TRIBUNJAKARTA.COM - Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta melarang pesepeda tidak memakai penutup wajah ( face shield) berbahan plastik saat berolahraga.
Soalnya, hembusan nafas mereka akan menimbulkan uap dan menempel di face shield, sehingga menghalangi pandangan saat berkendara.
“Penggunaan masker menjadi hal yang disarankan untuk dipakai saat berolahraga.
"Kami juga mengimbau agar melakukan kegiatan bersepeda dengan intensitas rendah dan sedang,” kata Kadispora DKI Jakarta Achmad Firdaus pada Kamis (25/6/2020).
• BREAKING NEWS: Dukun Cabul di Depok Minta Korbannya Mandi Kembang Lalu Dicabuli Tapi Tak Berefek
• Pembeli Bakso yang Diludahi Penjualnya di Meruya Selatan Tak Sangka Videonya Viral di Media Sosial
• Penumpang KRL Ketiduran & Terkunci di Gerbong Jangan Ditertawakan, Ini Sederet Bahaya Gangguan Tidur
• Hindari Pemeriksaan Petugas Imigrasi, WNA Nigeria Lompat dari Lantai 9 Apartemen di Kelapa Gading
Meski demikian, pesepeda sebetulnya dapat berolahraga tanpa memakai masker.
Asalkan tingkat intensitas mereka saat berolahraga berada di level tinggi.
Ada beberapa indikator untuk membedakan level intensitas saat bersepeda.
Untuk intensitas rendah indikatornya pada saat olahraga, seseorang masih dapat bernyanyi dan berbicara dengan jelas.
Sedangkan indikator intensitas sedang, orang masih dapat berbicara dengan jelas tapi sulit bernyanyi saat berolahraga.
Terakhir, intensitas tinggi bagi seseorang ketika berolahraga tidak bisa berbicara maupun sulit bernyanyi.
“Kalau olahraganya sudah intensitas tinggi, hendaknya menurunkan aktivitas olahraganya secara perlahan.
"Jadi intensitas rendah-sedang masih bisa memakai masker, tapi kalau tinggi sebaiknya dilepas dulu,” ujarnya.
Firdaus mengatakan, pesepeda hendaknya membawa masker cadangan saat melakukan aktivitas. Masker cadangan diperlukan, apabila masker yang dipakai saat menggowes sudah basah terkena keringat.
“Kalau tidak diganti akan terjadi kelembapan di masker karena tertutup keringat,” ujarnya.
Menurutnya, memakai masker saat bersepeda merupakan hasil konsultasi DKI dengan para ahli.
Di antaranya dokter spesialis penyakit menular, dokter spesialis paru, dokter spesialis keolahragaan, komunitas sepeda, komunitas atletik dan sebagainya.
“Kalau untuk komunitas sepeda sebetulnya mereka sudah biasa memakai masker, karena bertujuan untuk menjaring polusi kendaraan saat berada di jalan raya,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Firdaus juga menyarankan kepada masyarakat yang berolahraga sepeda untuk memakai helm atau pelindung kepala serta menjaga jarak antar pesepeda.
Untuk kecepatan 30 km/jam jarak aman 20 meter, kemudian kecepatan 14 km/jam jarak aman lima meter serta untuk kecepatan 8 km/jam jarak amannya dua meter.
“Jadi tetap memakai masker selama berolahraga dan dapat membuka atau menutup kembali secara berkala setiap 15 menit sekali,” katanya.
Tips Membeli Sepeda Baru
Simak tips membeli sepeda sebelum anda membeli sepeda baru dan supaya tidak salah pilih.
Selama masa wabah virus corona melanda, olahraga menjadi trend untuk beraktifitas masyarakat menjaga daya tahan tubuh
Hasilnya, banyak masyarakat yang berbondong-bondong ke toko sepeda karena takut kehabisan stok sepeda yang mereka incar.
Namun, dalam memilih sepeda yang tepat dan nyaman, rasanya susah-susah gampang karena cukup banyak varian merek dan jenis sepeda.
• Daftar Lengkap Harga Sepeda Lipat Polygon, United, Pacific dan Element: Mulai Rp 1,7 Jutaan
• Kejar Pelaku Jambret Pesepeda di Pejaten Raya Jakarta Selatan, Polisi Periksa CCTV
Akan menjadi masalah baru jika yang membeli sepeda adalah pesepeda atau goweser pemula yang tentu saja masih buta akan dunia sepeda.
Lantas, apa saja jenis- jenis sepeda yang saat ini banyak dipakai masyarakat dan bagaimana tips sebelum membeli sepeda?
Berikut penjelasan yang bisa Anda jadikan pertimbangan.
Jenis- jenis sepeda
Erwin Handoko dari Brompton Monas Cyclists mengatakan, secara umum terdapat tiga jenis sepeda yang saat ini digandrungi masyarakat.
Folding bike ( sepeda lipat)
Mountain bike (sepeda gunung)
Road bike ( sepeda balap)
Menurut Erwin, sepeda lipat saat ini tengah naik daun karena menjadi buruan masyarakat untuk bersepeda.
• Anak Gadisnya yang Masih SMP Tak Pulang 3 Hari, Orangtuanya di Ciracas: Pasti Diculik Pacarnya
• Alasan Polisi Pakai Peran Pengganti John Kei dan Teriakan: Apa Hukuman Untuk Pengkhianat? Mati!
"Sepeda lipat yang lagi booming sekarang ini, beda dari beberapa tahun lalu yang booming beberapa tahun lalu itu adalah sepeda fixie," kata Erwin kepada Kompas.com, Sabtu (20/6/2020).
Mengapa banyak orang yang mencari sepeda lipat khususnya di Jakarta, kata Erwin, hal itu dikarenakan faktor pembangunan transportasi massal yang massive belakangan ini. Seperti adanya MRT, LRT, Transjakarta atau KRL.
"Orang jadi lebih mudah dan ekonomis jika bersepeda," ujarnya.
Menurut Erwin, dari tiga jenis sepeda pada umumnya, sepeda lipat sendiri terbagi dalam tiga kategori. Di antaranya sepeda lipat dengan tiga lipatan, sepeda dua lipatan, dan sepeda bongkar-pasang.
"Sepeda tiga lipatan ini paling ringkas dan cocok untuk di bawa ke transportasi massal, karena setelah di lipat hanya sekitar 80cm x 80 cm kurang lebih," papar Erwin.
Senada dengan Erwin, salah satu pendiri Brompunk, sebuah social movement untuk membuat aktivitas bersepeda lestari, Debyo Surya Setiyawan juga menjelaskan hal yang sama.
Menurut Debyo, jenis sepeda gunung lebih cocok dan pas apabila digunakan di medan yang terjal. "Misalnya jalan berbatu, tanah yang tidak rata," ujar Debyo.
Kemudian, lanjut Debyo, sepeda balap atau yang sering disebut road bike, biasanya digunakan pada jalan yang rata dan halus.
Selain itu, kecepatan dalam bersepeda menggunakan sepeda balap juga diatas rata rata kecepatan sepeda pada umumnya.
"Dan biasanya pesepeda balap mempunyai jarak tempuh yang jauh dalam beraktifitas sepeda," papar Debyo.
Berikut tips membeli sepeda
Sebelum membeli sepeda, Debyo menyarankan agar mempertimbangkan beberapa hal agar tidak menyesal kemudian.
Pertama, siapkan budget atau dana. Hal itu menurutnya agar stabilitas keluangan dan rumah tangga dapat terjaga secara aman.
"Siapkan target budgetnya dulu agar keuangan bisa terkontrol," ujar Debyo.
Kemudian, tentukan jenis sepeda yang diinginkan sesuai tujuan bersepedanya. Seperti misalnya, apakah digunakan di jalanan terjal, jalanan biasa atau travelling.
"Mau sepeda gunung, sepeda balap atau sepeda lipat," ungkapnya.
Lalu, yang terakhir adalah sesuaikan spesifikasi teknis sepeda dengan postur tubuh, baik tinggi dan berat badan. Hal ini bertujuan agar pemakai sepeda merasa nyaman dan terhindar dari cedera.
"Supaya tidak ada cedera dalam bersepeda, dan sepeda juga bisa awet selama dikendarai," pungkas Debyo.