TRIBUNJAKARTA.COM - Nelangsa mungkin cocok menggambarkan nasib warga RW 02, Kampung Arus, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati korban banjir luapan Kali Ciliwung.
Selain membersihkan timbunan lumpur bercampur sampah setebal 30 sentimeter sisa banjir 1,5 meter yang merendam tanpa bantuan petugas.
Hingga Minggu (25/10/2020) siang saat banjir surut mereka juga tidak mencicipi bantuan nasi boks yang disediakan Pemprov DKI Jakarta bagi korban banjir.
Warga RW 01 dan RW 02, Kampung Arus, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati tak sepenuhnya bisa bernafas lega setelah banjir surut.
Setelah banjir luapan Kali Ciliwung yang merendam berangsur surut sekira pukul 08.00 WIB, mereka harus pontang-panting membersihkan sisa lumpur dan sampah.
Bersihkan Lumpur Bercampur Sampah
Sri Suwarti (65), warga setempat mengatakan banjir 1,5 meter yang menjamah sejak pukul 02.00 WIB menyisakan timbunan lumpur bercampur sampah setebal 30 sentimeter.
"Capek bersihinnya. Tapi kalau enggak langsung dibersihkan lumpurnya mengeras, jadi begitu air surut harus langsung dibersihkan," kata Sri di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (25/10/2020).
Bukan tanpa sebab Sri mengeluh, butuh lebih dari dua jam bagianya membersihkan timbunan lumpur bercampur sampah yang merendam rumahnya.
Setelah membersihkan rumahnya dia juga harus membersihkan timbunan lumpur bercampur sampah yang menutupi sepanjang jalan RW 02.
"Apalagi dari minggu kemarin banjir juga, minggu lalu banjir sekitar 1,5 meter, sama seperti tadi. Makannya ini capek yang minggu lalu saja belum hilang sudah harus bersih-bersih lagi," ujarnya.
Baca juga: Hasil Liga Inggris - Arsenal Terjungkal di Kandang Sendiri, No Vardy No Party
Ujang (63), warga Kampung Arus lainnya juga mengaku bosan karena nyaris setiap pekan membersihkan timbunan lumpur dan sampah sisa banjir.
Terlebih bila mengingat musim hujan belum sepenuhnya melanda Jakarta, menurutnya curah hujan lebih parah bakal melanda saat awal tahun 2021.
"Ibaratnya banjir sekarang ini masih permulaan, belum parah. Karena baru awal musim hujan, belum masuk musim hujan banget. Enggak tahu sampai kapan harus bersih-bersih begini," tutur Ujang.
Pantauan wartawan TribunJakarta.com, hingga pukul 13.00 WIB warga Kampung Arus masih pontang-panting membersihkan lumpur dan sampah.
Tak hanya menggunakan perabot bersih-bersih, mereka mengangkut sampah yang menyumbat saluran menggunakan tangan secara manual.
Guna menghindari tergelincir saat membersihkan timbunan lumpur dan sampah mereka sengaja tidak mengenakan alas kaki alias nyeker.
Tak Dapat Bantuan
Ujang, mengatakan sejak banjir awal tahun 2020 hingga kini mereka nyaris tidak merasakan bantuan nasi boks seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Enggak tahu memang enggak dapat atau enggak sampai. Pokoknya yang sampai sini hanya sampah nasi boksnya saja, bungkusnya saja," kata Ujang di Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (25/10/2020).
Meski di bulan Oktober 2020 ini warga Kampung Arus terdampak banjir luapan Kali Ciliwung dengan ketinggian berkisar 1-1,5 meter hingga tiga kali.
Tak sesuap pun warga Kampung Arus yang sudah puluhan tahun jadi korban banjir luapan Kali Ciliwung mencicipi bantuan nasi boks dari Pemprov DKI.
Ketiadaan bantuan sejak banjir awal tahun 2020 membuatnya pesimis dan ogah melapor atau meminta bantuan nasi boks ke kantor Kelurahan Cawang.
"Mungkin kalau di tempat lain dapat, tapi di sini enggak ada. Saya juga enggak mau datang minta nasi boks ke Kelurahan, merasanya sekarang sudah seperti enggak punya Lurah," ujarnya.
Baca juga: Resmi Pensiun, Ini 5 Pertarungan Terbaik Khabib Nurmagomedov Sepanjang Sejarah
Eki Riznujanuar (28), warga Kampung Arus lainnya membenarkan bila sudah dua tahun terakhir nyaris tidak mendapat bantuan nasi boks meski kebanjiran.
Belum lama ini warga Kampung Arus memang mendapat bantuan nasi boks dari pihak Kelurahan Cawang, nahas jumlahnya tak mencukupi karena hanya 10.
"Waktu itu dapat 10 buah ya kita bagi-bagi saja, karena warga sudah paham jadi enggak mengeluh atau iri. Memang dapatnya sedikit dan harus dibagi, mau bagaimana lagi," kata Eki.
Padahal bantuan nasi boks termasuk yang diperlukan warga saat banjir, meski tidak mengungsi aktivitas mereka terganggu karena banjir luapan Kali Ciliwung.
Kelelahan membersihkan timbunan lumpur bercampur sampah sisa banjir membuat rasa lapar lebih cepat menghinggapi perut warga.
"Jangankan banjir 1,5 meter sekarang, pas banjir awal tahun 2020 lalu saja warga enggak dapat bantuan nasi boks. Beda jauh lah sama penanganan waktu banjir di tahun-tahun sebelumnya, bantuan dapat," lanjut dia.
Kasi Perlindungan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin Sudin Sosial Jakarta Timur, Abdul Salam mengatakan pihaknya sudah mendistribusikan bantuan nasi boks.
Yakni sebanyak 300 nasi boks Kelurahan Cawang, lalu 250 boks untuk warga Kelurahan Cililitan korban banjir luapan Kali Ciliwung pada Minggu (25/10).
"300 nasi boks dan 300 air mineral untuk warga Cawang, lalu 250 nasi boks dan 250 air mineral ini untuk makan siang warga yang terdampak banjir hari ini," kata Abdul.
Abdul menuturkan jumlah bantuan yang didistribusikan sesuai permintaan masing-masing Lurah yang masuk ke pihak Sudin Sosial Jakarta Timur.
Sementara perihal distribusi, pihaknya menyerahkan bantuan nasi boks ke pihak Kelurahan yang lebih mengetahui domisili permukiman warga korban banjir.
Baca juga: Daftar Makanan Penyubur Kandungan untuk Suami dan Istri, Ternyata Tak Bisa Disamakan
"Bantuan yang didistribusikan sesuai permintaan dari masing-masing Lurah, sudah didistribusikan ke Kantor Kelurahan Cililitan dan Cawang. Setelah di-drop yang mendistribusikan ke warga pihak Kelurahan," ujarnya.
Intruksi Gubernur
Intruksi Gubernur DKI No 52 tahun 2020 tentang Percepatan Peningkatan Sistem Pengendalian Banjir di Era Perubahan Iklim tampaknya tak berlaku di Jakarta Timur.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah menginstruksikan jajarannya turun tangan membantu warga dalam penanganan banjir di Ibu Kota.
Sebagai informasi, dalam Ingub DKI nomor 52 tahun 2020 tercantum poin Anies meminta jajarannya melakukan upaya pencegahan hingga penanganan banjir.
Mengingat saat banjir awal tahun 2020 lalu Pemprov DKI Jakarta dan pemerintah pusat kelabakan menghadapi musibah banjir yang melanda Ibu Kota.
Baca juga: Melihat Permukiman Warga Cipulir Diterjang Banjir: Musola dan Makam Turut Terendam
"Dengan terjadinya peningkatan intensitas hujan akibat perubahan iklim, diperlukan percepatan peningkatan sistem pengendalian banjir yang responsif, adaptif, dan memiliki resiliensi atas risiko banjir yang dihadapi saat ini dan di masa yang akan datang, baik dari segi peningkatan infrastruktur fisik maupun infrastruktur sosial," demikian intruksi Anies dalam Ingub.