Beras Premium Masih Langka, Pemprov Jakarta Sarankan Masyarakat Beralih ke Beras Medium

Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta Hasudungan Sidabalok menyarankan masyarakat untuk beralih dari beras premium ke beras medium.

Bima Putra/TribunJakarta.com
BERAS PREMIUM LANGKA - Kios beras di Pasar Ciracas, Kelurahan/Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (13/3/2024). Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta Hasudungan Sidabalok menyarankan masyarakat untuk beralih dari beras premium ke beras medium. 

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Hasudungan Sidabalok menyarankan masyarakat untuk beralih dari beras premium ke beras medium.

Pasalnya, beras premium saat ini masih cukup langka, sehingga sulit ditemukan di pasaran.

Di sisi lain, Jakarta masih memiliki cukup stok beras medium.

“Soal kelangkaan beras premium ini sudah cukup lama kami upayakan, karena memang yang pertama untuk beras medium sebenarnya masih relatif mudah kita temukan di pasaran, khususnya di pasar tradisional,” ucapnya, Sabtu (4/10/2025).

Masyarakat pun diminta tak khawatir terkait ketersediaan stok beras di pasaran. Hasudungan bilang, saat ini stok beras masih cukup aman untuk beberapa bulan ke depan.

“Untuk beras, kebutuhan selama dua bulan itu kurang lebih 156.745 ton. Sementara ketersediaan kita kurang lebih 303.297 ton. Jadi cukup untuk dua bulan,” tuturnya.

Sedangkan soal kelangkaan beras premium di pasaran, Pemprov DKI Jakarta disebut Hasudungan tak bisa berbuat banyak.

Pasalnya, tempat penggilingan padi milik BUMD PT Food Station Tjipinang Jaya belum dapat beroperasi imbas kasus beras oplosan yang sempat membuat geger beberapa waktu lalu.

“Pada saat kejadian kasus pengoplosan beras tersebut, penggilingan di Food Station itu disegel oleh Bareskrim Polri. Jadi, pada saat itu memang tidak diizinkan atau tidak diperkenankan untuk menggiling beras atau mengoperasikannya atau mengemas seperti itu,” tuturnya.

“Jadi itu sangat terkait sekali dengan ketersediaan atau produksi dari beras premium yang ada di Jakarta,” tambahnya menjelaskan.

Kondisi ini semakin diperparah dengan harga gabah kering di tingkat petani yang kini meroket tinggi. 

Hal ini kemudian memicu produsen beras premium menahan diri untuk tidak membeli gabah kering dari petani.

“Karena kalau harga pembeliaan tinggi, harga produksi juga tinggi, harga juga nanti otomatis tinggi. Jadi, mereka tidak berani memberikan harga di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah,” tuturnya.

Berita Lain

Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved