Zohran Mamdani Jadi Wali Kota Muslim Pertama New York, JDF Asia Pacific: Kemenangan Demokrasi

Zohran Mamdani catat sejarah sebagai Wali Kota muslim pertama New York. Presiden JDF Asia Pacific Jazuli Juwaini nilai kemenangan demokrasi.

HO/Istimewa/Facebook/Zohran Mamdani
ZOHRAN MAMDANI - Zohran Mamdani memenangkan pemilihan Wali Kota New York dan menjadi Muslim pertama yang memimpin kota terbesar di Amerika Serikat. Presiden Justice and Democracy Forum (JDF) Asia Pacific, Dr. Jazuli Juwaini, menyampaikan apresiasi dan pandangan positif atas kemenangan Zohran Mamdani. 

TRIBUNJAKARTA.COM -  Zohran Kwame Mamdani (34) mencatat sejarah sebagai Wali Kota muslim pertama New York.

Mamdani mengalahkan dua nama besar dalam politik Amerika yakni mantan Gubernur Andrew Cuomo dan aktivis konservatif Curtis Sliwa. 

Menanggapi hal tersebut, Presiden Justice and Democracy Forum (JDF) Asia Pacific, Dr. Jazuli Juwaini, mengapresiasi kemenangan Zohran Mamdani, seorang muslim pertama dan imigran yang terpilih menjadi Walikota New York, Amerika Serikat.

Menurut Dr. Jazuli, kemenangan Zohran Mamdani bukan hanya kemenangan pribadi atau kelompok, tetapi kemenangan bagi demokrasi itu sendiri.

“Seorang muslim dan juga imigran yang memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi keragaman masyarakatnya, khususnya rakyat New York, maka kemenangannya adalah kemenangan demokrasi,” ujar Dr. Jazuli dikutip, Rabu (5/11/2025).

Jazuli menegaskan bahwa kemenangan tersebut mencerminkan arah positif dunia yang semakin menghargai nilai-nilai kesetaraan, keadilan, dan kemanusiaan universal.

“Hal ini menandakan bahwa dunia bergerak menuju penghormatan atas kesetaraan, keadilan, hak asasi, dan kemanusiaan. Itulah prinsip dasar demokrasi yang seharusnya diperjuangkan oleh setiap orang dan setiap negara di dunia,” kata Anggota DPR ini.

Sebagai Presiden JDF Asia Pacific, Dr. Jazuli melihat kemenangan Zohran Mamdani yang progresif sebagai simbol harapan bagi demokrasi global yang inklusif dan berkeadaban. 
Ia berharap capaian ini menjadi inspirasi bagi para pemimpin di berbagai belahan dunia untuk memperjuangkan demokrasi dengan visi dan tujuan yang jelas, berbasis pada nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan keragaman universal.

“Kemenangan Zohran Mamdani harus kita apresiasi, dan semoga menjadi inspirasi bagi pemimpin di belahan dunia manapun untuk berjuang dengan visi dan tujuan yang jelas atas demokrasi dan hak asasi manusia,” kata Dr. Jazuli.

Catat Sejarah

Zohran Kwame Mamdani yang diusung Partai Demokrat tersebut meraih kemenangan telak dalam pemilihan yang digelar Selasa, 4 November 2025 waktu setempat.

Kemenangan Mamdani bukan sekadar pergantian kepemimpinan.

Dikutip dari Tribunnews.com, ia berhasil menyingkirkan Cuomo dua kali dalam lima bulan—pertama di pemilihan pendahuluan Demokrat, lalu di pemilihan umum saat Cuomo maju sebagai kandidat independen. 

Kemenangan ini juga menjadikannya wali kota Muslim pertama di New York City.

Mamdani juga merupakan wali kota Asia Selatan pertama dan wali kota termuda dalam lebih dari satu abad.

Ketika Mamdani meluncurkan kampanyenya untuk wali kota musim gugur yang lalu, ia adalah seorang anggota parlemen negara bagian yang relatif tidak dikenal. 

Namun, pesannya yang berpusat pada keterjangkauan, beserta perjalanannya yang penuh semangat di seluruh Kota New York, dengan cepat mendapatkan perhatian dan beresonansi dengan ribuan warga New York. 

Platformnya menyerukan pembekuan sewa unit dengan sewa stabil, pembangunan perumahan yang lebih terjangkau, kenaikan upah minimum menjadi $30 per jam, penggratisan bus, peningkatan pajak bagi warga terkaya di kota, dan masih banyak lagi.

Didorong oleh donasi kecil, puluhan ribu relawan, kehadiran media sosial yang cerdas, dan pesan perubahan, kampanye akar rumput Mamdani membangun momentum sepanjang musim semi. 

Energi tersebut memuncak dalam kemenangan telak dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat bulan Juni, di mana ia mengalahkan Cuomo dengan selisih hampir 13 poin, mengejutkan kalangan politik kota dengan menggalang koalisi yang beragam yang mencakup banyak pemilih muda dan pemilih pemula.

Selama debat wali kota bulan Oktober, Mamdani, Cuomo, dan Sliwa saling serang dan beradu pendapat mengenai berbagai isu lokal, nasional, dan global, termasuk kejahatan, kepolisian, Israel, keterjangkauan, perumahan dan transportasi, serta siapa yang paling tepat untuk mengelola hubungan dengan pemerintahan Trump.

Kampanye Mamdani telah menarik dukungan dari kaum progresif di tingkat nasional, termasuk dukungan dari Senator Bernie Sanders dan Anggota DPR New York, Alexandria Ocasio-Cortez, yang keduanya pernah tampil bersamanya dalam berbagai rapat umum di seluruh kota.

Namun, tidak semua politisi Demokrat New York mendukungnya. Kedua senator New York, Chuck Schumer dan Kirsten Gillibrand, khususnya tidak memberikan dukungan dalam pemilihan ini.

Sepanjang kampanye, Mamdani menghadapi serangan dan sorotan dari para kritikus tentang usia, pengalaman, dan agenda progresifnya.

Ia dikecam oleh beberapa pihak, termasuk Cuomo, atas kritiknya terhadap Pemerintah Israel, tindakan militer Israel di Gaza, dan dukungannya terhadap hak-hak Palestina – semuanya telah memperumit hubungannya dengan beberapa kelompok Yahudi.

Ia telah menghadapi serangkaian serangan Islamofobia di media sosial dan kalangan politik konservatif, termasuk dari anggota DPR dari Partai Republik New York dan sekutu Trump, Elise Stefanik, yang telah mengecam Mamdani sebagai "calon wali kota jihadis".

Berita Terkait

Baca berita TribunJakarta.com lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved