Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, PULOGADUNG - Penyelesaian masalah pembangunan tembok yang menutup akses rumah satu keluarga di Jalan Gading Raya Delapan, Pulogadung, Jakarta Timur masih buntu.
Pihak keluarga Asep yang akses rumahnya terdampak pembuatan tembok tetap meminta tembok dengan tinggi sekitar 2,5 meter dan lebar 2 meter depan rumah mereka dibongkar total.
Sementara keluarga Widya, selaku pihak keluarga pembuat tembok menyatakan hanya bersedia bila tembok dijebol sepanjang 50 sentimeter untuk akses keluarga Asep.
"Sudah disampaikan seperti itu. Pak Camat menyampaikan mediasi ke pihak sebelah, tapi dari mereka keputusannya adalah akan pindah," kata Widya di Jakarta Timur, Sabtu (6/8/2022).
Pihak keluarga Widya menyatakan terpaksa membuat dan mempertahankan keberadaan tembok lantaran kerap mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari keluarga Asep.
Baca juga: Cecok Berujung Bangun Tembok di Pulogadung Dimediasi, Pemilik Lahan Bersedia Bongkar Sebagian
Sejak tahun 2019 pihak keluarga Widya mengajak dilakukan mediasi penyelesaian masalah tapi kasus tidak juga beres, sehingga kini mereka terpaksa membuat tembok depan rumah keluarga Asep.
"Dari aspek legal memang kami pemilik hak (tanah). Kemudian karena aspek manusiawi kami bertetangga lama, kami buka akses 50 sentimeter. Tapi dari pihak berseberangan menginginkan lebih," ujarnya.
Widya menampik bila kasus disebut sebagai sengketa tanah, karena keluarganya hanya memberi batas area sesuai hasil pengukuran Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Alasannya karena tidak ingin keluarganya terus mendapat perlakuan tak menyenangkan, hal ini sudah disampaikan saat mediasi dengan pihak Kecamatan, Polsek, dan Koramil Pulogadung.
"Itu kembali ke keputusan keluarga (Asep) karena kan sebenarnya ada alternatif lain dari Kelurahan. Mereka tidak menggunakan itu. Mereka akan pindah karena kan memiliki rumah yang lain," tuturnya.
TribunJakarta.com telah berupaya mengonfirmasi penanganan kasus kepada Camat Pulogadung Syafrudin Chandra dan Lurah Pisangan Timur M. Iqbal, tapi hingga berita ditulis keduanya tak memberi jawaban.