TRIBUNJAKARTA.COM - Pengamat Politik Rocky Gerung membaca langkah Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) setelah ditinggalkan Anies Baswedan.
Seperti diketahui, Anies yang semula bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP)memilih bersama NasDem berkoalisi dengan PKB untuk berpasangan dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Pasangan Anies-Cak Imin pun dikabarkan akan dideklarasikan hari ini, Sabtu (2/9/2023).
Sementara, Demokrat memilih cabut usunagannya atas Anies dan menyatakan diri keluar dari KPP.
Partai berlogo bintang mercy itu kini tengah menjajaki kemungkinan merapat ke koalisi yang ada.
Rocky Gerung melihat Demokrat tengah dalam dilema.
Apakah Demokrat mau terus menjadi oposisi dengan narasi perubahannya, atau berusaha untuk mencari kerja sama politik yang memungkinkan AHY menjadi cawapres.
Sebab, Pilpres kali ini, kata Rocky Gerung, adalah saat paling tepat bagi AHY untuk turun ke gelanggang kontestasi politik eksekutif lima tahunan.
"Setelah keluar dia masuk ke siapa. Itu juga ujian moral tuh."
"Bertahan sebagai oposisi, ya mungkin mereka bisa, tapi kemungkinan AHY masuk dalam kompetisi hilang."
"Padahal bagi Demokrat, AHY harus diuji hari ini, dalam Pemilu tahun ini sebagai kompetitor."
"Kalau itu masih menjadi dalih Demokrat, maka Demokrat pasti akan punya proposal untuk mengedarkan Pak AHY," kata Rocky Gerung di channel Youtube Rocky Gerung Official, Jumat (2/9/2023) malam.
Jika Demokrat memutuskan yang kedua, maka kemungkinan terbesar adalah dengan bergabung ke PDIP.
Terlebih, AHY sempat membuat pertemuan monumental dengan Puan Maharani Ketua DPP PDIP, putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Paling mungkin adalah ke PDIP. Karena sudah ada semacam tanda-tanda awal dengan Puan."
"Ibu Mega sebetulnya, memutuskan, oke Prabowo sudah tidak bisa lagi berkoalisi, maka melirik lah ke Pak SBY kan. Pak SBY juga mempunyai kesempatan untuk menunjukkan tidak ada permusuhan dengan Ibu Mega, dari awal juga Pak SBY menterinya Ibu Mega," ujarnya.
Menurut Rocky Gerung, konflik Ketua Majelis Tinggi Demokrat SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan Megawati belasan tahun silam akan sirna jika Demokrat akan gabung PDIP pada Pilpres 2024 ini.
Titik temu antara Demokrat dan PDIP adalah kepentingan akan melawan Jokowi.
Sebab, Jokowi kerap diasosiasikan cawe-cawe menndukung pencapresan Prabowo Subianto.
"Jadi peristiwa yang lalu pasti akan dilupakan baik oleh Ibu Mega atau Demokrat, bila ternyata kepentingan politik antiJokowi terbentuk."
"Itu bisa terbentuk kalau PDIP merasa bahwa memang untuk melawan Prabowo diperlukan Demokrat, karena kapasitas PDIP sendiri untuk melawan Gerindra itu tidak mungkin tuh," ujar Rocky Gerung.
"Di atas kertas, PDIP melihat potensi bergabung dengan Demokrat, masuk akal secara kuantitatif," imbuhnya.
Ganjar Pranowo, bakal capres dari PDIP pun akan terlengkapi jika didampingi AHY.
Rocky Gerung mengatakan, AHY bisa menambal sisi isu-isu konseptual dari Ganjar.
"AHY lebih mampu dalam hal konseptual, sementara Ganjar lebih mampu menggerakkan akar rumput," pungkasnya.
Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News