Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, CAKUNG - Warga Jakarta Garden City (JGC), Cakung, Jakarta Timur, memutuskan untuk membeli alat pemantau kualitas udara secara mandiri untuk memantau kondisi udara di sekitar perumahan mereka, seiring berlangsungnya uji coba operasional fasilitas pengolahan sampah RDF Plant Rorotan.
Langkah ini diambil setelah warga mengaku tak pernah mendapatkan data soal pencemaran udara dari Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang dipasang Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta di perumahan mereka.
Ketua RT 18 RW 14 Kelurahan Cakung Timur, Wahyu Andre mengatakan, SPKU milik Pemprov DKI Jakarta itu sudah terpasang di dalam perumahan warga sejak tanggal 14 Februari 2025.
Alat itu ditempatkan di dekat tembok perumahan JGC yang berjarak sangat dekat dengan RDF Plant, tepatnya di cluster Shinano.
"Ini terpasang sejak tanggal 14 Februari 2025 yang lalu, ketika mereka uji coba sejak tanggal 8 dan kami melakukan complain terkait bau. Ini salah satu permintaan kami melalui surat kami kepada pak gubernur dulu, kami minta dipasang alat untuk mengukur kualitas udara," kata Wahyu Andre kepada TribunJakarta.com, dikutip Rabu (19/3/2025).
Menurut Wahyu, sejak dipasang mulai tanggal 14 Februari, sampai hari ini warga belum pernah mendapatkan data yang jelas soal kualitas udara yang terdeteksi melalui SPKU.
Padahal, warga sudah berulangkali meminta data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta soal hasil pemantauan SPKU.
"Kami sudah berulangkali meminta hasilnya baik secara lisan maupun ketemu langsung dengan pihak RDF, dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup, dijanjikan terus, tapi sampai kurang lebih sebulan alat ini ada di tempat kami, kami tidak pernah bisa lihat," katanya.
Alhasil, warga pun membeli alat pengukur kualitas udara secara mandiri.
Alat pengukur kualitas udara tersebut terkoneksi langsung dengan IQAir, situs pemantau kualitas udara global yang kerap kali dijadikan patokan masyarakat dunia.
Alat itu dipasang di salah satu rumah warga di cluster Shinano, untuk memonitor bagaimana sebenarnya kondisi polutan yang mencemari udara di sekitar RDF Plant.
"Kami memasang alat ini secara swadaya, karena memang sama sekali tak pernah mendapatkan data yang jelas dari pemerintah. Hasil dari pemantauan alat yang kami pasang ini memang menunjukkan kondisi udara di sekitar RDF buruk ketika operasionalnya berlangsung," ucap Wahyu Andre.
Dampak Kesehatan
Terkini, Wahyu mengungkapkan uji coba RDF Plant berdampak buruk bagi warganya tak cuma soal bau tak sedap yang muncul, tapi juga pencemaran udara yang mengganggu kesehatan.
Hingga kini, sedikitnya sudah ada tiga anak-anak yang menderita infeksi saluran pernafasan (ISPA) diduga akibat menghirup polusi udara dari RDF Plant.
"Sudah ada tiga anak-anak warga kami yang terkena ISPA. Ada anak-anak umur 2 tahun, ada anak umur 8 tahun, ada juga anak-anak umur 12 tahun," katanya.
Wahyu mengatakan, gejala penyakit saluran pernafasan yang diderita anak-anak warganya mulai dilaporkan secara berkala dalam sebulan belakangan.
Bahkan, sejak awal Februari hingga pertengahan Maret 2025 ini, ada salah satu anak yang masih mengalami batuk, pilek, dan hidung yang bermasalah akibat polusi itu.
"Uji coba ini setahu saya tanggal 8 Februari sudah dimulai dan terakhir mereka masih beraktivitas sampai hari ini pun mereka masih melakukan kegiatan di RDF itu," ungkap Wahyu.
"Mulai penyakit ini timbul sejak Februari sampai dengan Maret ini dan bahkan ada warga kami yang belum sembuh sampai sekarang. Masih batuk-batuk, masih terganggu pernafasannya, hidungnya bengkak. Itu masih terjadi sampai dengan hari ini," sambung dia.
Mewakili warga JGC dan warga permukiman lainnya di sekitar RDF Plant, Wahyu dengan tegas meminta fasilitas pengolahan sampah itu segera ditutup.
Pasalnya, warga tidak mendapatkan solusi yang terbaik dari pemerintah.
Komitmen soal menghilangkan polusi dan bau dari aktivitas pengolahan sampah pun tak pernah dilakukan selama uji coba operasional berjalan.
"Kami minta kepada pihak yang berwenang, terutama Pemda Daerah Khusus Jakarta, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Pak Gubernur, Pak Wakil Gubernur. Kami minta, tolong, tutup RDF ini," tegasnya.
Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya