalisasi dan rencana penyelenggaraan balap mobil Formula E di kawasan Monas masih menuai polemik.
Untuk menyelesaikan polemik tersebut, Tim Asistensi Komisi Pengarah Pembangunan Kawasan Medan Merdeka mengaku telah melakukan pemanggilan terhadap Pemprov DKI.
Hal ini disampaikan oleh anggota Tim Asistensi Komrah Bambang Hero Saharjo saat ditemui di kawasan Monas, Gambir, Jakarta Pusat.
Ia menyebut, pihaknya telah memanggil Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dan PT Jakarta Propertindo pada Senin (24/2/2020) lalu.
Adapun pemanggilan itu dilalukan untuk meminta penjelasan dari Pemprov DKI terkait revitalisasi dan rencana penyelenggaraan Formula E di Monas.
"Jadi sebetulnya kemarin, kami atas nama Tim Asistensi sudah mengundang dua institusi, yaitu Kepala Dinas Kebudayaan dan JakPro," ucapnya, Rabu (26/2/2020).
Namun, bukannya memenuhi panggilan Tim Asistensi Komrah yang pertindak sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat, dua anak buah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu tidak hadir.
"Undangannya dari pukul 15.00 WIB sampai 16.50 WIB. Nah, sampai pukul 16.15 WIB beliau tidak hadir," ujarnya.
Guru besar bidang Pelestarian Hutan dari IPB ini pun menyayangkan ketidakhadiran dua anak buah Anies Baswedan ini.
Untuk itu, ia menyebut, pihaknya dalam waktu dekat akan kembali memanggil dua anak buah Anies itu.
Ia pun berharap, dua institusi yang bertanggung jawab terhadap proyek revitalisasi dan rencana penyelenggaraan Formula E di Monas dapat memenuhi panggilan tersebut.
"Menurut info Insya Allah akan dipanggil kembali," kata Bambang.
Aspal uji coba Formula E membekas di batu alam
Uji coba pengaspalan yang akan digunakan untuk lintasan Formula E di kawasan Monas telah dilakukan oleh Pemprov DKI.
Dalam uji coba tersebut, pengaspalan dilakukan di permukaan kawasan Monas yang terbuat dari batu alam atau cobblestone.
Adapun uji coba pengaspalan dilakukan pada Sabtu (22/2/2020) lalu dan dibongkar kembali pada Selasa (25/2/2020) kemarin.
Usai pembongkaran itu, Komisi Pengarah (Komrah) Pembangunan Kawasan Medan Merdeka mengutus tim asistensi untuk meneliti dampak kerusakan yang ditimbulkan dari proses uji coba pengaspalan itu.
Dari hasil pantauan tim asistensi, ditemukan masih adanya bekas aspal pada batu alam yang sebelumnya sempat ditutup.
Anggota Tim Asistensi Komrah Bambang Hero Saharjo mengatakan, material aspal itu masih menempel di sela-sela cobblestone.
Ia pun menyebut, sisa material aspal itu merupakan salah satu gangguan pada cobblestone.
"Kita bisa saksikan itu masih membekas aspalnya. Jadi ada disturbance terhadap cobblestone di sini," ucapnya, Rabu (26/2/2020).
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi, kondisi cobblestone yang sebelumnya dilapisi aspal memang berbeda dibandingkan dengan yang tidak dilapisi.
Sekilas terlihat pada bagian sela cobblestone yang sempat dilapisi aspal, warnanya cenderung lebih gelap.
Fakta ini tentunya berbeda dengan klaim Pemprov DKI yang sebelumnya menyebut, pengaspalan yang dilakukan di atas cobllestone tak akan meninggalkan bekas.
"Kalau kemarin disampaikan semua mulus, ternyata tidak. Ini tidak semulus yang dinyatakan," ujarnya saat ditemui di kawaaan Monas, Gambir, Jakarta Pusat.
Selain melakukan pengamatan, Tim Asistensi Komrah ini juga mengambil sampel sisa aspal yang masih menempel di cobblestone.
Analisis dari sampel ini kemudian akan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya kerusakan akibat pengaspalan.
"Habis dari sini, kami akan membuat berita acara, kemudian sampel di bawa ke laboratorium ICBB (Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology)," kata Bambang.
Setelah dianalisis di laboratorium, Bambang menyebut, pihaknya akan langsung menyerahkan hasil penelitian itu kepada Komisi Pengarah.
Nantinya, komisi pengarah yang akan menindaklanjuti hasil penelitian dampak lingkungan yang dilakukan oleh tim asistensi ini.
"Kami sudah sampling, sudah analisis. Nanti hasilnya gimana, keputusan akhir di Komrah," tuturnya.
Jakpro klaim tak merusak batu alam
Organizing Committee (OC) Formula E mengelupas aspal di cobblestone seluas 60 meter persegi di kawasan Monas, Selasa (25/2/2020) dini hari.
Proses pengelupasan lapisan aspal dilaksanakan beberapa tahap didampingi ahli dari LAPI ITB (Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia - Institut Teknologi Bandung).
Pengaspalan dilakukan pada Sabtu (22/2) dan terkondisi siap dikelupas lebih cepat dari proyeksi sehingga area pasca pengaspalan telah kembali memunculkan cobblestone sebagaimana sedia kala.
Pada fase persiapan pengelupasan, terlebih dahulu diadakan uji geser.
Pengujian ini dengan menggunakan dump truck di atas aspal diuji coba berjalan dengan kuantitas terukur lalu dilakukan pengereman.
Tujuannya adalah melihat seberapa kuat aspal yang sudah melekat di cobblestone itu terhadap gesekan.
Berikutnya adalah tahap mengelupas atau membongkar aspal dengan memakai cold milling machine.
Tujuannya adalah melihat seberapa mudah aspal dikelupas dan bagaimana efeknya terhadap cobblestone.
Setelah itu barulah masuk ke tahap terakhir, yakni membersihkan area di atas hamparan cobblestone yang sebelumnya terlapisi aspal.
Hasilnya, cobblestone bisa kembali seperti sedia kala.
Deputi Bidang Teknis OC Formula E Jakarta Wisnu Wardhana mengatakan, aspal telah melalui kondisi panas pada suhu terukur dan guyuran hujan yang memadai serta dilintasi uji geser.
"Masa pelapisan sudah cukup waktu untuk mengevaluasi hasil,” kata Wisnu dalam keterangan yang diterima, Selasa (25/2/2020).
Pertimbangan cuaca pada hari ini Selasa hingga tiga hari ke depan memperkuat dukungan terhadap proses pengelupasan aspal dilakukan pada saat yang tepat dini hari tadi.
"Secara umum, hasil uji coba pengaspalan memuaskan. Adapun keputusan akhir apakah geotextile atau sandsheet yang dipilih untuk pengaspalan laga Formula E, belum dapat dipastikan. Kami perlu waktu untuk rapat berikutnya," kata Wisnu.
Hasil memuaskan dari uji coba pengaspalan cobblestone ini menjadi salah satu materi yang disampaikan pada rapat antara PT Jakarta Propertindo (Perseroda) sebagai penerima penugasan penyelenggaraan Formula E Jakarta dengan Komisi B DPRD Provinsi DKI Jakarta, Selasa.
Pelapisan cobblestone dengan aspal dilakukan dengan dua material pelapis berbeda. Yang pertama adalah sandsheet (10m x 4m) dan geotextile (5 meter x 4 meter).
Di atas kedua lapisan tersebut dihampar aspal kasar (binder) tanpa melapisinya dengan aspal halus.
Aspal halus baru digunakan pada pengaspalan untuk kebutuhan sirkuit pada waktunya.
Cobblestone di kawasan Monas dibangun pertama kali oleh kontraktor pelaksana yang merupakan perusahaan afiliasi Pemprov DKI Jakarta pada 1995 untuk sisi timur dan barat.
Adapun sisi selatan dan utara dipasang pada 1996. Tahun berikutnya, 1997 untuk Silang Monas terdiri dari silang tenggara, timur laut, barat laut dan barat daya.
Cobblestone tersebut dipasang paling tua pada 25 tahun yang lalu.
Sebagaimana di kawasan Monas, sirkuit Formula E di Paris juga memiliki cobblestone yang dilapisi aspal saat gelar Formula E dan dikelupas kembali dengan mudah.
“Formula E di Paris mengitari situs sangat bersejarah Les Invalides yang umurnya 350 tahun, dibangun sejak era Louis XIV pada 24 Februari 1670 yang awalnya berfungsi untuk menampung veteran penyandang cacat,” kisah Wisnu.
Aspal untuk sirkuit Formula E yang akan digunakan pada ajang Jakarta E-Prix 6 Juni 2020 memiliki grade 3.
Setelah selesai dibangun mulai Maret, FIA akan melakukan inspeksi sebelum memberikan homologasi menjelang sirkuit dipakai nanti. (TribunJakarta/Dionsius)