Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar
TRUBUNJAKARTA.COM, BANTARGEBANG - Daya tarik wisata Curug Parigi di Kota Bekasi kian tersohor baru-baru ini, berkat derasnya arus informasi yang membanjiri media sosial curug tersebut makin dikenal publik.
Beberapa netizen (pengguna internet), bahkan menjuluki Curug Parigi sebagai Air Terjun Niagara yang terkenal seantero dunia terletak di Benua Amerika.
Jalur menuju Curug Parigi cukup mudah. Akses utamanya adalah Jalan Raya Narogong Siliwangi di wilayah Kecamatan Bantargebang.
Kecamatan ini tentu tidak asing lagi bagi sebagian orang karena terkenal sebagai lokasi Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST) milik Pemprov DKI Jakarta.
Tepat di persimpangan menuju TPST, terdapat Jalan Pangkalan V, jalan itu berada di pinggir Jalan Raya Narogong Siliwangi.
Akses Jalan Pangkalan V merupakan jalur utama menuju Curug Parigi, perlu kurang lebih jarak tempuh 2 kilometer tiba di bibir sungai, menikmati keindahan pesona 'Air Terjun Niagara'.
Sedangkan jika ingin menggunakan kendaraan umum, silahkan naik angkutan yang memiliki trayek Bekasi - Cileungsi melalui Jalan Raya Narogong Siliwangi dan lanjut menggunakan ojek untul sampai ke Curug Parigi.
TribunJakarta.com telah melihat langsung keindahan Curug Parigi, sebelum sampai di bibir sungai, pemandangan dengan suasana teduh langsung tersaji.
Hamparan pepohonan rindang menutupi area parkir dan kampung wisata Curug Parigi, terdapat kios-kios pedagang makanan yang terbuat dari saung bambu.
Warga setempat juga memoles beberapa tempat agar dapat dijadikan lokasi foto dengan pemandangan aliran Kali Ciluengsi.
Objek wisata Curug Parigi tidak dipungut biaya, hanya saja terdapat biaya parkir sebesar Rp5 ribu untuk satu kendaraan.
Dari area parkir tersebut, pengunjung perlu berjalan kaki sejauh kurang lebih 500 meter untuk turun ke bibir sungai lokasi curug berada.
Suara derasnya air yang jatuh dari curug mulai terdengar, objek wisata yang paling tersohor di Bekasi kini berada di hadapan.
Berada di lekukan sungai, curug parigi tampak mempesona, persis seperti gambar yang kerap berseliweran di media sosial.
Wajar saja netizen menjuluki curug yang terletak di pinggiran Kota Bekasi ini, sebagai Air Terjun Niagara yang berada di perbatasan Negara Bagian New York Amerika Serikat dan Provinsi Ontario di Kanada.
Meski begitu, jangan berharap Curug Parigi memiliki ukuran yang besar, lebarnya saja kurang lebih sekitar 10 sampai 20 meter dengan tinggi jeram sekitar 3 sampai 4 meter.
Tetapi itu semua sudah cukup menjadikan Curug Parigi, sebagai destinasi wisata alam yang sangat potensial di Kota Bekasi.
TribunJakarta.com menjumpai seorang warga yang juga penjaga di area Curug Parigi, Nain (65) namanya.
Sehari-hari, Nain bertugas sebagai penjaga yang mengawasi para wisatawan agar tidak mendekat ke lokasi air dalam.
Dia juga memasang garis pembatas menggunakan tambang sebagai tanda batas aman untuk wisatawan berendam atau bermain di bibir sungai.
"Tiap hari jaga di sini, ramai kalau setiap sabtu minggu biasanya, sampai penuh, ada yang sepedaan juga kemari," kata Naim.
Pria asli Kampung Parigi ini tumbuh dan besar di bantaran Kali Cileungsi, dia bahkan tahu betul sejarah terbentuknya curug yang kemudian diberinama sama dengan nama kampung tempatnya berada.
Nain bercerita, awal terbentuknya Curug Parigi bukan disebabkan akibat adanya perubahan kontur tanah di dasar sungai secara alami.
Melainkan, curug tersebut terbentuk akibat aktivitas pengerukan yang terjadi saat Pemerintah Indonesia tengah gencar-gencarnya melakukan pembangunan di tahun 1980an.
"Dulu kali biasa aja, rata enggak ada curugnya, sekitar tahun 80an (1980an) baru kebentuk curug, karena abis batu-batunya diambilin Bina Marga," kata Nain.
Dia melanjutkan, Pemerintah melalui Departemen Bina Marga kala itu, mengeruk batu-batu kali di aliran Kali Cileungsi untuk membangun jalan.
Salah satu jalan yang kini dirasakan berkat aktivitas pengerukan yakni, Jalan Raya Narogong Siliwangi membentang dari Kota Bekasi hingga Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Buat jalanan yang di Cileungsi itukan batu-batunya dari sini, buat urugan, jalan Bekasi - Bogor buat dasar jalanan pakai batu-batu dari sini," ujarnya.
Usai dari aktivitas pengerukan itu, bebatuan Kali Cileungsi mulai tidak beraturan, lama kelamaan batu-batu besar yang dikeruk meninggalkan butiran pasir di dasar sungai.
Nain dan warga sekitar memanfaatkan pasir Kali Cileungsi untuk dikumpulkan dan dijual sebagai bahan bangunan.
Aktivitas pengambilan pasir itu hingga kini masih kerap dilakukan warga, tetapi harga jual pasir kali yang sudah tidak menjanjikan membuat pekerjaan itu perlahan ditinggalkan.
"Saya dulu ikut ambil pasir, cuma sekarang udah enggak karena harganya udah jatuh, satu mobil (pick up) aja cuma dihargain Rp100 ribu," terang Nain.
Curug Parigi di medio 1980an, pasca-pengerukan bebatuan besar-besaran untuk kebutuhan pembangunan jalan belum dilirik sebagai potensi wisata.
Sebab, perlu waktu bertahun-tahun kata Nain, setelah aktivitas pengerukan hingga bongkahan dasar kali berbentuk curug seperti saat ini.
"Dulu ada alat besar masuk sini, ngeruk batu-batu kali, sampai tahun 1985an kira-kira itu baru udah selelsai (pengerukan)," ungkapnya.
"Pas ramai-ramai orang pada ke sini ngeliat curug kira-kira tahun 1990an, banyak yang main ke sini," tambahnya.
• Long Weekend Iduladha, Pengunjung Taman Impian Jaya Ancol Mencapai 17.000 Orang
• Kevin Sanjaya Ulang Tahun ke-25, Simak Sederet Prestasinya yang Luar Biasa
• Obrak-abrik Mobil Chef Juna, Nagita Slavina Heran Temukan Barang Ini: Walaupun Gagah Ternyata Begini
Menurut Nain, tersohornya Curug Parigi sudah terjadi sejak lama, adanya media sosial membuat curug tersebut makin ramai dan diketahui banyak orang.
"Dulu sebenarnya udah ramai, (wisatawan) dari jauh-jauh juga udah pada deteng, cuma sekarang makin terkenal lagi pas ada HP (ponsel)," paparnya.