TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Percaya diri tinggi di hadapan Komisi Kode Etik Polri, mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo punya sisi lain tak biasa, terkait trauma masa lalu?
Setelah Komisi Etik memutuskan dirinya bersalah sehingga berujung rekomendasi pemecatan dari anggota Polri, Ferdy Sambo tetap percaya diri.
Suami Putri Candrawathi itu sempat angkat jempol setelah 17 jam jalani sidang di Gedung TNCC, Mabes Polri, dari Kamis (25/8/2022) hingga Jumat (26/8/2022) dini hari WIB.
Terungkap, rasa percaya diri Ferdy Sambo itu tak lepas dari karakternya yang cerdas, determinan, pemikir komprehensif, dan tegas.
Pada sidang yang berakhir dengan pemecatan Ferdy Sambo itu, Komisi Etik memanggil 15 saksi yang terkait kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Baca juga: Besok Rekonstruksi Pembunuhan Brigadir J, Ferdy Sambo Cs Bakal Pakai Baju Tahanan?
Perilaku Ferdy Sambo menjadi sorotan saat itu. Tangan Ferdy Sambo tampak memegang ujung kursi yang didudukinya. Ia duduk bersandar ke belakang yang menunjukkan dirinya kelelahan.
Terekam juga posisi suami Putri Candrawathi itu memperlihatkan kondisi tertekan, tidak santai, jantung berdebar dan napasnya pendek, begitu analisis ahli Forensik Emosi Handoko Gani tempo hari.
Sementara anggota Kompolnas Yusuf Warsyim yang menghadiri sidang Komisi Etik Ferdy Sambo malah menyebut ada dari 15 saksi yang dihadirkan, menangis karena perasaan kecewa dan menyesal.
Menurut dia, jalannya sidang Ferdy Sambo di hadapan Komisi Etik yang berlangsung selama 17 jam itu diwarnai ketegangan dan air mata. "Ada tegangannya, ada tenangnya, ya dinamislah dan penuh air mata," sebut Yusuf, Minggu (28/8/2022).
Di akhir sidang, jenderal bintang dua itu sempat menyampaikan surat permohonan maaf yang ditulis tangan, dibubuhi tanda tangan di atas materai.
Fantasi Seksual Tak Biasa
Dari tulisan tangan tersebut, grafolog atau ahli membaca tulisan tangan Tessa Sugito membuat analisis menarik dari gaya tulisan hingga tanda tangan Ferdy Sambo.
"Nah kalau berdasarkan tanda tangan dengan menganalisis bentuk, kita juga melihat banyak simbol-simbol ya. Dan ini memang dari tandatangan ini, terlihat bentuknya itu dalam grafologi, mohon maaf, seperti alat kelamin pria seperti itu," kata Tessa Sugito.
Baca juga: Apakah Mungkin Banding Ferdy Sambo Usai Dipecat Diterima? Mantan Kabareskrim Ungkap Analisanya
Menurut Tessa Sugito, simbol tanda tangan seperti alat kelamin pria itu, biasanya, maka pemiliknya atau penulisnya memiliki kecenderungan seksual fantasi yang lain.
"Atau fantasi seksual yang lain dari biasanya atau unkonvensioal, atau bisa dibilang fantasi seksual di luar norma yang umum," Tessa Sugito melanjutkan analisisnya.
Tessa Sugito mengungkapkan tanda tangan itu sebenarnya bisa diartikan aalah branding atau pencitraan yang terlihat sekilas.
"Jadi sebagai grafolog, tetap harus membandingkan dengan tulisan asli dari penulisnya, untuk mengambil analisis yang lebih holistik," kata Tessa Sugito.
Ia menjelaskan di tanda tangan Ferdy Sambo juga tampak memiliki under line atau garis bawah yang memiliki arti bagus.
Biasanya penulis-penulis seperti ini, termasuk Ferdy Sambo, memang memiliki jiwa leadership atau kepemimpinan yang baik.
"Terus juga mandiri dan bisa mengambil keputusan dengan cepat. Jadi kalau kita bandingkan dengan tadi analisis tulisannya ya sesuai, karena dia memiliki pola pikir yang cerdas," ujarnya.
Trauma Masa Lalu?
Selain itu, Tessa Sugito mengulik kehidupan Ferdy Sambo sebenarnya menyimpan trauma masa lalu atau ketakutan masa lalu yang sulit dilupakan.
"Itu terlihat dari margin suratnya itu, ada jarak yang jauh dari sisi kiri. Ini ciri-ciri Beliau memiliki trauma atau ketakutan akan masa lalunya, dan mencoba menutupi atau lari dari kejadian masa lalu itu," kata Tessa Sugito.
Baca juga: Apakah Mungkin Banding Ferdy Sambo Usai Dipecat Diterima? Mantan Kabareskrim Ungkap Analisanya
Tessa Sugito menjelaskan dari hasil penelitian, akurasi grafologi atas karakter dan sifat seseroang mencapai 85 persen ke atas.
"Itu juga kembali ke jam terbang Grafolognya. Tapi berdasarkan penelitian dan data statistik, akurasinya mencapai 85 persen ke atas," katanya.
Apakah hasil analisis grafologi tulisan tangan ini bisa dipakai untuk penyidikan, menurut Tessa Sugito sangat mungkin sebagai opini ahli dalam menilai karakter seseorang.
"Apakah bisa dipakai sebagai bukti atau pendukung, saya tidak tahu bagaimana hukum di Indonesia melihat hal ini. Jadi saya kembali menyerahkannya ke polisi atau penegak hukum," kata dia.
Terkait isi tulisan surat, kata Tessa Sugito, sebenarnya seorang grafolog biasanya menghindari isi atau cerita di dalam surat agar tidak bias dalam penilaian.
"Namun isi konten itu, bisa dipakai sebagai pendukung dari analisis guratan, bentuk dan penebalan tulisan penulisnya, sebelumnya," kata dia.
Mudah Tersinggung
Selain itu, Tessa Sugito menganalisa ada sisi menarik atau positif dari Ferdy Sambo. Atasan Brigadir J itu dinilai sebagai sosok temperamental, mudah marah dan mudah tersinggung.
Meski begitu, Tessa Sugito mengatakan Ferdy Sambo banyak memiliki sisi positif, seperti tipikal pemikir komperehensif, sensitif, dan cerdas sehingga kurang bisa mendengar masukan orang lain.
"Dari tulisan ini kita tahu bisa menganalisis bahwa penulisnya adalah orang yang memiliki determinasi yang tinggi, punya kepercayaan diri yang tinggi, dan juga cerdas."
Baca juga: Beda Sikap Soal Banding Ferdy Sambo: Kapolri Singgung Soal Hak, Kompolnas Tuding Ulur Waktu
"Kecerdasan itu kita bisa melihat dari bentuk huruf M atau N dari penulisnya, bahwa tulisan beliau ini huruf M atau N nya bisa dibilang tajam-tajam," kata Tessa Sugito.
Kata dia, berdasar data empiris menandakan Ferdy Sambo tipe pemikir yang dapat melihat secara general.
"Dalam arti gambaran besar ia juga cepat mengambil keputusan. Dia juga bisa membicarakan mungkin hal-hal yang kontroversial tapi tanpa menyinggung lawan bicaranya," kata Tessa Sugito.
Kecerdasan Ferdy Sambo terlihat dari kariernya melesat tajam karena prestasinya yang baik.
"Pola pikir yang cerdas juga bisa terlihat dalam guratan tulisannya yang tegas, jadi memang tidak heran kalau sebelum kasus ini Beliau memiliki karir yang cemerlang," ujar Tessa Sugito.
Dalam tulisan tangan Ferdy Sambo, terlihat jelas huruf E nya akan cenderung sempit dan tidak terlihat ada look-nya. Biasanya penulis yang seperti ini, punya kecenderungan tidak bisa mendengarkan masukan atau saran dari lain.
"Cuma mungkin kita bisa memaklumi, karena pola pikir beliau yang cerdas itu kan jadi ya mungkin, dia merasa sudah tahu nih caranya seperti ini," kata Tessa Sugito.
Sehingga, kata dia, tak menutup kemungkinan ada kecenderungan sehingga Ferdy Sambo lebih sulit menerima masukan dari orang lain.
Ferdy Sambo juga dinilai sensitif terhadap kritik dan saran. Cenderung sulit menerima saran dari orang lain, terlihat dari huruf d atau huruf t dari tulisannya.
"Biasanya huruf d-nya itu memang besar-besar tangkainya jadi seperti balon ya, jadi look-nya semakin besar, dan ciri ini biasanya penulisnya mudah tersinggung," kata Tessa Sugito.
Ada juga tekanan atau penebalan di tulisan huruf yang ada tangkainya, bisa di huruf T atau bisa di huruf P. Ini kalau dilihat ya, bentuk huruf itu seperti pentungan.
"Dalam grafologi indikasi seperti ini bisa mengarah bahwa penulisnya memang memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan fisik, atau kekejaman juga bisa dihasilkan seperti itu," katanya.
Karakter determinan dan percaya diri bisa terlihat saat Ferdy Sambo membriefing Kuat Maruf, Bripka RR dan Bharada E untuk menghabisi Brigadir J di ruma pribadinya di Jalan Saguling III, Kompleks Pertambangan, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Sensitifitas Ferdy Sambo muncul setelah mendapat informasi dari Putri Candrawathi pulang dari Magelang. Seketika emosinya meledak dan agresif merencanakan pembunuhan Brigadir J.
Artikel ini disarikan dari berita TribunJakarta.com dan Warta Kota dengan judul: Reaksi Ferdy Sambo Lihat Saksi Menangis Dicecar Para Jenderal Komisi Etik, Terancam 7 Tahun Penjara?; dan Grafolog: Tanda Tangan Ferdy Sambo Berbentuk Kelamin Pria, Miliki Fantasi Seksual Diluar Norma Umum