Setiap Tahunnya Tanah Jakarta Turun 3 - 18 Sentimeter

Direktur Pengairan dan Irigasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Abdul Malik Sadat Idris, menyebut hal itu sebagai masalah serius.

Editor: Nurmulia Rekso Purnomo
Tribunnews / Herudin
Suasana pembangunan gedung bertingkat di kawasan Jenderal Sudirman Jakarta Selatan, Rabu (20/4/2016). Kalangan kontraktor memproyeksikan pertumbuhan pembangunan gedung pada 2016 relatif rendah seiring keputusan sejumlah pengembang yang masih akan menahan laju pembangunan proyek properti baru. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu Panca Rini

TRIBUNJAKARTA, KARET -- Penurunan muka tanah di pertahunnya sudah mencapai 3 - 18 sentimeter. Direktur Pengairan dan Irigasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Abdul Malik Sadat Idris, menyebut hal itu sebagai masalah serius.

"Datanya lengkap, ada yang turun  tiga sentimeter, ada delapan belas sentimeter. Tapi kami (ahli) sedang meneliti lebih detail lagi untuk meramalkan agar lebih tetap," ujar Abdul di kawasan Karet, Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (1/2/2018).

Penurunan tersebut menurutnya disebabkan oleh pengambilan air tanah secara berlebihan. Selain itu banyaknya bangunan yang berdiri di tanah ibu kota juga menyebabkan penurunan muka tanah.

Penurunan paling parah, terjadi di wilayah pesiri, yakni wilayah Jakarta Utara. Menurutnya, akses pesisir yang terbuka dengan laut, membuat penurunan muka tanah semakin parah.

Tanpa penanganan yang memadai, diperkirakan pada tahun 2030 hampir 90 persen atau 12.500 hektar daratan pantai Utara Jakarta akan tenggelam.

Untuk itu, diharapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta senantiasa memperbarui rencana pembangunan pantai utara terpadu dalam National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) dengan mengusulkan pembangunan Giant Sea Wall Project (GSWP)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved