TRIBUNJAKARTA.COM - Sosok artis era 80an, Neno Warisman menceritakan pengalamannya berkunjung ke rumah akademisi sekaligus pengamat politik Rocky Gerung.
Rocky Gerung diketahui juga merupakan senior Neno Warisman saat menempuh pendidikan di Universitas Indonesia (UI).
Dalam kunjungan tersebut, Neno Warisman memberikan pujian selangit kepada Rocky Gerung bahkan berharap namanya diubah menjadi Muhammad Rocky Gerung.
TONTON JUGA:
Hal ini terkuak melalui video yang diunggah akun YouTube Rocky Gerung Official dilansir TribunJakarta pada Selasa (3/11).
Mulanya, Neno Warisman mempertanyakan alasan Rocky Gerung begitu perhatian terhadap umat Islam, hingga berkeliling ke beberapa Universitas Muhammadiyah.
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Selasa 3 November 2020, Scorpio Hormati Perasaan Orang Lain
"Saya merasakan ketidak adilan dari kekuasaan terhadap umat Islam, karena seolah-olah ada kontras antara Pancasila dan Islam, dan itu berbahaya. Jadi, saya membela hak Muslim society dan rekan-rekan sewarga negara saya untuk hidup di republik ini," ujar Rocky Gerung.
Rocky mengaku, aksi membela Islam telah dilakukannya sejak aksi 212 yang berniat untuk menuntut keadilan.
FOLLOW JUGA:
"Banyak yang bilang saya pro 212, enggak, saya bukan pro 212. Saya pro hak rakyat untuk tahu apa itu 212, dan saya ingin kalau saya digituin, 212 juga pro saya. Karena kita sama-sama ada di kehidupan republik, jadi pemerintah gak boleh diskriminasi," terang Rocky Gerung.
Lebih lanjut, Rocky Gerung menuturkan ia pernah masuk ke pesantren Abu Bakar Ba'asyir di Ngruki yang dianggap sebagai sarang radikalisme.
"Saya diterima di situ dan kita berdiskusi dengan akal sehat dan saya membaca bahwa kebanyakan sebetulnya dari yang dianggap sebagai teroris atau apa yang menuntut justice aja. Jadi kalau pemerintah sediakan social justice maka politik yang basisnya adalah identitas bisa dialihkan energinya menjadi tuntutan sosial kan," ujar Rocky Gerung.
Penjelasan Rocky Gerung itu lantas membuat Neno Warisman kagum dengan cara berpikirnya.
Bahkan, Neno Warisman kian kagum dan memberikan pujian selangit ketika mengetahui Rocky Gerung menyediakan tempat dan alat salat di rumah untuk tamu yang berkunjung.
Baca juga: Curhat Pilu Ibu Korban Rudapaksa & Anak Dibunuh Alami Trauma, Tak Mau Tinggal di Rumah Lama
"Saya terheran-heran ketika pergi ke rumah Abang, di satu rumah pondok ada mukena. Wow, saya bilang jangan-jangan sebentar lagi dinobatkan namanya menjadi Muhammad Rocky Gerung, saking bahagianya," beber Neno Warisman.
Rocky Gerung menjelaskan, ia memang sengaja menyiapkan perlengkapan ibadah umat muslim di rumahnya.
Selain perlengkapan untuk umat muslim, Rocky juga menyediakan perlengkapan untuk umat agama lainnya.
"Ya di tempat saya, di rumah saya, saya siapin. Bahkan beberapa kitab suci, hindu ada, muslim ada. Bible ada. Saya siapin mukena, saya siapin sajadah."
"Karena saya banyak teman muslim. Dan pasti banyak teman muslim daripada agama lain. Karena muslim adalah mayoritas," aku Rocky Gerung.
Baca juga: Cekcok Berujung Petaka, Suami Habisi Istri Lalu Bunuh Diri Gara-gara Meminta Rawat Bocah 3 Tahun
Bukan tanpa alasan, Rocky melakukan hal tersebut untuk menghargai tamu yang berkunjung ke rumahnya.
"Hak orang untuk menikmati momen spiritual privatnya harus dihargai oleh tuan rumah. Karena itu saya siapkan tempat untuk orang salat, orang bisa pilih mau salat di sini atau bisa pindah ke bawah pohon," terang Rocky Gerung.
FOLLOW JUGA:
Rocky Gerung mengaku, sikapnya itu hanya sekedar mengagumi teman atau sahabatnya yang memiliki kemampuan untuk mendalami batinnya dengan mengikuti ritual agamanya.
"Keluarga saya keluarga egaliter, di keluarga saya ada Muslim cukup banyak, sehingga saya terbiasa soal begitu. Jadi keadaan itu kemudian membawa kita pada kemampuan untuk bukan sekadar apresiasi, tapi masuk ke dalam sistem orang lain," papar Rocky Gerung.
Baca juga: Penampakan Kontrakan Sule untuk Warisan Putri Delina Terdiri dari 2 Lantai, Segini Harga Sewanya
Rocky Gerung Ungkap Alasan Terus Kritik Jokowi Tanpa Celah
Rocky Gerung mengungkapkan alasan mengapa dirinya selalu memberi kritik tajam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu diungkapkan Rocky kala menjadi narasumber dalam podcast di kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, Senin (19/10/2020).
"Soal kritik pada presiden, saya tidak ingin menyisakan ruang, karena kalau ada ruang yang disisakan, seolah-olah memberi applause pada kekuasaan."
"Lalu gerombolan penjilat, kaum fanatik yang tanpa argumen mendukung presiden lalu hura-hura," ungkap Rocky.
Rocky menyebut seorang presiden terpilih dengan dua dukungan, yaitu legalitas dan legitimasi.
"Legalitas adalah aturan negara, aturan hukum, beliau terpilih."
"Tapi bagi saya waktu itu legitimasinya tidak ada atau sangat kurang."
"Jadi saya ingin tambal legitimasi itu dengan memberi kritik," ungkap Rocky.
Rocky menyebut yang terjadi dalam politik saat ini presiden legal namun legitimasinya drop.
Namun Rocky menegaskan, tidak melayangkan kritik kepada Jokowi sebagai pribadi.
"Saya nggak pernah marah pada Pak Jokowi sebagai manusia, yang saya marah adalah jalan pikiran kabinet dalam mengatasi problem sosial."
"Dan saya terangkan itu dengan argumentasi dengan logika," ungkapnya.
Rocky menyebut wajar bila tidak semua orang setuju dengan apa yang disampaikan.
"Kalau orang nggak setuju ya saya anggap bahwa memang harus ada yang nggak setuju."
"Kalau semua orang setuju pada saya, saya jadi otoriter dalam argumentasi," ujar Rocky.
Profil Rocky Gerung
Dilansir dari Tribun Makassar, berikut profil singkat Rocky Gerung.
Nama : Rocky Gerung
Lahir : Manado, 20 Januari 1959
Alumni : Ilmu Filsafat di Universitas Indonesia
Akun Sosial Media
Twitter : @rockygerung
Karya Tulis Rocky Gerung :
- Teori Sosial dan Praktek Politik 1991
- Hak Asasi Manusia: Teori, Hukum, Kasus, 2006
Jurnal Rocky Gerung :
- Pluralisme dan Konsekuensinya: Catatan Kaki untuk Filsafat Politik’ Nurcholish Madjid 2007
- Feminisme versus Kearifan Lokal 2008
- Representasi, Kedaulatan, dan Etika Publik 2010
- Feminist Pedagogy: A Political Position 2016
- Feminist Ethics against Stigma of Theocracy-Patriarchy: a Reflection of 2014 Presidential Election