Beda Akronim Purbaya Diungkap Rocky Gerung dan Hendri Satrio: Pelan-pelan Pur

Pengamat politik Rocky Gerung dan pakar komunikasi politik Hendri Satrio mengungkap akronim Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.

Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden/KOMPAS.com/FIKA NURUL ULYA
AKRONIM PURBAYA - Pengamat politik Rocky Gerung dan pakar komunikasi politik Hendri Satrio mengungkap akronim Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. 

Ringkasan Berita:
 

 

TRIBUNJAKARTA.COM - Sepak terjang Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kerap menjadi sorotan publik.

Mulai dari pernyataannya mengenai dana mengendap pemerintah di perbankan hingga denda impor baju bekas ilegal.

Bahkan pengamat politik Rocky Gerung menyebut akronim Purbaya.

Di sisi lain, pakar komunikasi politik Hendri Satrio juga mengungkap akronim Purbaya yang beredar di media sosial.

"Di media sosial bahkan Purbaya diterjemahkan sebagai Perubahan Besar Indonesia Raya," kata Hendri Satrio dikutip dari Youtube Metro TV, Sabtu (1/11/2025). 

"Walaupun netizen juga menambahkan Pelan-pelan Pur, Indonesia belum siap perubahan katanya," sambung Hendri Satrio.

Hendri menyebutkan aksi Purbaya ditunggu oleh masyarakat.

Meskipun, kata Hendri Satrio, seluruh menteri merupakan kepanjangan tangan dari presiden. Namun, gaya Purbaya seperti memberikan pencerahan bagi rakyat.

"Seperti ada oposisi di dalam pemerintahan gitu. Karena siapa lagi yang menyuarakan ee keinginan rakyat untuk kaya bareng-bareng ya dan akhirnya Purbaya menyampaikan itu," imbuh Hendri

Hendri lalu membayangkan bila Purbaya berada di tubuh aparah hukum. Ia mencontohkan Presiden Prabowo Subianto menemukan petinggi Polri, TNI dan Kejaksaan yang memiliki gaya mirip Purbaya.

"Mungkin bisa langsung memperbaiki ee lembaga-lembaga itu," kata Hendri. 

Hendri melihat gaya Purbaya yang meneruskan keinginan rakyat. Tetapi, Hendri mengingatkan bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidak bagus.

Ia pun meminta Purbaya harus mempelajari atmosfer politik. Contohnya, kata Hendri, saat Purbaya ditinggal para menteri koordinator untuk bicara.

"Itu adalah sebuah tamparan politik yang cukup keras. Dan akhirnya besoknya kelihatan lagi kan di dalam sebuah kabinet seperti tidak ada yang ngajak ngomong Purbaya," kata Hendri.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved