BPPI Terus Dampingi Sektor manufaktur dalam bertransformasi Menuju Industri 4.0

Editor: Erik Sinaga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Progress pendampingan assessment INDI 4.0 di PT Tata Metal Lestari

TRIBUNJAKARTA.COM- Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendampingi sektor manufaktur dalam bertransformasi menuju industri 4.0 yang salah satu tujuannya adalah menciptakan daya saing global.

Selain di sektor prioritas seperti industri makanan dan minuman, kimia, tekstil, otomotif dan elektronika, sektor industri logam juga dinilai penting untuk bertransformasi guna mendukung kesiapan menuju era digital 4.0 karena industri ini merupakan mother of industries.

“Industri logam ini adalah mother of Industry karena produk logam dasar merupakan bahan baku utama yang menunjang bagi kegiatan sektor industri lain seperti industri otomotif, maritim, elektronika, dan sebagainya,” terang Kepala BPPI Kemenperin, Doddy Rahardi usai meninjau progress pendampingan assessment INDI 4.0 di PT Tata Metal Lestari sekaligus melepas ekspor baja ringan tujuan Australia, Thailand dan Amerika Latin di kawasan Industri Delta Silicon, Cikarang, Jumat (14/8/2020).

Doddy menyebutkan, PT Tata Metal Lestari merupakan sektor industri logam pertama yang menjalani assessment INDI 4.0.

Pendampingan mulai dilakukan BPPI sejak tanggal 17-20 Juli 2020 lalu secara daring.

Tak hanya melakukan pendampingan, BPPI juga sudah meninjau kesiapan perusahaan dalam mengantisipasi penyebaran virus Covid-19.

Doddy menilai, PT Tata metal lestari sudah cukup baik dalam menjalankan implementasi INDI 4.0.

Hal itu juga terlihat dari kesiapan mereka menghadapi pandemi covid 19 yang saat ini melanda negeri dengan menetapkan protokol kesehatan yang cukup ketat dalam ruang lingkup perusahaannya.

Hasilnya pun kini sudah terlihat dengan meningkatnya efisiensi yang berujung pada kualitas sehingga Tata Metal Lestari mampu menembus pasar global.

“Progres pendampingan INDI 4.0 di Tata Metal ini sudah sangat baik yah. Protokol kesehatan yang dijalankan di perusahaan juga sudah cukup ketat. Hasilnya kini terbukti dengan mereka bisa mengekspor produknya ke berbagai negera seperti Australia, Thailand dan Amerika Latin,” jelas Doddy lagi.

Di kesempatan yang sama, CEO PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi mengatakan, pasar ekspor bisa menjadi tolak ukur bagi produk yang dihasilkan manufaktur yang telah bertransformasi ke era 4.0 karena standar yang ditentukan di berbagai negara sangat tinggi dan berbeda-beda pula.

“Buah dari penerapan project Indi 4.0 ini adalah efisiensi yang berujung pada kualitas. Sehingga produk Tata Metal dipercaya oleh pasar global. Terbukti dengan telah menembus pasar ekspor di 8 negara,” terangnya kepada wartawan.

Selain itu Stephanus juga berharap, langkah ekspor yang dilakukan PT Tata Metal Lestari juga dapat berkontribusi terhadap penerimaan Negara di tengah pandemi Covid-19 yang secara perlahan mengganggu roda perekonomian di semua lini.

“Ekspansi PT Tata Metal Lestari ke luar negeri serta penggunaan produk dalam negeri ini diharapkan dapat menguatkan posisi neraca dagang Indonesia, dan diharapkan akan memberikan kontribusi atau pengaruh yang positif terhadap devisa negara, utamanya di tengah menurunnya kondisi ekonomi dalam negeri akibat pandemi Covid-19 ” jelasnya.

Karena itu, ia sangat berterima kasih atas semua dukungan yang diberikan oleh semua pihak, terutama pemerintah melalui Kementerian Perindustrian.

“Kami sangat mengapresiasi pemerintah yang telah memberikan atensi khusus untuk penerapan industri 4.0, dimana ini akan meningkatkan kualitas SDM Indonesia dalam era global,” pungkasnya.

Berita Terkini