TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Lebih dari 400 individu burung laut bermigrasi teramati sedang mencari makan dan istirahat di Teluk Jakarta pada Sabtu (14/10/2023).
Dari ratusan individu itu, tiga jenis di dalamnya adalah jenis burung laut yang terancam punah dan dilindungi oleh Peraturan Menteri Republik Indonesia.
Cikalang christmas (Rentan atau Vulnerable), dara-laut aleutian (Rentan atau Vulnerable), dan petrel-badai swinhoe (Hampir Terancam atau Near Threatened) adalah jenis burung laut yang terpantau selama kegiatan Hari Burung Bermigrasi Sedunia (World Migratory Bird Day) 2023.
Lebih dari 30 pengamat burung yang terdiri dari mahasiswa, pengamat burung, dan masyarakat lokal turut andil dalam kegiatan ini.
Khaleb Yordan dari Burung Laut Indonesia mengungkapkan bahwa Teluk Jakarta menjadi jalur bermigrasi untuk 18 jenis burung laut, termasuk tiga jenis burung laut yang terancam punah.
“Kegiatan pemantauan burung laut yang telah kami lakukan sejak 2009 menyimpulkan bahwa Teluk Jakarta menjadi lokasi transit sebelum mereka ke perairan Indonesia lainnya, sambil mencari makan dan sesekali istirahat di alat tangkap nelayan, seperti sero atau bagan,” jelas Khaleb dalam keterangan tertulis, Rabu (18/10/2023).
Khaleb menambahkan bahwa jenis cikalang christmas (Fregata andrewsi) bisa teramati sepanjang tahun karena mereka berbiak dua tahun sekali dan akan kembali ke Pulau Christmas untuk berbiak. Sepanjang tahun, Teluk Jakarta menjadi tempat cikalang christmas dewasa untuk membesarkan individu muda sambil belajar untuk mencari makan sendiri.
Sedangkan, jenis dara-laut Aleutian (Onychoprion aleuticus) dan petrel-badai swinhoe (Hydrobates monorhis) teramati di Teluk Jakarta pada musim migrasi, dari Agustus hingga April. Dara-laut Aleutian sering bertengger bersama dengan jenis yang serupa, yaitu dara-laut biasa (Sterna hirundo), sedangkan petrel-badai swinhoe sering teramati terbang berkelompok yang dekat dengan pesisir.
Menurut Ragil Satriyo Gumilang, Koordinator Pelaksana Asian Waterbird Census Indonesia, Wetlands International Indonesia mengatakan bahwa status habitat sekitar tempat bertengger burung-burung ini, yaitu di atas bambu-bambu sero di wilayah Teluk Jakarta, belum cukup ‘aman’.
Di lokasi bertengger dan wilayah sekitarnya tersebut, belum memiliki status hukum mengikat dalam melindungi atau mempertahankan keberadaannya.
“Kebijakan perlindungan habitat (bertengger dan mencari makan) dari jenis burung laut yang terancam punah harus ditingkatkan. Data dan landasannya sudah cukup jelas dan tersedia. Baik data status populasi, wilayah sebaran, maupun kewenangan pengelolaan wilayah pesisir Teluk Jakarta,” jelas Ragil.
Ragil menambahkan peningkatan kebijakan upaya perlindungan jenis burung laut terancam punah dan dilindungi harus dipastikan dan dimasukkan pada muatan rencana alokasi ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) melalui ‘Alur Laut’, yang mengatur tentang ruang biota laut yang dilindungi dan ‘Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil’, yang mengatur konservasi ekosistem, konservasi spesies dan/atau konservasi sumber daya genetik, daya tarik sumber daya hayati dan non hayati.
Tiga jenis dara laut terancam punah dan dilindungi yang ditemukan di Teluk Jakarta:
Cikalang Christmas
Berukuran 89-100 cm. Perut putih di semua bentuk usia. Jantan: keseluruhan hitam terlepas dari bercak perut lonjong ke kotak putih dan kantung leher merah (tidak selalu terlihat). Betina: pola putih meluas hingga perut dan tengkuk, pola putih di ketiak sempit dan miring ke depan. Remaja: pola putih di ketiak seperti betina, panel di sayap atas keputihan (bukan kekuningan).
Dara-laut Aleutian
Berukuran 33-38 cm. Corak dan warna putih pada dahi, bagian bawah tubuh abu-abu gelap, sayap bawah dengan pinggiran belakang hitam lebar di sekunder dan primer terluar dengan primer terdalam berwarna putih. Jenis serupa: dara-laut biasa.
Petrel-badai Swinhoe
Berukuran 18-21. Keseluruhan gelap sayap bersabit pucat. Bercak putih lebar di pangkal bulu primer kesatu hingga ke lima atau kenak, ekor menggarpu agak dangkal. Terbang gesit tidak menentu, sering diikuti dengan gaya menukik dan membusur diselingi kepakan.
Baca artikel menarik TribunJakarta.com lainnya di Google News