Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci
TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Viral di media sosial skenario pasangan Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) yang ingin memaksa pemungutan suara ulang (PSU) di 25 tempat pemungutan suara (TPS) untuk membatalkan kemenangan satu putaran Pramono Anung-Rano Karno.
Skenario ini pun dibantah oleh Sekretaris Tim Pemenangan RIDO Basri Baco yang menyebut pihaknya tak pernah menganggap pasangan nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno menang.
“Sampai sekarang kami tidak menganggap 03 menang, jadi untuk apa kami melakukan upaya-upaya untuk menggagalkan mereka menang,” ucapnya di DPD Golkar DKI Jakarta, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2024).
Politikus Golkar ini menyebut, pihaknya hanya berpatokan pada penghitungan dan rekapitasi suara yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Sehingga hasil hitung cepat atau quick count yang dilakukan sejumlah lembaga survei tak bisa menjadi patokan untuk menentukan menang/kalah setiap paslon.
“Kami menganggap mereka menang saya belum, karena kami patokan ya adalah KPU, sesuai rekapitulasi berjenjang,” ujarnya.
Basri Baco berdalih, pihaknya yang ingin mendorong Pilkada Jakarta berjalan dua putaran semata untuk membela hak-hak rakyat Jakarta yang dihilangkan oleh pihak KPU.
Pasalnya, banyak masyarakat yang terjadi tak mendapat undangan mencoblos atau formulir C6 yang seharusnya diberikan kepada KPU sesuai dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Hal ini terbukti dari rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Pilkada Jakarta 2024 ini, yaitu hanya berkisar di angka 50 persen.
“Yang kami perjuangan adalah bagaimana caranya rakyat Jakarta sadar, hari ini pilkada itu partisipasinya rendah sekali, sehingga yang mencoblos juga rendah,” tuturnya.
Bila Pilkada Jakarta 2024 hanya berlangsung dua putaran, Basri Baco menyebut, gubernur dan wakil gubernur terpilih tak punya legitimasi yang kuat.
Pasalnya, pasangan terpilih hanya dipilih oleh seperempat warga Jakarta.
“Kalau gubernur yang dipilih seperempat rakyat Jakarta, tigaperempat enggak milih, kalau istilahnya kotak kosong, kalahnya double
Kalau kotak kosong itu kan milih atau tidak milih, enggak mungkin yang milih hanya seperempat dan tigaperempat tidak milih, maka legitimasi irang tersebut jadi gubernur sangat rendah,” tuturnya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya