Aplikasi "Tuyul" Membuat Takut Supir Ojek dan Taksi Daring

Apliksi yang memberikan pemesanan fiktif itu ternyata meresahkan para supir ojek dan taksi daring.

Editor: Adiatmaputra Fajar Pratama
Tribun Jakarta/Iksan Abrianto
Pengemudi ojek online bersiap melakukan aksi demo di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (29/1/2018) (Tribun Jakarta/Iksan Abrianto). 

TRIBUNJAKARTA.COM, TANGERANG SELATAN -  Akhir-akhir ini marak supir ojek dalam jaringan (daring) menggunakan aplikasi "tuyul".

Apliksi yang memberikan pemesanan fiktif itu ternyata meresahkan para supir ojek dan taksi daring.

Syafrial (53) salah satunya, pengemudi Go-Jek di sekitaran Pamulang, Tangerang Selatan itu mengakui kalau keberadaan aplikasi tuyul tersebut membuat dia dan teman-temannya sesama pengemudi ojek online resah.

Baca: Olahan Buah Mengkudu ini Bisa Sembuhkan Panu Sampai Luka Bakar

"Menurut saya itu merugikan dan juga meresahkan buat orang lain. Sangat merugikan," ujar Syafrial saat ditemui Kompas.com di depan SMP Waskita, Pamulang, Tangsel, Jumat (2/2/2018).

Syafrial mengakui, banyak pula rekannya yang menggunakan aplikasi tersebut untuk meraup untung. Namun, dia mengatakan tak berminat menggunakan aplikasi tuyul itu dan memilih bekerja secara jujur.

"Banyak teman-teman yang pakai, tapi saya sih enggak. Saya jujur, nih handphone saya polos. Enggak ada aplikasi gitu-gitu, saya takut di-suspend atau diputus mitranya," imbuh dia.

Senada dengan Syafrial, Ayu (31) yang juga merupakan pengemudi Go-Jek merasa para driver ojek online yang menggunakan aplikasi tuyul tidak adil.

Baca: AirAsia Tidak Akan Bawa Pramugari Khusus Penerbangan ke Aceh

Ayu menerangkan, sangat disayangkan jika ada pengemudi ojek online yang dengan susah payah berkeliling, tetapi penghasilannya jauh di bawah mereka yang menggunakan aplikasi "tuyul".

"Ya itu kasihan yang jujur, yang murni karena kan istilahnya sudah capek keliling, lama, dan sudah kerja keras. Intinya sangat merugikan lah," jelas Ayu.

Sementara itu, salah seorang pengemudi Grab Bike bernama Heru (30) menyampaikan kalau fenomena penggunaan aplikasi "tuyul" oleh beberapa pengemudi ojek online buah dari semakin sengitnya persaingan antar-driver.

Baca: Demi Suami, Salma Rela Tidur Tanpa Alas Berhari-hari di Ruang Tunggu RS Tarakan

"Kalau ditelaah lagi fenomena "tuyul" sangat merebak karena persaingan yang ketat saling merebut order karena pihak perusahaan ojol selalu buka terus lowongan buat jadi driver ojol, hampir tiap bulan. Jadi driver makin banyak makin sengitlah rebutan order, akhirnya merebaklah jalan pintas fenomena "tuyul"," jelas dia.

Kendati demikian, Heru menyatakan kalau bagi dirinya keberadaan aplikasi "tuyul" itu tidak adil bagi para driver yang bekerja secara murni dan jujur. (Kompas.com/Ridwan Aji Pitoko).

Berita ini telah ditayangkan di Kompas.com dengan judul: Curhat Pengemudi Ojek Online soal Kecurangan Pakai "Tuyul"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved