Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana
TRIBUNJAKARTA.COM, CENGKARENG - Anggota polisi lalu lintas atau polantas Polres Metro Jakarta Barat Sektor Cengkareng, Aiptu Torus Marasi Prapat, menjadi korban penyundulan mobil Fortuner berpelat nomor B 12 MGN.
Kejadian itu terjadi di lampu merah wilayah Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, pada Senin (20/3/2023) sekitar pukul 17.00 WIB.
Saat itu, Torus sedang berjaga di lokasi mengatur arus lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan.
Namun, tiba-tiba datang mobil Fortuner yang melaju kencang dan hendak berbelok kanan menuju Tol Rawa Buaya menggunakan jalur ketiga.
Jalur ketiga tersebut hanya digunakan khusus bagi kendaraan yang ingin berjalan lurus terus menuju Grogol.
Torus mengarahkan agar Fortuner untuk tidak berbelok kanan, namun mobil Fortuner terus berusaha maju.
Torus sigap melakukan penghalauan, tapi tak disangka mobil Fortuner itu nekat menyeruduk tubuh sang polantas.
Baca juga: Kasus Giorgio Sopir Fortuner Arogan Rusak Mobil Brio Resmi Ditutup, Polisi: Ganti Rugi Sudah Deal
Kejadian tersebut viral di media sosial hingga menjadi perbincangan di kalangan masyarakat.
Torus mengaku ingin bertemu lagi secara langsung dengan pengemudi mobil Fortuner itu.
Sampai dengat saat ini, Torus belum mengetahui update penanganan kelanjutan kasus tersebut.
"Saya sebenernya pengen ketemu orangnya kenapa dia sampai nekat begitu. Apakah ada masalah, saya pengen tahu," kata Torus kepada TribunJakarta, Kamis (23/3/2023).
Lebih lanjut, keluarga Torus sudah mengetahui peristiwa viralnya kasus penyerudukan tersebut.
Ia bahkan diberi tahu langsung oleh sang anak terkait aksi heroiknya di jalanan tersebut.
"Keluarga sudah tahu, malah saya dikasih tahu mereka duluan peristiwa ini viral. Saya kan ga punya Instagram, malah dikasih tahu anak ini bapak rame viral mau ditabrak. Ada yang dari kampung ngasih tahu juga," ujarnya.
Selain itu, istri dan anak Torus sempat khawatir dengan tindakan yang dilakukan memberhentikan mobil Fortuner tersebut.
"Keluarga khawatir pasti lah nanya-nanya, takutnya video itu ga utuh. Keluarga bertanya 'kenapa bertindak apa tadi dan salah apa?' Saya ga ngomong apa-apa, itu video utuh awalnya disitu dia tiba-tiba ga terima diberhentikan," ungkapnya.
Di sisi lain, pria lulusan Bintara tahun 1993/1994 itu memiliki kekhawatiran terkait tindakan beraninya memberhentikan mobil Fortuner tersebut.
"Saya malah berpikir disitu 'apakah tindakan saya salah' tapi saya tidak samlai pukul mobilnya. Saya takut sekali ini karena kita langsung di lapangan semua bisa melihat," kata dia.
"Saya disitu kan hanya bisa kasih isarat, saya suruh dia lurus ke arah Grogol, tangan disimpan ke belakang takut saya mukul-mukul mobilnya, tapi kan ini tidak. Kalau jatuh ditabrak sama dia tidak apa-apa itu sudah resiko, dan saya sudah siap. Kalau bisa saya tahan terus walau dikencangkan mobilnya sama dia, saya siap dalam posisi kuda-kuda," pungkasnya.