Kecelakaan Maut Subang
Ini Kesaksian Wahyu Terkait Ayahnya yang Dijadikan Nama Tanjakan Emen
“Lagi pula waktu itu bapak saya tidak meninggal di sana, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak,” ujar Wahyu
TRIBUNNEWS.COM, SUBANG - Kecelakaan maut di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, Sabtu (10/2/2018) menjadi sorotan.
Baca: Sering Bertengkar, Tetangga Sudah Menduga Pendi Ternyata Pembunuh Istri dan 2 Anak Tirinya
Kecelakaan lalu lintas yang menewaskan 27 orang dan 18 orang lainnya luka-luka tersebut dianggap jadi kecelakaan terparah di tahun 2018 ini.
Kasubbag Humas RSUD Subang, Mamat Budirakhmat kepada Tribun Jabar, di depan ruang jenazah RSUD Subang, Minggu (11/2/2018), menuturkan ke-26 korban meninggal semuanya berasal dari Ciputat Timur dan satu berasal dari Karawang.
Satu orang korban meninggal asal Karawang merupakan pengendara sepeda motor yang tertabrak bus.
Sementara itu, ada 10 orang mengalami luka ringan, dan delapan lainnya mengalami luka berat.

Petugas dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengambil sampel serpihan seusai olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi kecelakaan bus pariwisata di Tanjakan Emen, Ciater, Kabupaten Subang, Minggu (11/2/2018). Berdasarkan hasil olah TKP, polisi mengatakan dugaan sementara penyebab kecelakaan yang menewaskan 27 orang tersebut akibat sistem pengereman yang tidak berfungsi dan kondisi geografi dan geometri jalan. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Korban rata-rata mengalami luka seperti patah tulang kaki, tangan, pinggul, serta luka berat di kepala.
Peristiwa kecelakaan ini tentu membuat geger banyak orang.
Tanjakan Emen memang terkenal karena sering terjadi kecelakaan di sana.
Bahkan ada pula yang mengaitkan segala peristiwa kecelakaan itu dengan hal yang berbau mistis.
Asal usul nama Tanjakan Emen pun sudah diperbincangkan sejak lama oleh warga.

Ada beberapa versi soal asal-usul nama Tanjakan Emen ini.
Dikutip dari kotasubang,com, nama Emen diambil dari seorang nama kernet bus yang tewas karena kecelakaan yang terjadi sekitar tahun 1969.
Saat itu, bus bernama Bus Bunga mengalami mogok di tanjakan tersebut.
Emen sang kernet berusaha mengganjal ban.