Revitalisasi Mangkrak 10 Tahun, Pedagang Pasar Munjul Mengeluh Kondisi Kios Tak Layak

Penulis: Bima Putra
Editor: Jaisy Rahman Tohir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pintu masuk Pasar Munjul di Kelurahan Munjul yang proyek revitalisasinya mangkrak 10 tahun, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (10/5/2024).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Mangkraknya proyek pembangunan gedung Pasar Munjul di Kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur berdampak buruk bagi pedagang.

Akibat mangkraknya proyek pembangunan yang dilakukan sejak tahun 2014 silam, para pedagang di Pasar Munjul merugi karena kios tempat mereka berjualan di dalam pasar tidak layak.

Pedagang Pasar Munjul, Nana mengatakan merugi karena kondisi kios sementara yang mereka tempati sekarang berisiko membuat barang dagangannya rusak terdampak cuaca.

"Kita kalau hujan enggak bisa jualan, karena tampias air masuk. Kalau panas risikonya ke barang (rusak)," kata Nana di Pasar Munjul, Jakarta Timur, Jumat (10/5/2024).

Nana yang merupakan pedagang perabotannya rumah tangga mencontohkan dagangan berbahan plastik miliknya kerap rusak terpapar terik sinar matahari.

Menurutnya terik sinar matahari mengakibatkan warna dagangan kusam dan pudar, sehingga banyak perabot berbahan plastik yang justru berakhir tidak layak jual.

Kondisi sudah berlangsung delapan tahun saat pedagang Pasar Munjul terpaksa berdagang pada kios semi permanen yang mereka dirikan di area parkir menggunakan uang pribadi.

Pintu masuk Pasar Munjul di Kelurahan Munjul yang proyek revitalisasinya mangkrak 10 tahun, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (10/5/2024). (Bima Putra/TribunJakarta.com)
Kondisi gedung Pasar Munjul yang yang pembangunannya terhenti, Cipayung, Jakarta Timur, Jumat (10/5/2024). (5)

"Makannya kadang-kadang banyak reject-nya barang kita. Belum lagi debu karena dekat parkir. Tempatnya memang kurang memadai. Beda kalau bisa dagang di dalam gedung," ujar Nana.

Saat proyek revitalisasi Pasar Munjul dimulai 10 tahun silam Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah (PPKUKM) sudah menganggarkan Rp10,2 miliar.

Tapi pembangunan gedung yang sedianya dibangun dua lantai terhenti begitu saja saat proyek masih dalam tahap pengerjaan di lantai satu, sehingga gedung belum dapat digunakan.

Satu-satunya cara mereka dapat berdagang hanya mendirikan kios semi permanen yang dibangun menggunakan uang pribadi, pun kondisinya tidak layak dan membuat mereka rugi.

"Kalau hujan risikonya banjir, angin, baju dagangan basah semua. Kalau hujan enggak bisa dagang tutup total. Kondisi seperti ini sudah lama," tutur pedagang pakaian di Pasar Munjul, Safinah.

Kondisi kios yang tidak nyaman juga mengakibatkan menurunnya jumlah pembeli di Pasar Munjul, bahkan omzet para pedagang anjlok 50 persen dalam beberapa tahun terakhir.

Ironinya di tengah mangkraknya proyek revitalisasi, Dinas PPKUKM DKI Jakarta selaku pengelola berencana menaikkan uang retribusi bulanan untuk pedagang Pasar Munjul.

"Kemarin per hari Rp4 jadi sebulan Rp120, kalau sekarang katanya naik Rp15 ribu per hari. Kita keberatan, karena kondisi sekarang sepi banget. Pembeli sedikit, enggak kayak dulu," lanjut Safinah.

Awak media sudah berupaya mengonfirmasi kelanjutan proyek revitalisasi Pasar Munjul kepada Wali Kota Jakarta Timur M. Anwar, tapi hingga berita ditulis Anwar urung merespon.

Berdasar pantauan di lokasi gedung Pasar Munjul aset Pemprov DKI Jakarta tersebut kini tampak terbengkalai dan rusak karena selama 10 tahun tidak tersentuh perawatan.

Sejumlah kaca depan pintu gedung Pasar Munjul pecah, bagian dalam kotor layaknya bangunan kosong, hingga material bagian tembok dan atapnya rusak berserakan karena tak terurus.

Bahkan pada bagian dalam gedung terdapat sejumlah kandang ayam, serta tempat serupa geber berbentuk melingkar yang biasa digunakan sebagai arena sabung ayam.

Dapatkan Informasi lain dari TribunJakarta.com via saluran Whatsapp di sini

Baca artikel menarik lainnya TribunJakarta.com di Google News

Berita Terkini