Sisi Lain Metropolitan

Sepi Orderan Selama Covid-19, Disabilitas Penjual Jaket Ini Nekat Kelilig karena Tak Pegang Uang

Penulis: Nur Indah Farrah Audina
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hendra saat sedang berjualan di kawasan Jakarta Selatan

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, BOGOR BARAT - Uang simpanan menipis, Hendra Yansah (43) akan kembali berjualan di stasiun.

Hendra merupakan seorang penjual jaket dengan kondisi tubuh yang memiliki keterbatasan.

Usai mengalami kecelakaan, urat sarafnya tak berfungsi normal dan ia harus berjalan menggunakan tongkat akibat kaki kirinya sulit digerakan.

Selain itu, Hendra juga tak bisa berjalan apabila tak mengenakan alas kaki.

Kendati demikian, ia tak ingin mengharapkan belas kasih orang lain. Sebagai ayah, ia ingin menafkahi anaknya, Raka (9) dengan hasil keringatnya sendiri.

"Akhirnya dari tahun 2010 saya jualan jaket. Jaketnya saya ambil di orang dan jual di kereta (Commuter Line Bogor-Jakarta Kota). Tapi biasanya saya pilih di stasiun aja karena di dalam kereta kan enggak boleh jualan. Jadi di luar stasiun," ceritanya kepada TribunJakarta.com, Selasa (21/4/2020).

Untuk satu jaketnya, Hendra tak pernah mengambil untung berlebihan. Selama keliling, Hendra hanya mengambil untung sekira Rp 15 ribu perjaketnya.

Terlebih, tanpa ia memberikan harga tinggi pun sudah banyak orang baik yang memberikan bayaran lebih. Bahkan sejumlah orang di jalan memberikan uangnya tanpa membeli jaketnya.

Sayangnya, sejak wabah Covid-19, pemasukan Hendra terus mengalami penurunan.

Penjualan online tak mampu menutupi kebutuhan sehari-hari ia dan anaknya. Ditambah Hendra sudah tak lagi berjualan keliling karena ketatnya aturan di lokasi yang biasa ia lewati.

"Tapi semenjak ada pengecekan suhu tubuh saya enggak jualan lagi di kereta. Saya takut pas dicek suhu tubuh saya enggak normal usai keliling jualan. Makanya cuma andalkan penjualan online aja," katanya.

"Sayangnya penjualan online sepi dan kadang enggak ada yang beli. Sementara uang simpanan saya juga sudah enggak ada. Makanya nanti saya mau usahakan keliling lagi sebelum Ramadan," lanjutnya.

Ditinggal istri

Hendra dan Raka saat berfoto di rumah lamanya (Istimewa)

Masih bekerja ditengah keterbatasan fisiknya, tak banyak orang yang tahu bila Hendra menghidupi anak sematawayangnya seorang diri.

Sejak empat tahun belakangan ini, ia hanya tinggal bersama Raka di Cilubang RT 2/3, Bogor Barat, Jawa Barat.

Hal ini lantaran rumah tangganya berantakan akibat pihak ketiga dan istrinya pergi dari rumah.

"Intinya saya sudah tahu bawa ada pihak ketiga. Sebab sepulang dari kampung sikap dia ke saya dan Raka beda. Dia ke saya sama Raka sudah kayak musuh. Sudah kurang respect gitu lah. Makanya pas dia pergi saya jawab seperti tadi," ungkapnya.

Selepas kepergian sang istri, Hendra mengaku hal itu menjadi titik berat dalam hidupnya.

Tubuhnya berubah menjadi kurus dan ia sempat terlilit utang.

"Badan saya sempat kurus. Selepas istri saya pergi, saya mikir nitipin Raka ke siapa kalau kerja. Sebab kan saya kerja jualan jaket keliling. Alhamdulillahnya saudara saya mau merawat Raka selama saya jualan," jelasnya.

Meski demikian, Hendra masih memberikan kabar anaknya kepada istrinya.

Tiap kali Raka sakit, Hendra selalu memberikan kabar kepada istrinya. Entah dibalas atau tidak, Hendra hanya ingin sang istri mengetahui tumbuh kembang Raka.

Sayangnya, maksud baik darinya tak diterima dengan baik oleh sang istri. Klimaksnya kata-kata menyayat hati keluar dari sang istri.

"Hidup dan mati Raka, saya enggak mau tahu lagi,"

"Nanti kalau sudah pisah saya enggak akan kasih apa-apa lagi buat Raka," ucap istrinya saat itu.

"Dari situ saya putuskan untuk tak berikan kabar. Sebab kalau masih berikan kabar saya yang sakit karena dia juga enggak mau tahu. Alhamdulillahnya Allah kasih saya petunjuk dari sebelum istri saya pergi. Saya mimpi kalau istri saya pergi dari rumah dan ternyata kejadian," jelasnya.

Akhirnya, sejak saat itu, ia menutup rapat semua kenangan bersama istrinya dan fokus pada tumbuh kembang Raka.

Harapan

Meskipun demikian, Hendra selalu mensyukuri apa yang ia miliki saat ini.

Demi Raka ia akan tetap berkeliling ditengah pandemi virus corona saat ini.

Sebab, ia memiliki harapan dan keinginan, yakni menyisihkan uang untuk biaya pendidikan Raka di masa depan.

"Saya cuma berharap Raka bangga karena memiliki Abi (Ayah) seperti saya. Saya akan terus berjuang demi Raka. Sebab saya ingin dia pesantren usai lulus SD," tandasnya

Berita Terkini