Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG - Dampak dari Virus Corona (Covid-19) mulai berdampak pada suasana di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang sepi.
Terpantau langsung dari lapangan, terminal yang didominasi penerbangan internasional tersebut terlihat sangat sepi.
Saat TribunJakarta.com menyusuri dari Gate 1 sampai Gate 1 Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, pelancong yang melintas dapat dihitung jari saking sepinya.
Begitu juga gerbang yang biasa diramaikan oleh para jemaah umrah, terlihat sangat lengang.
sepinya Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta karena banyaknya penutupan penerbangan rute internasional sejak mewabahnya Virus Corona (Covid-19).
"Penurunan di Internasional saja, kalau domestik tidak terlalu berpengaruh ya. Bisa disurvei saja sendiri," kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, saat ditemui di kantornya Gedung 600 Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (11/3/2020).
Hal itu tidak signifikan lantaran, 75 persen penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta didominasi domestik, sementara hanya 25 persen internasional.
Sementara, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta memang sebagian besar melayani penerbangan rute internasional.
Sehingga sudah sewajarnya terminal tersebut terlihat sangat sepi setelah wabah Virus Corona mulai mengganas.
Namun, ia belum bisa memastikan berapa kerugian yang terjadi karena adanya penurunan di penerbangan internasional.
Awaluddin mengatakan kerugian yang terjadi di Bandara Soekarno-Hatta karena penutupan penerbangan internasional tidak terlalu signifikan.
Hal itu lantaran adanya sokongan dari pendapatan non-aero yang menyumbang revenue atau pendapatan sebanyak 48 persen.
"Non-aero kita peluang cukup tinggi, data non-aero tumbuh lima persen. jadi ini yang kita cari upaya kita. kontribusinya non-aero 48 persen," tutup Awaluddin.
Erick Thohir Akui Kerugian dari Sisi Penerbangan Internasional
Efek domino dari wabah Virus Corona mulai berdampak di sisi ekonomi terutama penerbangan internasional di Indonesia.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku adanya kerugian dampak dari penutupan beberapa penerbangan internasional.
Penutupan penerbangan internasional tersebut buntut dari Virus Corona.
Seperti penerbangan langsung dari dan ke China yang sudah ditegah dari Bandara Soekarno-Hatta sejak 5 Februari 2020.
"Hari ini oportunity itu tidak bisa dianggap maksimal," jelas Erick di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (11/3/2020).
"Apalagi kita tahu turis yang terbesar itu ada China, Jepang, Korea pasti akan menurun," sambung dia.
Kendati demikian, ia mengatakan kerugian bukan hanya di Indonesia saja alias bersifat global.
Sebab, kata Erick, beberapa negara sudah mengalokasikan beberapa anggarannya untuk menutupi kerugian di sektor usaha domestik.
"Hal hal ini semua negara pasti melakukan hal yang sama, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi lebih stabil."
"Kalau dilihat pasti pertumbuhan ekonomi secara global akan menurun, tapi gimana caranya kita menstabilkan," papar Erick.
Kementerian BUMN hingga saat ini mencoba untuk menstabilkan pasokan pangan, kebutuhan makanan, dan beberapa kebutuhan penting lainnya selama epidemik Virus Corona.
Erick menyebut juga menggandeng pihak swasta untuk sama-sama memerangi penurunan ekonomi dampak dari Virus Corona untuk menjaga kestabilan Indonesia.
"Kita juga harus memastikan dalam kondisi ekonomi seperti ini kepastian bekerja tetap kita jaga."
"Saya rasa teman-teman swasta yang hari ini kalau mau hanya berfikir kepentingan pribadi mereka juga sudah lay off," ucap Erick.
Sementara, Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, mengakui dampak virus corona dari jumlah penumpang di penerbangan internasional.
"Kalau dibilang turun (penerbangan internasional) ya turun jelas kan ada penutupan."
"Tapi itu semua ketutup karena kekuatan penerbangan domestik kita masih sangat besar. Bisa dicek sendiri di Terminal 1 dan 2," papar Awaluddin.
• Mazeru Restoran Hotplate dengan Harga Terjangkau di Jalan Gandaria, Jakarta Selatan
• Irish Bella Pernah Dapat Cibiran Ini dari Emak-emak saat Hamil, Syahnaz Kesal: Wah Gila Ya!
Ia belum bisa memastikan berapa kerugian yang terjadi karena adanya penurunan di penerbangan interasional.
Hal itu lantaran adanya sokongan dari pendapatan non-aero yang menyumbang revenue atau pendapatan sebanyak 48 persen.
"Non-aero kita peluang cukup tinggi, data non-aero tumbuh lima persen."
"Jadi ini yang kita cari upaya kita. kontribusinya non-aero 48 persen," ucap Awaluddin.