TRIBUNJAKARTA.COM - Fenomena langit yang tergolong sangat langka, Konjungsi Agung Jupiter-Saturnus akan terjadi pada Senin (21/12).
Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Emanuel Sunggi mengatakan bahwa fenomena konjungsi kali ini disebut agung karena jaraknya yang sangat dekat ketampakannya dari Bumi dan sangat jarang terjadi.
Untuk diketahui, Konjungsi Agung Jupiter-Saturnus disebut langka karena hanya akan terjadi setiap 19 hingga 20 tahun sekali.
"Kalau Konjungsi Jupiter-Saturnus terjadi setiap sekitar 19-20 tahun, tapi yang sedekat sekarang hanya terjadi sekitar 800 tahun lalu, makanya ramai disebut konjungsi agung," jelas Emanuel, Senin (12/12/2020).
Dalam catatan Lapan, konjungsi agung ini terakhir kali terjadi pada 31 Mei 2000, dan akan terjadi kembali pada 5 November 2040, serta 10 April 2060 dan 15 Maret 2080 mendatang.
Cara melihat Konjungsi Agung Jupiter-Saturnus
Emanuel mengatakan, supaya dapat mengamati dengan baik fenomena langka yang satu ini, Anda bisa melihat ke arah barat daya sesaat setelah Matahari terbenam.
Pada saat itu, Planet Jupiter akan tampak lebih terang daripada bintang manapun di langit.
Sementara itu, Planet Saturnus sedikit lebih redup, tetapi memiliki cahaya keemasan yang dapat dikenali. Anda dapat mengenali kedua planet ini dengan ketampakan cahanyanya.
Perhatikanlah benda langit yang tidak berkelap-kelip, karena jika berkelap-kelip maka itu adalah bintang.
Sedangkan, ketampakan planet-planet di langit malam akan mempertahankan kecerahan yang konsisten dan tidak berkelap-kelip.
Nah, waktu yang tepat atau jika Anda ingin mengamati konjungsi Agung ini adalah ketika dua planet ini terlihat satu titik terang yang hanya akan berlangsung semalam, sekitar pukul 20.00 WIB, malam ini.
Tetapi, sudah bisa disaksikan sejak pukul 18.30 WIB Senin (21/12/2020) dan puncaknya akan terjadi pada pukul 01.18 WIB, Selasa (22/12/2020).
Saat konjungsi terjadi, Planet Jupiter dan Saturnus akan berjarak 0,1 derajat atau hanya 1 per 5 dari diameter bulan purnama jika dilihat dari Bumi.
Namun, untuk dapat mengamati konjungsi agung ini, diperlukan teleskop berukuran kecil dan akan lebih baik jika perbesarannya semakin besar agar dapat melihat masing-masing satelit alami dari kedua planet raksasa ini.
Arti Konjungsi
Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Emanuel Sungging menjelaskan secara umum konjungsi tersebut muncul karena adanya dua benda langit yang berdekatan.
“Prinsipnya, dua benda langit tampak berdekatan,” ujar Sungging saat dihubungi Kompas.com Senin (6/7/2020).
Apabila dilihat ke langit maka nantinya konjungsi Bulan-Saturnus ini, di dekat bulan akan terlihat planet yang tampak seperti bintang bersinar di dekatnya.
Melansir dari Edukasi Sains Lapan, konjungsi adalah fenomena di mana dua benda langit yang teramati dari bumi memiliki jarak sudut minimum dan berada pada bujur ekliptika yang sama.
Sementara itu Eart Sky menulis, konjungsi terjadi hanya dari sudut pandang kita di planet bumi.
Meskipun memiliki jarak sudut minimum, akan tetapi objek-objek tersebut tidak akan benar-benar berdekatan.
Kata konjungsi berasal dari bahasa latin yang artinya bergabung bersama.
Setiap saat dua benda saling berpapasan di kubah langit, mereka dikatakan konjungsi.
Konjungsi mungkin terjadi antara dua planet, atau planet dan bintang, atau planet atau bintang dan bulan yang terjadi beberapa kali setiap bulan.